Chapter 7

1K 91 0
                                    


Jadwal operasi mata Shinichi sudah ditetapkan sebulan lagi. Selama waktu penantian itu Shiho melarangnya menangani kasus, agar saraf-sarafnya tidak tegang. Shiho meminta Shinichi memercayakan kasus penyelidikan kecelakaan itu pada dirinya, Masumi dan Heiji. Setelah operasi selesai dilakukan, baru mereka akan melaporkan hasilnya.

Shiho juga berusaha sebisa mungkin menyenangkan Shinichi dengan membuatkan makanan kesukaannya dan menyuapinya bagai raja. Yusaku dan Yukiko senang melihat mereka bercengkrama tapi sekaligus prihatin karena Shinichi masih mengira Shiho adalah Ran. Padahal mereka bisa menebak dari pandangan mata Shiho, betapa wanita itu melakukannya begitu tulus. Shiho sungguh-sungguh menyayangi Shinichi. Mereka hanya berharap setelah Shinichi bisa melihat nanti, ia mampu menerima kenyataan dan menghargai sisa-sisa orang yang masih hidup serta benar-benar mencintainya.

"Watson, kalau suatu hari aku bersikap sombong dan terlalu percaya diri dengan kasus yang kutangani, tolong bisikkan kata 'Norbury' di telingaku. Pinta Sherlock," ujar Shiho yang membacakan novel Sherlock Holmes untuk Shinichi yang berbaring di sofa dan meletakkan kepalanya di paha Shiho sebagai bantalan.

Shinichi menguap dan mulai mengantuk akibat Shiho yang terus menerus membelai kepalanya sambil membacakan cerita.

"Eh? Kenapa? Kau ngantuk?" tanya Shiho.

"Uhm, habisnya nyaman sekali," gumam Shinichi seraya merajuk manja di paha Shiho dan meraih lengan Shiho untuk mengalungi lehernya sendiri.

"Tidurlah kalau begitu," kata Shiho seraya meletakkan novelnya di meja kecil sebelahnya.

"Ran,"

"Uhm?"

"Kau ganti parfum ya?"

"Eh?"

"Belakangan ini parfummu berbeda,"

"Kau tidak suka?"

"Aku suka saja, bahkan aku lebih menyukainya," Shinichi memejamkan matanya dan tertidur pulas tak lama kemudian.

Shiho tersenyum melihatnya tidur, dasar bocah.

***

"Ini, aku berhasil mendapatkannya dari salah satu karyawan Fujiwara," kata Masumi seraya menyerahkan sebuah USB ke tangan Shiho. Saat itu mereka berada di rumah Profesor Agasa.

Shiho melongo memandangnya.

"Tak perlu tanya bagaimana aku bisa mendapatkannya," tambah Masumi.

"Hai hai," Shiho mencolokkan USB tersebut ke laptopnya dan mulai mengutak-atik.

Setelah beberapa saat mereka memeriksa.

"Tak ada keanehannya," Masumi memandang monitor lekat-lekat.

"Tunggu tunggu. Sepertinya aku mulai mengerti, ada kode-kode angka yang terselip di sini,"

"Eh? Benarkah?"

"Ini sangat banyak, beri aku waktu beberapa hari untuk menerjemahkannya,"

"Aku mengandalkanmu Shiho,"

"Eh,"

"Apa yang kalian temukan?" tanya Shinichi yang tahu-tahu nongol dari pintu depan.

"Eh? Kok tak pakai tongkat?" kata Masumi.

"Ayolah, ini cuma sebelah rumahku yang kulewati dari kecil, untuk apa tongkat?" gerutu Shinichi seraya berjalan mendekati dua wanita itu.

"Lalu kenapa kau ke sini?" tanya Masumi.

"Aku penasaran apa-apa saja yang sudah kalian temukan mengenai kasus Fujiwara Group," kata Shinichi.

"Takuu..." Shiho menggerutu dengan suaranya yang biasa, "kan sudah sepakat, kami akan memberitahumu setelah operasi. Kau tidak boleh tegang sampai saatnya operasi,"

"Kalau tidak ada pengalihan membahas kasus, aku malah semakin tegang memikirkan operasi itu," ujar Shinichi tak mau kalah.

"Aku bilang tidak ya tidak!" tegas Shiho.

"Ck! Shiho! Kok kau jadi sok ngatur!" Shinichi merajuk.

"Aku ini ilmuwan, anggap saja aku dokter pribadimu. Aku tahu bagaimana fatalnya kalau kau tertekan karena itu aku melarangmu membicarakan kasus. Titik!" Shiho yang tidak ingin dibantah mengetik keyboard laptopnya dengan kasar dan cepat.

"Sudahlah Shinichi nurut saja, cuma tinggal beberapa hari lagi toh," ujar Masumi.

Shinichi manyun, "ngomong-ngomong apa kalian lihat Ran?"

Masumi dan Shiho bertukar pandang sesaat.

"Tidak, kenapa memangnya?" tanya Masumi.

"Ah tidak, aku tadi ketiduran di sofa, tahu-tahu dia sudah tidak ada saat aku bangun," jawab Shinichi.

"Mungkin dia sudah pulang, tidak ada mampir kemari kok," tambah Masumi.

"Begitu ya? Tapi kok aku masih bisa cium bau parfumnya," Shinichi melangkah mengikuti indera penciumannya dan membuatnya bertabrakan dengan Shiho yang sedang sibuk menerjemahkan kode-kode laporan Fujiwara Group.

"Duh! Apa-apaan sih Kudo-Kun!" oceh Shiho.

"Kenapa parfummu sama dengan Ran?"

"Apa anehnya? Namanya juga parfum wanita," gerutu Shiho.

Shinichi menyipitkan matanya tampak ragu, "Ran sangat sederhana sementara seleramu tinggi dan mahal. Masa iya kau mau pakai parfum murahan?"

"Murahan???! Ini Versace asli tahu! Aku saja pakainya sedikit-sedikit biar tidak cepat habis!" amuk Shiho.

Shinichi bergidik ngeri, "Hai hai Mam. Gitu saja marah,"

"Sudahlah jangan ganggu aku, supaya setelah operasi nanti kau dapat laporan!"

Masumi diam-diam menepuk jidatnya dan merasa Shiho sepupunya layak mendapatkan Piala Oscar. Dia sukses memainkan dua peran sekaligus.

Three Lights of Kudo FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang