Chapter 5

991 88 0
                                    


"Kami sudah melakukan operasi untuk memperbaiki keretakan di sekitar mata setelah kecelakaan itu. Tapi sepertinya masih terdapat shock mental yang menyebabkan aliran saraf dari retina tidak dihantarkan ke otak dengan normal," kata Dokter.

Saat itu Shiho sedang menemani Shinichi ke rumah sakit.

"Lalu bagaimana Dokter? Apa Shinichi bisa melihat lagi?" tanya Shiho, dengan suara Ran tentunya.

"Kami akan melakukan CT Scan, untuk mencari saraf mana yang tidak bisa menghantarkan informasi ke otak dengan sempurna. Setelah kami mempelajarinya, baru kami dapat memutuskannya,"

"Baik Dokter," sahut Shiho.

"Sebaiknya Shinichi-Kun juga jangan terlalu tertekan. Trauma dan depresi akan semakin menyempitkan pembuluh-pembuluh saraf. Buatlah dirimu senang Shinichi-Kun, agar pembuluh-pembuluh saraf melebar dan dapat mengalirkan informasi dari retina ke otak dengan baik," pinta Dokter.

"Aku mengerti Dokter. Terima kasih," ucap Shinichi.

Shinichi dan Shiho kembali ke rumah. Sesuai janji, Shiho membuatkan strawberry cheesecake kesukaan Shinichi. Selama Shiho sibuk di dapur, Shinichi duduk terdiam di meja makan.

"Maaf aku tak bisa membantumu Ran," gumam Shinichi.

"Tidak apa-apa Shinichi. Ini bukan hal sulit, aku bisa sendiri," sahut Shiho.

"Padahal akan sangat menyenangkan kalau kita bisa melakukannya berdua,"

"Suatu hari nanti pasti bisa," ujar Shiho seraya menekan tombol rice cookernya.

"Kau tidak pakai oven Ran?" tanya Shinichi yang mendengar suara tombol itu.

"Kelamaan, pakai rice cooker lebih cepat dan praktis,"

"Kau seperti Shiho saja, dia suka membuatkan cheesecake untuk Genta dengan rice cooker,"

"Banyak yang melakukannya sekarang ini, aku rasa juga lebih baik begitu supaya pekerjaan lebih cepat kelar,"

"Aku mengerti, kau pasti sibuk karena harus memasak dan mengurus Paman Kogoro juga,"

"Eh," sahut Shiho.

Beberapa saat kemudian cake itu matang. Shiho menunggu dingin sebentar sebelum diolesi cream dan diberi buah stroberi. Shiho memotong sebagian kecil dan menyuapinya ke Shinichi.

"Enak!" kata Shinichi berbunga-bunga.

"Baguslah kalau kau suka,"

"Tapi spons cakenya agak berbeda,"

"Eh?"

"Biasanya spons cakemu mirip-mirip buatan Amuro-San karena kau dapat resep dari dia. Tapi kali ini agak mirip bikinan Shiho,"

"Eh aku memang ada mencoba resep Shiho-Chan. Kau lebih suka yang mana memangnya?"

"Uhmmm kalau resep Amuro-San telurnya lebih berasa, kalau Shiho susunya yang lebih berasa. Sama saja sih, yang manapun aku suka,"

"Kalau begitu, lain kali sebelum membuatnya aku akan tanya dulu padamu, sedang ingin makan yang versi siapa,"

"Boleh juga, tapi ngomong-ngomong kenapa kau jadi bisa begitu akrab pada Shiho? Sampai berbagi resep segala. Shiho bukan tipe wanita yang mudah bergaul kan?"

"Iya sih, dia introvert, aku yang mencecarnya karena aku dengar dari Hakase dia cukup pandai memasak," Shiho berusaha mencari alasan.

"Eh, untuk ukuran ilmuwan dan wanita karir yang cerdas, dia cukup pandai memasak juga,"

Shiho memutar bola matanya, "wanita cerdas bukan berarti tidak bisa memasak kan?"

Shinichi terkekeh, "ya sih. Ngomong-ngomong Ran. Apa besok kau ada waktu?"

"Kau mau apa?"

"Aku suntuk di rumah terus, mau temani aku jalan-jalan? Walau aku tidak dapat melihat, tapi aku bisa merasakannya,"

"Kau ingin jalan-jalan ke mana?"

"Tropical Land,"

"Boleh saja, aku akan menemanimu,"

Shinichi tersenyum, "arigatou Ran," tangannya berusaha merangkul Shiho yang tak keburu berkelit. Shinichi tertegun ketika tangannya menyentuh punggung Shiho.

"Ran, rambutmu..."

"Anooo..."

"Ada apa?"

"Kecelakaan itu membuat ujung rambutku terbakar, aku terpaksa memotongnya. Aku tak mau Shinichi tahu..."

"Kenapa? Takut aku menganggap kau tidak menarik? Aku kan juga tidak bisa melihat Ran,"

"Bukan begitu maksudku... Tapi tetap saja..."

"Mau seperti apapun model rambutmu, kau pasti tetap cantik,"

"E-eh..."

"Karena itu kah kau menghindar setiap kali ingin kupeluk?"

"Ano..."

Shinichi nyengir seraya melingkarkan kedua lengannya merangkul Shiho. Membuat Shiho membeku canggung dan salah tingkah.

"Shinichi..." gumam Shiho dengan wajah memerah, ia tak menyangka skenarionya akan sampai begini.

"Apa sih? Kenapa kau begitu malu? Kan kita tunangan,"

"Kalau orang tuamu mendadak pulang bagaimana?"

"Biarkan saja, toh aku tak bisa lihat ini,"

"Demo yo!"

"Sshhh!" Shinichi mendiamkannya, "aku suka begini,"

"Shinichi..."

"Tidak perlu banyak bicara Ran, biarkan aku seperti ini beberapa saat. Aku sungguh-sungguh memerlukannya,"

Melihat ekspresi wajah Shinichi yang merajuk, Shiho jadi tak tega "Eh baiklah"

Shinichi memejamkan matanya hingga tertidur di bahu Shiho.

Mata Shiho melembut menatapnya, perlahan ia mengecup ubun-ubun Shinichi.

Andai kau tahu Kudo-Kun...

Three Lights of Kudo FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang