Bagian 2 - Awal Mula

9.8K 1.2K 162
                                    

SELAMAT MEMBACA

🌳

"Jadi?"

"Apa?"

"Baikan."

"Dia yang salah."

"Lo yang salah."

"Kalian berdua salah."

Mereka kembali terdiam. Rafi selalu bisa membuat lawan bicaranya terdiam seribu bahasa. Dengan tatapan mata yang tajam dan wajah datar membuat siapa saja akan tidak nyaman di perhatikan lamat olehnya.

"Baikan ya? Masa mau begini terus, udah mau bel masuk," suara lembut Rumi terdengar.

Baik Liben maupun Karta masih saja diam, saling menatap tajam satu sama lain. Hanya karena Liben yang tidak sengaja menjatuhkan botol minyak telon Karta, hingga membuat pemilik minyak telon itu marah.

"Gue udah minta maaf, dia gak mau maafin," kata Liben.

"Minta maaf tapi ngegas," balas Karta.

"Tata," tegur Rumi. "Udah ya. Kan minyak telonnya gak pecah juga. Ayo balik ke kelas," sambung Rumi menarik tangan Karta.

Tinggallah Rafi dan Liben yang masih duduk di kursi kantin, memang mereka tengah menyelesaikan jam istirahat tadi. Dan dengan sifat perajukan dari Karta, laki-laki itu mampu membuat kenyamanan mereka hilang hanya karena sebuah minyak telon.

"Gue ngaku salah," kata Liben sebelum Rafi beranjak. "Tapi lo tau sendiri Tata gimana."

"Iya, ayo masuk."

Keduanya pun berjalan menyusul, Rafi cukup terkenal di sekolahnya. Meski dia baru saja beranjak naik ke kelas 11, tapi dia sudah menarik perhatian banyak orang.

Apalagi kabar bahwa dia adik dari Miyoza dan Ayres, sang mantan ketua dan wakil ketua Grexda. Jelas saja dia akan ikut di kenal banyak orang, meski Rafi sangat tidak suka akan hal itu. Dia cukup risih, setiap gerak yang di perhatikan orang-orang sangat tidak di sukai Rafi.

Saat sampai di kelas, Rafi dan Liben langsung saja duduk di kursi mereka. Posisinya berada di belakang kursi Karta dan Rumi.

"Aku pinjam catatan biologi kamu sebentar," kata Rumi berbalik menatap Rafi yang duduk tepat di belakangnya.

Rafi bergerak mengambil buku dari tasnya, lalu menyerahkan kepada Rumi tanpa kata.

"Ada tugas kah?" tanya Liben tiba-tiba.

"Gak ada. Cuma catatan aku kurang lengkap," jawab Rumi.

Liben menganggukkan kepalanya mengerti, dia tak berminat mengikuti langkah Rumi untuk mencatat materi. Punya buku catatan tanpa isi saja sudah cukup untuk Liben, dia memang sangat tidak suka mencatat.

"Ta!" panggil Liben. "Maaf."

Karta yang sedari tadi diam, akhirnya menoleh ke belakang. Dia mengangguk singkat sambil tersenyum.

"Maaf juga," katanya.

Rafi hanya menarik tipis sudut bibirnya, kejadian seperti ini sudah terjadi berkali-kali. Mereka akan bertengkar dan berbaikan dengan cepat, setelah itu melupakan kejadian yang lalu, simpel.

Bersamaan dengan itu, seorang guru berjalan masuk ke kelas. Seluruh murid mulai kembali ke kursi masing-masing dan menyiapkan segala keperluan untuk belajar.

"Hari ini kita ada tugas?" tanya guru berjilbab biru itu.

"Gak ada Bu."

"Seingat ibu sih emang gak ada. Kalau begitu, kita akan masuk ke materi baru, dan materi ini membutuhkan kelompok untuk berdiskusi."

PONDOK SUARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang