03. AMARAH JAEMIN

2.9K 241 10
                                    

.
.
.

Sinar matahari yang menembus jendela, menyapa wajah tenang gadis yang kini masih memejamkan matanya di atas kasur. Matanya perlahan terbuka karena merasa sedikit terganggu dengan cahaya yang sedikit menusuk matanya.

Gadis itu bangkit terduduk dan meraih ponsel di atas nakas samping tempat tidurnya. Melihat jam yang tertera di lockscreen-nya. Jam menunjukkan pukul 7 pagi.

Karena begitu penasaran dengan keadaan di luar kamarnya. Gadis itu beranjak membuka pintu sedikit, mengintip keluar. Sepi, tidak terlihat orang-orang yang berlalu lalang. Hanya ada suara antara gesekan sendok dan garpu serta suara mesin pembersih debu.

"Mana lelaki itu, apa sudah berangkat bekerja? Aku juga harus berangkat bukan?"

Oh ya, biarkan aku beri tahu sedikit. Mansion ini terdapat 10 orang termasuk Livy dengan si brengsek, Jaemin. 2 supir pribadi, 2 pelayan, 2 tukang kebun atau sebagai orang yang membersihkan seluruh Mansion, dan 2 penjaga gerbang Mansion ini. Bagaimana tidak banyak, bahkan Mansion ini lebih besar dari kafe Livy bekerja. Jangankan kafe, mungkin mall saja kalah.

Kini Livy sudah membersihkan dirinya dan memakai pakaian yang rapih. Meski baju kemarin. Tak ingin terlambat, dirinya langsung meraih tas dan bergegas turun dengan sedikit terburu-buru.

"Mau kemana, Non?" Suara bibi Yumi menghentikan langkahnya yang sudah ingin membuka pintu keluar.

"Mau bekerja. Aku takut terlambat, jadi sedikit terburu-buru," jawab Livy sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Di sisi lain, Jaemin hendak menghampiri Livy di kamar, ia urungkan saat menemukan gadis itu tengah berbincang dengan bibi Yumi.

"Sarapan." Livy menoleh ke belakang, mendapati Jaemin di sana dengan tatapan tak biasa.

"Ti-"

"Semua orang yang ada di sini, harus sarapan. Tidak ada alasan apapun." Belum Livy menyelesaikan kalimatnya, Jaemin langsung memotongnya.

Livy berdecak. "Oke!"

Umpatan demi umpatan ia lontarkan dalam hatinya.

"Jangan mengumpat. Aku tahu kau mengumpatiku dalam hati. Simpan umpatanmu itu, ikut aku."

***

Keduanya kini sudah selesai menghabiskan sarapan paginya dengan tenang. Meski dalam hati Livy tak habis habisnya memaki pria yang duduk di sampingnya ini.

"Pakaianmu rapi sekali, mau kemana?" kata lelaki yang kini membenarkan bentuk dasinya.

"Bekerja."

"Siapa yang menyuruhmu pergi bekerja?" Livy menatap Jaemin dengan bingung.

"Kan memang sudah seharusnya aku bekerja."

"Mau bekerja di mana? aku sudah mengeluarkanmu dari pekerjaan itu."

Gadis itu membelalakkan matanya. "Hah?! Kau gila?!"

"Kenapa? Kau sudah bersamaku. Untuk apa bekerja." ujar Jaemin santai.

"Lalu bagaimana aku akan mendapatkan uang? Bagaimana aku bisa hidup?! Kau!" geram Livy yang sudah menyiapkan tangannya untuk mencakar wajah Jaemin.

"Lalu kau anggap aku apa? Aku bisa membiayaimu."

"Aku tak butuh kau!"

Jaemin beranjak berdiri, mengambil jas dan juga tas laptopnya. "Jangan banyak omong. Aku berangkat. Jangan keluar mansion jika tidak ada kepentingan yang sangat penting. Jangan sampai aku melihatmu di luar. Ingat itu!"

SIT DOWN! | JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang