Epilogue

1.5K 99 4
                                    

Tujuh tahun kemudian...

"Ketika Shinobu membuka mata untuk pertama kalinya setelah satu tahun buta, ia melihat wajah Shiori. Seketika itu pula Shinobu menyadari bahwa Shiori adalah cahaya hidupnya," Yukiko menutup novel terbaru Yusaku yang bergenre misteri namun diberi bumbu romance.

"Jadi, apakah Shinobu dan Shiori menikah? Apakah mereka akhirnya punya anak?" tanya seorang bocah lelaki usia tujuh tahun di pangkuan Yukiko.

"Eh," Yukiko mengangguk, "walau tidak diceritakan di buku, tapi akhirnya mereka menikah dan memiliki seorang putra yang bernama Kudo Hikaru," ujarnya seraya menjawil lunak hidung Hikaru, cucu satu-satunya.

"Ehhhh..." Hikaru terpesona, "jadi novel itu?"

"Berdasarkan kisah nyata antara Shinichi dan Shiho," sambung Yukiko.

"Sugeeee... Cerita Otosan dan Okasan..."

"Hikaru, di sini kau rupanya," kata Shiho yang baru saja memasuki ruang perpustakaan bersama Shinichi.

"Okasan, Otosan," panggil Hikaru memandang orang tuanya.

"Takuuu kami mencarimu dari tadi," gerutu Shinichi.

"Obaasan sedang membacakan cerita untukku," sahut Hikaru polos.

Shinichi melirik arlojinya, "ayo pergi sekarang, atau kau bisa telat Hikaru,"

"Hai!" sahut Hikaru riang, "sampai nanti Obaasan," ia mengecup pipi Yukiko, nenek cantiknya sebelum turun dari pangkuan Yukiko.

"Eh sampai nanti," sahut Yukiko riang.

"Kami pergi dulu Okasan," kata Shiho pada mertuanya.

"Hati-hati," ujar Yukiko seraya melambai.

"Iko," ajak Shinichi seraya menggandeng Hikaru di satu sisi sementara Shiho menggandengnya dari sisi yang lain.

Hari itu anak-anak SD kelas satu di Teitan akan membacakan karangan mereka mengenai orang tua mereka di depan orang tua mereka langsung. Dibantu Shiho, Hikaru sudah membuat karangannya semalaman. Kebanyakan mengenai pekerjaan orang tuanya sebagai detektif dan ilmuwan.

Ketika gilirannya tiba, Hikaru pun berdiri dari kursinya untuk membacakan karangannya. Shinichi dan Shiho memandangnya harap-harap cemas.

"Namaku Kudo Hikaru, ayahku bernama Kudo Shinichi yang merupakan detektif terkenal, ibuku Miyano Shiho juga merupakan ilmuwan terkenal. Anooo... karena sudah terkenal aku rasa, aku tidak akan menceritakan pekerjaan mereka, karena semua orang pasti sudah bosan,"

Para orang tua tertawa dengan kejenakaan Hikaru.

Shiho mengernyit, ini tidak ada di scenario Hikaru semalam.

"Aku lebih suka menceritakan bagaimana Otosan dan Okasan bertemu," lanjut Hikaru, "jadi dulu Otosan pernah menghadapi kasus sulit. Otosan berhadapan dengan penjahat yang membuatnya kecelakaan hingga menjadi buta..."

Shinichi melongo, kemudian memandang Shiho, "kau membantunya mengarang hal itu?"

Shiho menggeleng sama bingungnya, "sama sekali tidak. Aku cuma membantunya mengarang mengenai hal-hal teknis pekerjaan kita. Aku kaget juga Hikaru mengubah karangannya dalam sekejap. Lagipula bagaimana ia bisa tahu cerita kita?"

Mata Shinichi menyipit ketika ia menyadarinya, "ini pasti kerjaan Okasan,"

"Ya sudahlah, kita dengar saja dulu," pinta Shiho.

"Okasan membantu membuka perban Otosan. Setelah setahun buta, Otosan akhirnya dapat melihat wajah Okasan lagi untuk pertama kalinya..." Hikaru bercerita dengan lancar.

Perlahan Shinichi mengaitkan jari-jarinya pada jari-jari istrinya. Shiho yang menyadari hal itu menoleh memandang suaminya. Mereka pun bertukar pandang mesra. Cerita Hikaru, mau tak mau membuat mereka kembali bernostalgia akan masa lalu.

"Otosan yang jatuh cinta pada Okasan, meminta Okasan jangan pergi. Okasan yang juga mencintai Otosan akhirnya tidak jadi pergi ke Inggris dan memilih untuk menjadi partner Otosan selamanya. Tak lama kemudian mereka menikah dan lahirlah aku. Otosan merasa Okasan adalah cahayanya, begitu juga Okasan merasa Otosan adalah cahayanya, jadi akhirnya aku diberi nama Hikaru yang artinya cahaya. Kami bertiga adalah cahaya bagi keluarga Kudo!" Hikaru mengakhiri ceritanya.

"Wah ternyata cerita cinta Kudo-San seperti itu ya, romantis sekali," terdengar gumaman para orang tua di sekitar Shinichi dan Shiho.

Shinichi dan Shiho hanya bisa tersipu malu.

Ketika jam sekolah berakhir, Hikaru pun pulang bersama orang tuanya. Mereka berjalan bersama. Hikaru di tengah-tengah menggandeng Shinichi dan Shiho.

"Okasan, apakah ceritaku tadi bagus?" tanya Hikaru pada ibunya.

"Eh, bagus sekali," kata Shiho seraya tersenyum memandang putranya yang seratus persen mirip Shinichi.

"Otosan, bagus tidak?" Hikaru beralih pada Shinichi.

"Tentu saja. Hikaru memang anak pintar," puji Shinichi.

Hikaru terkekeh bangga.

Shinichi memandang putranya dan istrinya penuh cinta. Pemandangan yang paling indah di dunia di matanya. Hal yang selalu disyukuri setiap harinya sejak ia mendapatkan penglihatannya kembali. Dua cahaya yang mengiringi hidupnya. Shiho membalas tatapan mesra suaminya yang juga merupakan cahaya bagi hidupnya, ditambah kini cahaya kecil kebanggaannya yaitu Hikaru putranya. Mereka berjalan bersama menuju matahari terbenam. Ketiga cahaya itu, tak kalah mengagumkan dibandingkan dengan cahaya senja yang menakjubkan. Tiga Cahaya Keluarga Kudo.

Three Lights of Kudo FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang