Hai
Vote di awal yuk
SELAMAT MEMBACA
🌳
"Kapan kamu akan membayar SPP kamu?"
"Gak tau."
"Elora, kamu tidak bisa begini. Kamu sudah tidak membayar selama berbulan-bulan, apa kamu tidak memberitahu orang tua kamu?"
"Nanti, Pak. Nanti saya bayar."
Pak Didit memperbaiki letak kacamatanya, dia menggeleng pelan dan menyodorkan sebuah amplop dengan stempel sekolah.
"Bapak tunggu orang tua kamu besok," kata Pak Didit.
Wajah Elora menjadi sangat datar, dia menatap amplop putih itu, setelahnya dia mengambilnya secara kasar.
"Saya permisi," ujar Elora lalu berjalan keluar ruangan.
Elora berjalan ke pojok koridor, dia menatap tempat sampah yang ada di sana. Hendak membuang surat itu, tapi tangannya di cekal tiba-tiba oleh seseorang.
"Kenapa di buang?"
Elora terpaku. Menatap wajah Rafi yang berjarak sangat dekat dengannya. Namun, sedetik kemudian dia tersenyum lebar tanpa dosa.
"Gak di pake," jawab Elora.
"Ini bukan urusan gue. Tapi gue gak sengaja liat lo keluar dari ruangan Pak Didit dan bawa surat ini. Jelas surat ini penting," jelas Rafi.
"Ini buat orang tua. Tapi, orang tua gue gak ada. Terus, buat apa gue bawa pulang? Percuma."
Rafi terdiam. "Kemana?"
"Kemana apanya?" tanya Elora balik.
"Orang tua lo kemana?"
"Gak tau. Hilang, kemarin sih ada. Tapi sekarang udah gak ada, lupa jalan pulang kayaknya."
Rafi terpaku. Matanya menatap dalam mata Elora, gadis itu tengah tersenyum lebar sekarang, tapi Rafi bisa merasakan kesedihan di mata gadis itu. Rafi tak ingin ikut campur, tapi dia tak bohong jika merasa perlu bertanya sesuatu pada gadis ini.
"Lo, baik-baik aja?"
Elora terkekeh geli, namun dia mengangguk. "Baik banget. Eh, tapi gak baik juga sih. Jantung gue detaknya gak normal," jawab Elora sambil melirik pergelangan tangannya yang masih di genggam Rafi.
Menyadari itu, Rafi langsung melepas tangan Elora. Dia bahkan mundur dua langkah ketika sadar jarak keduanya sangat dekat.
"Padahal kalau gak di lepas juga gak masalah," beo Elora.
Rafi terlihat linglung. "Duluan," katanya lalu berjalan cepat meninggalkan Elora.
"MAU KEMANA? IKUT BOLEH?" teriak Elora pada Rafi.
Melihat tak ada respon dari Rafi, Elora berlari mengikuti langkah laki-laki itu. Dia berjalan di belakang dan melangkah tepat di setiap ubin yang Rafi injak.
Brukk
Hidung Elora menabrak punggung Rafi, sibuk memperhatikan lantai untuk mengikuti langkah Rafi, sampai-sampai dia tak sadar laki-laki itu berhenti.
"Lo ngapain?" sentak Rafi.
"Gak ngapa-ngapain!"
"Berhenti ngikutin gue."
"Mau kemana emang?"
"Bukan urusan lo," jawab Rafi dan melanjutkan langkahnya.
Berdua denganmu
KAMU SEDANG MEMBACA
PONDOK SUARA [SELESAI]
أدب المراهقينSPIN OFF MIYOZA (Akan lebih baik jika membaca cerita MIYOZA dan ADORE Uterlebih dahulu) Ini adalah cerita tentang Rafi Bagaskara bersama teman-teman dan keluarganya. Bagaimana dia melewati masa remaja yang di idam-idamkan para bocah. Hidup yang tak...