Bagian 4 - Gadis Pemberi Coklat

6.6K 947 127
                                    

SELAMAT MEMBACA

🌳

"Wow, rumah Rafi gede banget. Gak nyangka gue," bisik Vina pada Laura.

"Gak salah gue suka sama Rafi," balas Laura berbisik.

Ting tong!

Bel rumah di tekan Laura, tak membutuhkan waktu lama, seorang pelayan membuka pintu untuk kedua gadis itu.

"Teman Tuan Rafi?"

Laura mengangguk. Dia cukup terkejut mendengar kata Tuan yang di ucapkan pelayan itu.

"Mari masuk," ajak pelayan itu.

Laura dan Vina mengikuti langkah pelayan, mereka menatap kagum seluruh isi rumah itu. Padahal baru saja masuk ke ruang depan, tapi mereka sudah sangat terkagum-kagum dengan apa yang ada di sana.

"Ya ampun!" pekik Vina tertahan.

Bagaimana tidak, dia tengah melihat beberapa pelayan mondar-mandir di sekitaran dapur dengan menggunakan baju yang sama. Sungguh pemandangan yang sangat jarang mereka lihat.

"Tuan Rafi dan teman-temannya berada di taman samping, mari."

Tanpa suara, kedua gadis itu kembali mengikuti pelayan. Dan saat sampai di taman samping, mereka bisa melihat Rafi tengah duduk dengan sebuah buku. Karta, Liben beserta Rumi juga sibuk dengan urusan mereka sendiri.

"Eh kalian udah sampai, ayo gabung."

Mendengar ucapan Rumi, Laura dan Vina langsung bergabung dan duduk di salah satu kursi. Mereka cukup bingung karena tak tahu harus melakukannya apa.

"Langsung aja. Gue udah bagi materinya tinggal cari sesuai referensi terus ketik," ujar Rafi meletakkan buku yang dia baca barusan.

Rumi sudah siap dengan laptopnya, melihat itu, Laura juga membuka laptop miliknya. Vina hanya memperhatikan karena dia memang tidak di minta untuk membawa benda tersebut. Sedangkan Liben dan Karta sibuk dengan game di ponsel mereka.

"Untuk alat peraganya gimana?" tanya Vina melirik Rafi dengan canggung.

"Biar di siapin mereka berdua," jawab Rafi menunjuk Liben dan Karta menggunakan dagunya.

"Oh, oke."

"UNCLEEEEE!"

Keenam manusia di sana menoleh pada sumber suara. Difya datang dan langsung memeluk Rafi, melihat itu, Rafi tersenyum pada gadis kecilnya.

"Ngapain kesini?" tanya Rafi dengan suara lembut.

"Bosan di rumah. Ditya nakal," jawab Difya masih di pangkuan Rafi.

Melihat bagaimana tatapan lembut Rafi ke Difya membuat Laura dan Vina sedikit terkejut. Mereka tak menyangka Difya yang pernah di sebut itu adalah gadis kecil ini, hampir saja Laura menebak bahwa Rafi sudah memiliki kekasih.

"Halo cantik," sapa Liben pada Difya.

"Halo Paman," balas Difya.

Melihat senyum manis dari gadis kecil itu, Karta merasa sangat gemas. Dia ingin sekali memakan pipi chubby dari Difya. Tapi jelas jika dia melakukan itu, tangannya tak akan selamat dari Rafi.

"Ih, lucu banget sih. Gemes," ujar Laura hendak mencubit pipi Difya.

Tapi, gerakan tangannya terhenti saat Rafi menjauhkan Difya dari Laura. Melihat itu, Laura terkejut dan tersenyum kikuk.

"Lo habis dari luar. Jangan sembarangan pegang anak kecil," ujar Rafi menatap datar Laura.

"Oh, sorry."

PONDOK SUARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang