Bagian 31- Menghilang

3.5K 659 93
                                    

SELAMAT MEMBACA

🌳

Tap tap tap

Langkah kaki Rafi menyusuri koridor sekolah yang cukup sepi, pagi ini dia berangkat sendirian. Menggunakan hoodie berwarna hitam membuatnya semakin terlihat tampan, wajahnya yang tenang menyiratkan suasana hati yang cukup baik menyambut pagi ini.

"Pagi," sapa seseorang menghentikan langkah Rafi. "Gue senang lo udah masuk sekolah."

Rafi menatap gadis itu dalam diam, dia sedikit mengangguk merespon ucapannya.

"Uhm, lo udah sarapan? Gue ada sandwich untuk lo," kata Windy menyerahkan sebuah kotak makan pada Rafi.

"Gue udah sarapan."

"Tapi, lo terima aja gak apa-apa, kan? Gue buat ini khusus untuk lo," kata Windy kembali.

Rafi menghela napasnya pelan. "Makasih," katanya mengambil kotak itu lalu berjalan menuju kelasnya.

Rafi berjalan santai meninggalkan Windy yang berteriak kesenangan, gadis itu tengah melompat kecil dan berteriak tak karuan.

"Akhirnya," gumam Windy senang.

Sedangkan Rafi yang sudah sampai di kelasnya langsung saja duduk di kursi. Mengeluarkan sebuah buku dan membacanya dengan khidmat. Tak beberapa lama, ketiga sahabatnya datang dan langsung duduk di kursi masing-masing.

"Pagi," sapa Rumi.

"Pagi."

"Punya siapa?" tanya Liben pada Rafi.

Rafi melirik kotak bekal yang ada di atas mejanya. "Dari orang, makan aja gue udah sarapan."

Dengan senyum merekah, Liben langsung melahap sandwich pemberian Windy. Melihat itu, Karta menatap Rafi bingung.

"Elora udah berubah jadi tukang roti? Bukan tukang coklat lagi?" tanya Karta membuat Rafi langsung menatapnya.

"Bukan dari Elora."

"Terus?" tanya Rumi ikut penasaran.

"Gak tau namanya."

"Makin banyak saja fansnya," celetuk Liben. "Rumi, minta minum."

Rumi terkekeh, dia mengeluarkan botol minumnya dan memberikan botol itu pada Liben.

Bel jam pertama terdengar, para guru mulai memasuki kelas ajarnya masing-masing. Hingga jam berakhir pun para murid langsung saja menuju kantin.

"Aku pesan dulu," kata Rumi.

"Gue ikut," pekik Karta mengejar Rumi.

Rafi dan Liben segera menuju kursi kosong yang ada, sedari tadi Rafi tak melepaskan bukunya. Dia baru saja di beri buku itu oleh Iksan, buku tentang seluruh tata surya, berisi segala macam benda-benda langit yang ada di dalamnya.

"Rumi," panggil Tulus.

Karta langsung menarik Rumi untuk berdiri di belakangnya. "Apa?" tanya Karta ketus.

"Gue panggil Rumi, bukan lo." Tulus tertawa geli.

"Gak peduli," balas Karta. "Gak usah dekat-dekat Rumi lagi, playboy kayak lo mending jauh-jauh."

Setelah mengatakan itu, Karta menarik Rumi untuk pergi dari sana. Tulus menatap Rumi dengan pandangan bingung sedangkan Rumi bahkan tidak menoleh sedikitpun pada Tulus.

"Kenapa, eh?" tanya Liben pada Karta yang datang dengan terburu-buru.

"Ada di playboy cap kodok," ketus Karta.

PONDOK SUARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang