(16) Lagi-lagi Kecewa

21.4K 1.4K 54
                                    

Memikirkan ucapan Ryan beberapa hari lalu membuat Clavina tak bisa tidur dibuatnya, hingga gadis itu kini berakhir di depan pintu rumahnya sendiri. Entah mengapa hari ini, malam ini, rasanya ia ingin sekali pulang.

Pulang ke rumah yang sebenarnya. Rumah yang selalu ia sebut neraka, tetapi nyatanya memberikan kerinduan tersendiri.

"Shit!" umpat Clavina saat merasa tubuhnya diserang rasa gugup.

Jantungnya berdegup dengan kencang, telapak tangannya sudah banjir dengan keringat. Tangannya terangkat ragu untuk membuka pintu di depannya, ia pun menghembuskan napas panjang dan memejamkan matanya sejenak.

"Oke, Vin. Lu bisa, lu pasti bisa kok. Cuma kayak biasa, pulang, ke kamar, terus pergi lagi kalau emang enggak nyaman," ucap Clavina pada dirinya sendiri.

Usai meyakinkan dirinya dan menyusun tekatnya, ia pun mendorong pintu di depannya dengan pelan. Begitu pintu terbuka, ia mendapati ayah dan bundanya tengah berdiri di ruang tamu dengan pakaian rapi.

Sontak saja hal itu kenyitan di dahi Clavina, tetapi ia berusaha mencoba tak acuh dan berpikir kalau mereka akan pergi ke acara bisnis seperti biasa saja. Sudah menjadi hal biasa bagi Clavina melihat kedua orang tuanya pergi ke acara bisnis.

Apalagi mengingat Alanzio dan Alissa sendiri adalah pewaris tunggal dua perusahaan raksasa yang bergerak di dua bidang berbeda. Bisa dibayangkan betapa sultannya Clavina dan saudara-saudaranya.

"Bunda, ayah! Ayo kita pergi, Nara udah siap!" teriak Nara dari dua anak tangga terakhir.

Alissa dan Alanzio yang belum menyadari kehadiran putri pertama mereka pun tersenyum merekah menyambut kedatangan Clanara, gadis itu kini tampak cantik dengan gaun berwarna merah muda dan rambut yang digulung sederhana.

Wajahnya terlihat natural dengan polesan riasan natural, menutupi wajahnya yang biasanya pucat.

"Kakak?"

Alissa tampak terkejut ketika membalik badan dan menemukan Clavina yang berdiri di depan pintu dengan wajah bingung bercampur penasaran. Sontak saja ucapan wanita itu membuat Alanzio dan Clanara ikut menatap Clavina.

"Kalian... mau ke mana?" tanya Clavina ragu dengan mata yang mengerjab-ngerjab.

"Kakak! Ayo ikut kita ke rumah Oma Vira, hari ini kan ulang tahun oma," ajak Clanara dengan senyum merekah.

Ia merasa sangat senang melihat kedatangan kakak kembarnya itu, apalagi sudah lama Clavina tak pulang atau berkunjung ke rumah orang tua mereka itu. Padahal mereka masih tinggal di satu kota dan satu negara yang sama.

"Ulang tahun oma?" cicit Clavina.

Entah mengapa ia merasa hatinya tiba-tiba teriris melihat satu kenyataan ini. Andai saja ia tak menuruti kata hatinya untuk datang malam ini, apa ia akan melewatkan ulang tahun oma tercintanya?

"Kak? Ayo, Kak. Nanti kita keburu terlambat," ajak Clanara lagi.

Saat gadis itu hendak menggandeng tangan kembarannya, dengan cepat Clavina menepis tangannya dengan kasar. Membuat gadis itu dihadiahi tatapan tajam dari Alanzio.

"Vina! Jangan kasar sama adiknya," tegur Alanzio tegas.

Kepala Clavina menggeleng pelan melihat sikap ayahnya yang bisa-bisanya masih membela adiknya di saat seperti ini, orang tuanya ini memang enggak peka apa, ya?

"Kalian tega banget, ya!" ucap Clavina pada akhirnya.

Lagi-lagi matanya tak berkaca-kaca atau mengeluarkan bulir-bulir air mata, kali ini matanya tetap teguh menyorot tajam dan dingin. Tajam, dingin dan tak tersentuh sama sekali.

Namun, di balik itu semua ada sorot penuh kekecewaan yang disembunyikan dengan rapat.

"Maksud kakak gimana?" tanya Alissa yang akhirnya angkat bicara.

