Mengungkap Rahasia (PART 2)

2 1 0
                                    


"Oke gak papa, Kak. Siang jam sebelas, ya!" kata Arka memastikan.

Jarak rumah Salma tidak jauh dari kantor Arka. Pukul setengah sebelas ia sudah tiba di sana. Arka mejemputnya di depan lobi. Setelahnya Salma diajak ketemu dengan salah satu staf nya yang mengurusi konsep pemotretan kali ini. Salma sudah merias wajahnya dari rumah. Hanya butuh dibenahi sedikit.

Ruangan berukuran lima meter persegi itu sudah siap digunakan. Kain polos telah dibentang di stand backgroud, dua buah payung reflektor di sisi kakan kiri juga lampu-lampu sorot yang terpasang di samping payung.

Seorang fotografer muda tengah memutar-mutar lensa di kamera canggihnya. Memotret backgroud memastikan pencahayaannya sudah pas. Barndoor dan soft box juga telah distel. Set sofa dan hiasan indoor lainnya seperti tanaman kering dan guci telah ditelakkan di set pemotetan. Konsep untuk promo sebuah brand minuman ini akan distel berlatar dalam ruangan. Seorang staf juga telah menyiapkan cangkir untuk properti.

Salma mulai bergaya dengan duduk di sofa. Cangkir yang di tangannya segera dimainkan. Fotografer gesit menangkap pose-pose Salma. Selesai satu set, berlanjut dengan berdiri. Beberapa orang mengangkat sofa ke tepi. Salma kembali berpose memegang produk minuman seduh. Tubuhnya bergerak gemulai layaknya model profesional.

Arka yang berdiri di tepi pintu tersenyum tipis melihat Salma yang tengah berpose. Tidak bisanya ia ikut menyaksikan ketika pemotretan. Namun, karena model kali ini adalah rekomendasinya, ia turut mengikuti prosesnya.

Setengah jam berlalu, pemotretan selesai. Kemampuan Salma tidak diragukan lagi. Fotografer tidak begitu banyak mengarahkan pose-pose yang sesuai. Jam terbang Salma di dunia model memang sudah tinggi.

"Terima kasih, ya Kak," ucap Arka saat Salma berdiri di sampingnya.

"Never mind, yang penting tetap dibayar," jawabnya disertai gelagak tawa.

"Kalau itu sudah pasti. Sekretarisku nanti yang akan meng-handle, ya."

Salma tersenyum, "Santai."

Perkataan Salma saat bertemu Arka beberapa hari yang lalu, membuat Arka kepikiran apa yang sebenarnya dimaksud oleh teman dekat Rehan itu. Ia merasa ada sesuatu yang tidak ia diketahui. Perasaan Rehan terhadap Aqish pun nyatanya ia tidak tah. Jika tidak menemukan diary Rehan, sampai sekarang pun akan jadi rahasia.

"Setelah ini ada pekerjaan tidak, Kak?" tanya Arka saat menghampiri Salma setelah mengganti pakaiannya.

"Hm ... tidak sih. Paling mau mapir makan siang habis itu pulang."

Arka mengangkat lengan lalu melihat jam di tangannya. "Kebetulan sebentar lagi jam istirahat kantor, bolehkan kita makan siang bersama di kafe yang kemarin saja?"

Tanpa berpikir Salma mengiyakan permintaan Arka. Mereka pun keluar kantor, setelah Arka izin ke Fatin. 

Dongeng Perempuan Berpipi MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang