Ketika Menjauh, Semesta Justru Mendekat (PART 1)

4 1 0
                                    


Senin pagi setelah melaksanakan upacara di halaman madrasah, Rehan kembali gelisah. Ia berjalan tanpa gairah menuju ruang guru. Sebenarnya hari ini tidak ada jadwal dia mengajar, tetapi karena akan ada rapat yayasan ia pun wajib datang.

Laki-laki yang mengenakan kemeja polos berwarna biru itu berhenti di gapura jalan yang menghubungkan ke Madrasah Diniyah dan Taman Kanak-Kanak Darun Naja. Netranya menangkap perempuan tengah bermain bersama anak-anak kecil. Dari kejauhan Rehan melihat wajah perempuan itu yang selalu berseri. Wajah yang tak pernah marah di depan anak-anak. Meski masih muda, kesabarannya seperti seorang ibu kepada anak-anaknya.

Rehan mengutas senyum, sesaat kemudian ia kembali murung. Perempuan di depannya bukan lagi jadi prioritas. Karena sebentar lagi akan menjadi bagian keluarganya. Rehan tak bisa membayangkan perasaan yang nanti akan ia rasakan tatkala melihat kemesraan kedua insan yang sudah sah menjadi suami istri, sedangkan sang istri hingga saat ini masih tertambat di hatinya.

Ia terus mengamati gerakan Aqish dari kejauhan. Meski ia tak bisa mendengar jelas apa yang tengah diucapkan Aqish bersama anak-anak itu, tetapi dapat dipastikan Aqish sedang bermain ular naga. Aqish bersama seorang anak menyatukan kedua tangan membentuk seperti terowongan. Sementara anak-anak yang lain berbaris berjajar di belakang terowongan itu. Satu persatu anak menerobos terowongan sembari menyanyikan lagu ular naga. Samar Rehan mendengar anak-anak itu menyanyikan lagu tersebut. Semua wajah tampak gembira, termasuk Aqish yang sedari tadi menyulam senyum di bibirnya.

Rehan menikmati pemandangan itu. Ia masih ingat betul permainan tradional yang saat ini jarang sekali dimainkan oleh anak kampung. Padahal permainan ini sangat seru apalagi saat saling kejar.

Aqish dan seorang anak itu akan menjadi induk ular naga. Ketika lagu yang dinyanyikan habis, seorang anak yang tertinggal di terowongan akan diberi pilihan dengan cara membisikkan ke telinga. Pilihan itu biasanya nama-nama binatang atau pun buah-buahan. Dua pilihan akan menentukan anak itu menjadi kelompok siapa.

Rehan semakin asyik bernostalgia menyaksikan Aqish bermain bersama anak-anak. Hingga kedua kelompok itu sudah memiliki ekor ular naga yang siap memainkan peran. Ekor ular naga itu menjadi mangsa kelompok yang lain. Dari urutan paling belakang hingga ke depan. Dua induk ular naga saling menjaga ekor-ekornya. Halaman yang luas memudahkan ruang gerak mereka.

Tidak sengaja Aqish melihat Rehan yang sedang mangamati dari kejauhan. Ia melempar senyum kepada Rehan yang membuat Rehan tersipu malu dan salah tingkah. Rehan mengucapkan sesuatu yang menunjukkan ia dari arah sana dan tidak sengaja melihat Aqish yang sedang bermain. Meski Aqish tak mendengar jelas apa yang dikatakan Rehan, tetapi ia mengerti maksud Rehan. Rehan pun segera pergi dari tempatnya berdiri. 

Dongeng Perempuan Berpipi MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang