Keduanya telah sampai di kediaman keluarga Lee. Terlalu takut untuk mengikuti arah langkah dari suaminya. Sedari tadi Jaemin terus merutuki dirinya sendiri, ia merasa amat tak pantas dengan kehadirannya disini.
Jeno yang menyadari hal itu segera menghentikan niatnya untuk berjalan, memilih menatap Jaemin nya lekat.
"Yaudah kita pulang aja" Ucap Jeno. Jaemin yang mendengarnya langsung menggeleng ribut.
"Gw takut jen"
"Apa yang kamu takutin? Ibu bantuin kamu banget loh, Na" Jelas Jeno
"Nono ih!"
Jeno tidak tahan melihat keimutan dari seorang Na Jaemin. Menarik pergelangan tangan yang pas untuk ia genggam ke dalam dekapan hangatnya.
Jaemin puas puas kan untuk mendusel manja di dada bidang Jeno, sebelum mereka harus memasuki kediaman keluarga Lee. Jeno mengelus rambut belakang Jaemin, mengecup pucuk kepalanya dan menghirup dalam wangi rambut pasangan sehidup sematinya.
><><><
"NANA!" Teriak Taeyong- ibu Jeno dari dapur saat mengetahui menantunya sudah tiba.
Jaemin tampak kalang kabut mengatasi keadaan saat ini. Mata kelincinya terus melirik ke suaminya, namun Jeno hanya bergidik tak ingin membantu Jaemin dari serangan ibunya.
"Nana ayo sini ikut ibu! Ibu beli beberapa camilan tadi khusus cuma untuk Nana. Temani ibu memasak ya!" Sogokan dan pinta Taeyong.
Taeyong lebih merindukan Jaemin -menantunya, ketimbang anaknya sendiri. Karena menurutnya untuk apa merindukan Jeno?
Jeno tetap sama saja dan ia selaku ibunya, sudah bosan melihat wajah Jeno melulu. Taeyong lebih menyukai Jaemin sekarang.
"Akh, em.. Tapi bu-
Jaemin di landa shock berkali kali melihat bagaimana senangnya ibu mertuanya ini terhadapnya.
"Iya, ayo sini!" Taeyong menarik tangan Jaemin gemas menuju dapur. Selang keduanya tidak terlihat lagi dari pandangan Jeno, saat itu baru ayahnya muncul.
"Oh, jen! Kamu baru sampai kah?" Tanya Jaehyun. Dirinya baru bangun tidur. Yah ini sudah biasa di keluarganya, karena setiap Jaehyun libur bekerja pasti ia bisa menghabiskan setengah harinya hanya untuk tidur saja.
"Iya yah" Balas Jeno singkat.
Jaehyun mengajak Jeno keruang keluarga hanya untuk sekedar berbincang dan menonton TV, sembari menunggu Taeyong selesai memasak.
Jaehyun duduk senyaman mungkin di sofa nya, begitu pula dengan Jeno. Hah.. Merasakan sofa kecilnya membuat Jeno kembali merasakan suasana rumahnya sebelum ia hidup bersama dengan Jaemin.
"Sekarang lebih besar kamu Jen ketimbang sofa kita" Ucap Jaehyun bergurau
"Ga nyangka banget! Perasaan dulu ini sofa besar betul deh yah" Balas Jeno, diakhiri dengan tawaan dari keduanya.
Sedikit bernostalgia sebentar sebelum Jaehyun menanyakan hal yang sebenarnya.
"Jadi, kamu dengan Jaemin gimana? Dia masih sama aja kah, atau ada perubahan?" Tanya Jaehyun selayaknya seorang ayah.
"Sejauh ini baik sih yah. Dia juga perlahan mulai berubah" Menampilkan senyum manisnya pada ayah kesayangannya.
"Perubahan yang kelihatan banget dari Jaemin apa Jen? Ayah penasaran" Tanya Jaehyun lagi. Sungguh ia penasaran bagaimana pernikahan anaknya. Karena saat hari dimana kedua insan itu mengucap janji suci sampai matinya, terlalu terlihat ada keterpaksaan di salah satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔|Trying To Change •Nomin•
Fanfic★𝗖𝗼𝗺𝗽𝗹𝗲𝘁𝗲 [05/02/21] ‼️[BXB AREA]‼️ °•jadilah pembaca yang bijak°• ‼️(.◜◡◝ ) ☞Murni hasil dari renungan Winter tengah malem. Tidak menjiplak karya siapapun‼️  ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ ̄ Setiap orang mempunyai batas sabarnya tersendiri. Mampukah seora...