Ketika Menjauh, Semesta Justru Mendekat (PART 3)

2 1 0
                                    


Rehan segera mengambil tas di ruang guru lalu bergegas menuju parkiran. Saat tiba di parkiran gawainya berdering. Ia mengambil benda persegi panjang itu dari saku celana, terlihat nama Arka tengah memanggil. Takut ada hal penting, Rehan segera menerima panggilan tersebut dengan posisi duduk di atas jok motor dan satu kaki menahan motornya.

"Ada apa, Ka? Kok tumben siang-siang gini telfon?" ucap Rehan setelah menjawab salam dari Arka.

Arka bicara basa-basi menanyakan kabar kakaknya. Rehan semakin penasaran dengan tujuan adiknya siang itu. "Mas baik-baik aja, wes langsung saja mau ngomong apa?" Seperti paham betul kebiasaan adiknya, Rehan meminta Arka bicara to the point dengannya.

Rehan begitu serius mendengarkan Arka bicara dari sambungan telepon. Ia tak tahu apa yang harus dikatakan. Perasaannya campur aduk membuat lidahnya kelu tak bisa menanggapi perkataan Arka. Rehan menurunkan standart motor lalu beranjak dan duduk di bawah pohon di samping parkiran. Ia terus mendengarkan Arka berbicara hingga terdengar suara Arka dari balik gawai, "Gimana, Mas? Bisa, kan?"

Rehan semakin lemas. Ia harus bagaimana dan perasaan apa yang harus diluapkan. Ia tak ingin langsung mengiyakan permintaan adiknya. Sebuah keputusan yang sulit diterima akal. Namun, Arka sudah menjelaskan alasan dari a dari z membuatnya semakin dilema. Di akhir pembicaraan Rehan pun berkata, "Kamu sudah yakin melepasnya?"

Sambungan terputus, baterai handphoneRehan tak tersisa

Dongeng Perempuan Berpipi MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang