(20) Keputusan

21.1K 1.4K 49
                                    

"Clavina!"

Suara sentakan dari Pak Doni yang tengah mengajar itu membuyarkan lamunan Clavina, membuat tubuh gadis itu tersentak kecil dibuatnya. Ia mengerjap beberapa kali menatap Pak Doni yang kini menatapnya garang.

"Iya, Pak?"

"Kamu tahu kan kalau saya paling tidak suka jika ada murid yang melamun di kelas saya?" tegur Pak Doni dengan tangan yang terlipat di depan dada.

Clavina yang ditegur pun hanya menghela napas panjang seraya terdiam di tempatnya, kepalanya terlalu berat untuk sekadar berdebat atau membantah omelan dari salah satu guru seniornya itu.

"Maaf, Pak. Saya lagi sakit kepala," ucap Clavina. "Kalau boleh apa saya bisa ke UKS?"

Pak Doni terlihat mendengus kesal, tetapi ia kemudian mengibar-ngibaskan tangannya di udara. "Yasudah, sana. Daripada nanti kamu pingsan di sini."

Ucapan dan tingkah Pak Doni yang seperti meremehkan dan merendahkannya membuat Clavina tak senang, tetapi lagi-lagi ia terlalu malas untuk membalas guru itu. Biarlah dia akan memberikan pelajaran di lain waktu.

Clavina kemudian beranjak dari duduknya seraya menggenggam ponselnya dan berjalan keluar dari kelas dengan langkah lunglai. Tatapannya lurus ke depan dan kepalanya terasa sangat berat saat ini.

Sepanjang hari ini ia terus memikirkan tentang tawaran dari Sagara dan Vivianne kemarin dan hingga saat ini juga ia masih belum memutuskan jawaban atas pertanyaan itu.

Hingga langkahnya tiba-tiba terhenti di depan pintu ruangan, membuat jiwanya seperti kembali lagi ke alam sadarnya. Matanya menatap kesal pada pintu di hadapannya, ia meruntuki kakinya sendiri yang dengan lancang membawanya hingga berhenti di depan ruangan ini.

Ruangan yang sejak dua bulan lalu tak pernah lagi ia kunjungi dan ruangan yang paling ia hindari di sekolah ini.

Saat ia hendak berbalik pergi, pintu yang tadinya tertutup rapat itu tiba-tiba terbuka, menampilkan seorang pria yang paling ia benci dengan wajah terkejut.

"Kamu... mau ngapain di sini?" tanya Edrick ragu dengan wajah terkejut yang jelas.

Kening Clavina mengernyit. "Pertanyaan bodoh macam apa itu?" Bibirnya menyunggingkan senyum sinis dengan sorot mata tajam. "Tolong ya, kalau kerja otak tuh dipakai. Ini U-K-S, tujuan orang datang ke sini selain buat istirahat karena sakit, apalagi?"

Tanpa menunggu jawaban dari Edrick ia membalikkan tubuhnya dan hendak beranjak dari sana. Namun melihat Clavina yang hendak pergi membuat Edrick spontan menahan tangan gadis itu.

"Kenapa?" tanya Clavina garang seraya menghempaskan tangan Edrick.

"Berarti kamu ke sini karena lagi sakit kan? Terus kenapa pergi gitu aja?"

Damn!

Ucapan Edrick berhasil membungkam mulut Clavina, membuatnya mau tak mau berjalan masuk ke dalam ruangan serba putih itu dengan hati dongkol. Salahkan saja pada hatinya yang malah berjalan ke UKS.

Lagipula kalau ia bilang bahwa ia tak sengaja ke sini pasti akan berujung malu kan? Jadi sekalian saja, lagipula ia benar-benar sakit kepala saat ini.

Clavina membanting tubuhnya sedikit kasar ke atas kasur yang menurutnya sangat keras itu, ia bahkan meringis kecil kala merasa punggungnya nyeri karenanya.

"Kasur sialan! Awas aja lo," umpat Clavina dengan suara yang sangat kecil.

"Beneran sakit atau bolos?" tanya Edrick seraya mengambil stetoskop miliknya yang tergeletak di atas meja.

The Next QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang