Pria misterius itu menyunggingkan senyumnya ketika melihat detektif muda yang buta itu sedang duduk di Taman Kota Beika seorang diri. Hari masih sangat pagi, sehingga belum banyak orang datang ke taman terlebih lagi hari ini adalah hari libur dimana orang-orang lebih suka bangun siang. Nasib baik memang sedang berpihak kepadanya.
Akhirnya dengan mengendap-endap ia menghampiri detektif muda itu. Setelah ia gagal membuatnya tewas di kecelakaan itu dan hanya menyebabkannya buta, kali ini ia tidak boleh gagal lagi. Pria itu terlalu pandai, walaupun buta, otaknya masih jalan. Ia masih berbahaya.
Hanya tinggal beberapa langkah lagi. Ketika detektif muda itu sudah dalam jangkauannya, ia mengeluarkan pisau belatinya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, bermaksud menghujamkannya pada detektif muda itu.
Ting!
Kudo Shinichi bergerak tepat waktu, menggunakan tongkatnya untuk menyingkirkan belati yang akan menusuknya.
Pria misterius tersebut terperangah, kaget dengan gerakan Shinichi yang sungguh tak disangkanya. Bukankah ia buta?
Shinichi tersenyum puas.
Pria misterius itu terkepung.
***
Orang penting itu sedang berada di bandara Haneda. Ia akan melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri untuk suatu transaksi. Sudah kesekian kalinya Fujiwara melirik arlojinya. Asistennya yang ia suruh untuk melakukan check in, belum juga kembali.
Terdengar derap langkah kaki serempak dari kejauhan. Awalnya Fujiwara mengira mungkin hanya sekelompok pilot atau pramugari yang baru kembali dari sebuah penerbangan. Tapi betapa terkejutnya dia ketika komplotan itu kini mengepung di hadapannya. Tim kepolisian Jepang yang dipimpin oleh Inspektur Megure.
"Ada apa ini?" tanya Fujiwara seraya bangkit berdiri.
"Silahkan ikut kami ke kantor polisi, Fujiwara-San," kata Inspektur Megure dingin, seraya menunjukkan lencananya.
"Atas tuduhan apa?" tanya Fujiwara tersinggung.
"Pertama," Shinichi muncul di hadapannya dengan kedua tangannya bergantung di saku celananya. Shiho dan Masumi juga berdiri di sisi kanan-kirinya, "untuk kasus penyelundupan berlian,"
Fujiwara terkejut melihatnya, "K-Kudo Shinichi? Bukankah kau buta?"
"Dia sudah melakukan operasi mata," sahut Inspektur Megure.
"Kedua, untuk kasus pencucian uang dan penggelapan pajak," lanjut Shinichi.
Fujiwara tampak berkeringat.
"Ketiga, percobaan pembunuhan yang menyebabkan aku buta DAN..." Shinichi memandang Fujiwara dengan tajam, matanya penuh kebencian namun ada airmata yang terbendung di sana, "untuk kematian Ran!"
"Kami telah menangkap saksinya," sambung Inspektur Megure, "Riku-San yang anda suruh untuk merusak mobil Shinichi dan membunuh Shinichi di Taman Beika kemarin,"
Fujiwara kehabisan kata-kata.
"Kami memiliki bukti software pencucian uangmu, surat penggeledahan juga sudah dikeluarkan untuk memeriksa arsip perusahaanmu," tambah Inspektur Megure.
Fujiwara tak mampu berkelit lagi, ia segera diseret ke kepolisian.
Shinichi memejamkan matanya. Ketika ia melakukan hal itu, airmata mengalir ke pipinya. Dendam kematian Ran, sudah terbalaskan.
***
"Pelakunya sudah tertangkap dan dijatuhi hukuman berat. Sekarang kau bisa istirahat dengan tenang, Ran," ujar Shinichi di nisan Ran.
Shinichi yang telah mampu menerima kenyataan, akhirnya berziarah ke makam Ran untuk pertama kalinya. Shiho menemaninya.
Shinichi meletakkan cincin tunangannya dan Ran di nisan. Kemudian ia bangkit berdiri. Ia memandang nisan itu beberapa saat lagi seraya menarik napas panjang. Lalu ia berbalik dan mengajak Shiho pulang.
Shinichi dan Shiho berjalan dalam diam melewati jalan setapak di antara nisan-nisan lainnya. Shiho yang mengerti tidak berkata apa-apa. Ia tahu Shinichi perlu waktu. Ia sengaja berjalan perlahan, sedikit di belakang Shinichi. Membiarkan pria itu mengambil 'me time' nya. Namun rupanya Shinichi pun menyadari betapa diamnya Shiho. Ia berhenti dan menoleh ke belakang.
"Shiho? Kenapa?" tanya Shinichi.
"Eh? Tidak. Tidak apa-apa," jawab Shiho.
Shinichi berbalik lagi menghampirinya, "kau diam sekali hari ini. Ada apa?"
Shiho menggeleng pelan, "aku tidak apa-apa, aku hanya tidak ingin mengganggu privasimu mengenai Ran-San,"
"Kau cemburu?"
"Sama sekali tidak," sahut Shiho sungguh-sungguh, "aku tak mungkin cemburu padanya karena aku tahu betapa kau mencintai Ran-San. Aku juga mengerti, aku tidak sebanding dengannya. Aku takkan pernah bisa menggantikan posisinya di hatimu,"
Shinichi menatapnya lembut, "Ran ya Ran, Shiho ya Shiho. Mana bisa dibandingkan?"
Shiho balas menatapnya.
Shinichi lanjut berkata, "aku memang mencintai Ran dan akan terus begitu sampai kapanpun. Tapi dia sudah menjadi masa laluku," lalu ia meraih kedua tangan Shiho, "dan kau adalah masa kini serta masa depanku. Kau memang takkan pernah bisa menggantikan Ran, karena sebenarnya kau tidak perlu menggantikan siapapun. Kau sudah memiliki posisimu sendiri di hatiku, Shiho,"
"Kudo-Kun?" Shiho terpana, matanya berkaca-kaca memandang Shinichi.
"Kau pernah bilang aku seperti cahayamu ketika aku menyelamatkanmu dari kegelapan. Tapi bagiku kaulah cahayaku Shiho, disaat pandanganku hanya ada kegelapan. Aku benar-benar bahagia ketika akhirnya aku dapat melihat wajahmu lagi,"
"Apa kau tahu? Betapa berartinya perkataanmu itu bagiku?"
Shinichi memeluknya seraya berbisik, "aku sayang padamu Shiho. Jadilah partnerku selamanya dalam segala hal,"
"Uhm," Shiho mengangguk dengan tenggorokan tercekat.
Cinta mereka bersemi, walau di tengah-tengah kuburan. Tapi, siapa peduli?
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lights of Kudo Family
FanfictionPipi Tembam hadir lagi dengan fanfic Conan-Ai/Shin-Shi Couple. Versi kali ini mengambil sedikit plot dari novel pribadi Pipi Tembam yang judulnya 'Butterfly in Aurora' terutama pada bagian prologue. Selamat membaca! Selamat baperan! Selamat menikma...