"Iya, kalian tega! Ayah sama bunda tega sama aku!" teriak Clavina, ia merasakan dadanya begitu sesak. "Andai aku enggak pulang, apa aku enggak bakal tau kalau hari ini ada acara ulang tahun Oma Vira?"

Napas Clavina kian memburu seiring emosinya yang meningkat pesat. "Andai hari ini aku enggak pulang, pasti bunda dan ayah cuma bakal pergi sama Nara kan?"

"Kalian anggap Vina ini sebenarnya apa sih? Anak atau orang asing?"

Niatnya ingin memperbaiki hubungannya seperti saran Ryan tempo lalu kini hancur berkeping-keping karena ulah orang tuanya sendiri. Setelah kejadian ini Clavina jadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa ia benar-benar anak dari orang tuanya?

Apa ia benar-benar anak dari Alanzio Saffron dan Alissa Zoe Catherine?

Apa ia benar-benar keturunan dari keluarganya Saffron dan keluarga Geraldine?

Hah, Clavina jadi meragukan fakta-fakta itu. Nyatanya, hanya wajahnya saja yang mirip dengan Clanara, tetapi perlakuan yang didapatkannya semua berbeda.

"Kakak, enggak gitu," ucap Alissa mencoba memberikan pengertian.

Namun, Clavina yang sudah terlanjur sakit hati memilih berlari keluar dari rumahnya. Ia memasuki mobilnya dan melajukan mobil kesayangannya itu menjauh dari rumah yang kini benar-benar berubah menjadi neraka.

Rumah yang sudah ribuan kali menciptakan kecewa dan duka baginya.

Rumah yang kini tak pantas lagi ia sebut sebagai rumah.

Saat merasa sudah cukup jauh dari area perumahan, Clavina pun menepikan mobilnya sejenak dan mengusap wajahnya kasar.

Ia memukul-mukul kasar dadanya yang terasa semakin sesak dan nyeri, matanya kini kian memanas seiring rasa sakit yang semakin berat di dadanya.

"ARGHH!" teriak Clavina kencang dengan suara yang kian serak.

Ia pun menyembunyikan wajahnya di balik setir mobilnya, membiarkan pertahannya yang sudah tak kuat lagi akhirnya hancur juga. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya mengalir dengan deras di kedua pipinya.

"Please, don't cry. I am a strong woman, i am a strong woman," gumam Clavina.

Ia berusaha menguatkan dirinya sendiri, menyatukan kepingan-kepingan dirinya yang telah hancur. Benar saja, mantra itu selalu saja ampuh baginya.

Tangisnya seketika berhenti, membuatnya menghapus jejak air matanya secara kasar. Namun, walaupun tangisnya sudah berhenti, ia masih bisa merasakan sesak di dadanya.

Berkali-kali Clavina menghembuskan napas panjang, hingga ia merasa keadaan hatinya sudah lebih baik. Ia pun kembali melajukan mobilnya menuju arah rumah keluarga besar Saffron, rumah yang bisa Clavina tebak kini tengah ramai karena adanya acara ulang tahun salah satu nyonya.

Tak membutuhkan waktu lama bagi mobil Clavina untuk terparkir di halaman rumah keluarga Saffron, dari dalam mobil bisa Clavina lihat ada belasan mobil dengan harga selangit yang terparkir di sana.

Ia pun kembali menarik napas panjang dan memperbaiki penampilannya sebelum masuk. Bagaimana pun, Clavina tak ingin sampai membuat sedih oma tersayangnya di hari spesial wanita paruh baya itu.

Selain keluarga Ryan, ada Vira dan Lestari yang juga sangat menyayanginya, memberikan banyak kasih sayang untuknya. Hal ini juga yang menjadi alasan betapa ia sangat kecewa dengan sikap orang tuanya yang tak menghubunginya pasal acara ini.

Jika ini adalah ulang tahun Nolan atau orang tuanya, mungkin Clavina tak akan semarah itu.

"Ayo, Vin. Oma pasti udah nunggu di dalam."

Ia pun turun dari mobil dengan wajah datar dan gaya jalan yang anggun, kepalanya terangkat dan dadanya membusung angkuh.

Dari luar Clavina bisa mendengar dengan jelas suara ribut yang bisa ia pastikan berasal dari sepupu dan keponakannya. Bisa ia dengar dengan jelas pula suara tawa heboh, nyatanya di sini hanya ia seorang diri yang berteman dengan sepi.

----

To be continued...

Greget enggak sih sama sikap Alissa dan Alanzio👀 Sama, aku juga greget kok

Next? 20 komen dulu, key!

The Next QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang