"Ran, akhirnya kau telpon juga," kata Shinichi dengan suara penuh kelegaan di suatu malam.
"Eh gomen gomen, baru menelpon sekarang. Aku baru kembali dari rumah sakit. Aku tak bisa menggunakan HP di sana," kata Shiho dengan suara Ran.
Shinichi tersenyum, "tidak apa-apa. Bagaimana pemeriksaannya?"
"Aku baik-baik saja, tidak ada yang fatal," dusta Shiho.
"Baguslah,"
"Bagaimana dengan penyelidikanmu sendiri?"
"Belum ada perkembangan," jawab Shinichi murung, "kami belum bisa menemukan bukti keterkaitan antara kasus Fujiwara dengan kecelakaan kita,"
"Tidak perlu khawatir. Kau detektif hebat, aku yakin bersama Masumi dan Shiho-Chan, perlahan-lahan kasus itu akan terselesaikan,"
"Tapi aku buta Ran. Aku tak tahu apakah bisa..."
"Kau masih tidak mau ke dokter?"
"Aku takut dengan hasilnya,"
"Ayolah, apakah Shinichi seperti ini yang kukenal? Kau biasanya sangat optimis dan bersemangat. Kenapa sekarang harus takut?"
"Ran..."
"Kau begitu berani membantu kasus Shiho-Chan dengan organisasinya. Kau sangat melindunginya, masa sekarang hanya untuk memeriksa mata kau merasa cemas?"
"Bagaimana kalau hasilnya tidak bagus?"
"Bagaimana jika sebaliknya?"
"Aku tetap harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk,"
"Aku yakin kau tidak akan menyerah. Kalau Jepang tidak bisa, kita masih bisa ke Jerman atau Inggris untuk berobat. Shiho-Chan juga ilmuwan canggih, aku yakin dia juga dapat menemukan jalan keluar supaya kau bisa melihat,"
"Begitukah menurutmu?"
"Eh. Lagipula memangnya kau tidak mau melihatku lagi? Apakah aku sejelek itu?"
Shinichi terkekeh, "tentu saja tidak. Kau cantik, aku juga ingin melihatmu lagi,"
"Karena itu, kau mau kan ke dokter?"
"Kau mau menemaniku?"
Shiho tersenyum lembut, "tentu saja, aku akan menemanimu,"
"Baiklah kalau begitu, aku mau ke dokter,"
"Besok oke?"
"Oke,"
"Setelah itu, aku akan membuatkan strawberry cheesecake kesukaanmu,"
"Aku bahkan sudah tergiur hanya dengan membayangkannya,"
Shiho terkekeh, "tidurlah Shinichi,"
"Kau juga,"
"Oyasumi,"
"Oyasumi,"
Shiho melepas alat pengubah suara dari lehernya setelah memutus sambungan. Dari jendela kamarnya ia bisa melihat jendela kamar Shinichi yang lampunya baru saja dimatikan. Tanda Shinichi yang sudah bersiap tidur. Shiho memandang ponselnya. Ponsel baru yang memakai nomor lama Ran, hasil usaha Profesor Agasa. Semua orang termasuk Kogoro dan Eri telah diberitahu mengenai kondisi labil Shinichi. Mereka pun menutup mulut mengenai kematian Ran.
Jadi beginikah rasanya? Ketika Edogawa Conan menghibur Ran-San hanya melalui telpon dan pengubah suara? Batin Shiho. Aku benar-benar telah merepotkan Kudo-Kun gara-gara APTX 4869. Sekarang aku mengerti betapa susahnya menjadi dua orang sekaligus dan juga betapa menyedihkan bila hanya dapat mencurahkan perasaan dengan berpura-pura sebagai orang lain...
Shiho memeluk ponsel itu di dadanya, Gomene Ran-San... Maaf aku harus meminjam jati dirimu dan menggunakan kondisi labil Kudo-Kun untuk mencurahkan perhatian yang selama ini tidak dapat kulakukan... Tapi aku janji... Setelah Kudo-Kun bisa melihat dan kondisinya stabil... Aku akan pergi... Aku tidak akan merebutnya darimu meski kau sudah tiada... Karena aku tahu Ran-San, aku takkan pernah bisa memiliki hatinya... Dia milikmu...
Shiho mendesah ketika memandang jendela kamar Shinichi, kemudian ia menutup jendela kamarnya dengan gorden dan naik ke tempat tidurnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Lights of Kudo Family
أدب الهواةPipi Tembam hadir lagi dengan fanfic Conan-Ai/Shin-Shi Couple. Versi kali ini mengambil sedikit plot dari novel pribadi Pipi Tembam yang judulnya 'Butterfly in Aurora' terutama pada bagian prologue. Selamat membaca! Selamat baperan! Selamat menikma...