Mengapa Harus Memilih, Jika Keduanya Terasa Sakit (PART 1)

2 1 0
                                    


Arka berjalan cepat memasuki kantor setelah memarkirkan kendaraan. Lima menit saja dia akan terlambat. Tidak etis jika ia yang terbiasa menegur karyawan yang terlambat, ia sendiri datang terlambat. Pegawai di sini begitu disiplin dan tepat waktu, itulah yang membuat kantor ini menjadi salah satu perusahaan periklanan terbaik di cabang Surabaya. Perusahaan yang berkantor pusat di Bandung ini memiliki cabang di kota-kota besar juga yang juga tak kalah ratingnya

Muka yang sedari ditekuk karena kesal dan juga kecewa, kini harus bersikap brofesional. Merangkap sebagai seorang manager dan ketua HRD Arka begitu dihormati di kantor. Ia berjalan memasuki ruangan, seorang perempuan yang mengenakan blazer dan rok hitam itu mendekati Arka.

"Pagi, pak. Hari ini ada jadwal interview untuk pelamar pekerjaan untuk staf Account Management," ucapnya sembari menyodorkan sebuah map berisikan data calon pegawai baru.

"Baik." Tanpa membuka mapnya, Arka segera masuk ruangan.

Seorang perempuan mengenakan kemeja putih bercelana hitam dengan balutan hijab berwarna putih bermotif berjalan tergesa-gesa memasuki loby di kantor Arka. Tangan kanannya menjinjing tas, sedangkan tangan kirinya membawa map berwarna merah.

"Silakan masuk, Anda sudah ditunggu di dalam." Sekretaris Arka membukakan pintu di ruangan Arka. Perempuan itu mengikut di belakangnya.

"Silakan duduk!"

"Terima kasih," ucap perempuan itu lirih.

"Kamu boleh keluar!"

"Baik, Pak."

Sekretaris bernama Fatin itu merasa ada sesuatu yang janggal. Tidak biasanya Arka menyuruh ia keluar ketika tengah meng-interview seseorang. Tidak biasanya juga Arka tidak memperlajari curiculum vitae calon pelamar yang satu ini. Bukan seperti Arka yang menurutnya adalah sosok yang sangat teliti dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Tidak ingin menduga-duga Fatin meninggalkan ruangan Arka dan melanjutkan pekerjaan.

"Maaf aku terlambat." Perempuan itu memulai percakapan dengan Arka.

"Tak masalah. Semalam tiba di Surabaya jam berapa?" tanya Arka sembari berdiri dari kursi eksekutifnya. Dengan sendirinya kursi itu berputar sekali lalu berhenti menghadap ke arah meja.

"Jam sepuluh malam, selepasnya tidak bisa tidur, makanya tadi bangun agak kesiangan."

Wawancara ini sebenarnya hanya formalitas yang dilakukan oleh Arka. Ia tak ingin dicap tidak profesional dengan membedakan pelamar pekerjaan di kantornya. Beberapa pelamar sudah melakukan interview sebelum perempuan ini datang. Pertanyaan seputar bagaimana cara membidik klien yang potensial dan cara untuk memenangkan tender telah diajukan. Semua jawaban nyaris tepat, terbukti mereka sudah melakukan persiapan. Namun, siapa yang menyangka usaha mereka akan sia-sia. Karena Arka sudah mengantongi nama seseorang yang berhak mengisi kursi kosong di kantornya.

"Bisa langsung bekerja hari ini?"

"Ha? Hari ini?" Perempuan itu terkejut dengan ucapan Arka.

"Mari ikut aku sekarang, sekalian makan siang!" Arka berdiri, memungut gawai di meja lalu memasukkannya di saku celana. Ia berjalan keluar diikuti perempuan yang baru saja diterima di perusahaan ini.

"Fatin, saya pergi sebentar dengannya. Jika ada sesuatu yang genting hubungi saya!"

Fatin mengangguk. Sesaat kemudian Arka berjalan menuju loby dan keluar kantor bersama perempuan yang berjalan di sampingnya. Fatin heran, siapa sebenarnya perempuan itu. Hubungan apa yang membuat mereka sedekat ini. Fatin menghela napas panjang. Ia sedikit kesal dengan pemandangan yang baru saja dilihat. Arka yang merupakan teman di SMA-nya itu adalah laki-laki yang misterius. Sungguh ia tak bisa mengeja perasaan yang tengah rasakan sekarang. Semakin lama, rasa itu semakin menyakiti hati dan perasaan.

*** 

Dongeng Perempuan Berpipi MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang