11. RASA RINDU

1.2K 87 5
                                    

Ini sudah 2 hari sejak Jaemin dan Mark mulai mencari keberadaan Livya yang dibawa oleh Thomas. 24 jam mereka terus berjaga di depan layar komputer dan laptop, berharap ada tanda-tanda Livya berada. Keduanya coba meretas tempat tinggal Thomas yang sebenarnya, tetapi tidak ada hasil. Keberadaan gadis itu sangat sulit ditemukan. Sampai Jaemin menyuruh tangan kanannya untuk mencari keberadaan Livya di berbagai kota. Jaemin menggebrak meja sangat keras, lelaki itu terlihat berantakan.

"Sialan!"

"Ini semua karenamu!" ujar Jaemin mengarahkan jari telunjuknya ke arah Mark.

"Jika Livy tidak pergi denganmu, hal ini tidak akan terjadi!" tambahnya.

"Ini juga salahmu! Mengapa kau mengambil ponselnya! Ponsel itu sangat penting baginya!" Mark tak mau kalah, ia meninggikan suaranya di depan wajah Jaemin.

Jaemin menghela napasnya, ia memaki-maki dirinya sendiri di dalam hati. Jaemin terduduk kembali di kursi miliknya, tangan kirinya memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing.

Mark yang berada di samping Jaemin juga ikut menghela napas. Untuk saat ini, tidak ada waktu untuk saling menyalahkan, itu akan sangat membuang-buang waktu. Sebenarnya Mark ingin meluapkan emosinya pada Jaemin, karena Jaemin terus menerus menyalahkan dirinya sejak kemarin. Mark tahu, jika ia terus meladeni Jaemin, pria itu tidak akan mencari keberadaan Livya dan terus beradu mulut dengannya.

"Kapan akan mencari dia lagi?" tanya Mark dengan suara pelan.

"1 jam lagi, aku lelah," jawab Jaemin, "Liam sudah kembali?" Mark menggeleng.

"Dia memberitahuku bahwa dia masih di luar kota."

"Masih?" Jaemin mengerutkan dahinya. "Padahal aku sudah menyuruhnya untuk kembali."

"Biarkan saja."

"Ada banyak pertanyaan yang terus muncul di benakku. Salah satunya soal ini. Kenapa Thomas bisa tahu bahwa ada Livya di sini? Perasaan gadis ini jarang sekali keluar rumah." Jaemin mengetuk meja.

"Thomas gila harta dan profesimu, dan dia mencoba untuk mengambil semuanya. Jadi dia pasti terus menggali informasi tentangmu, tentang rumah ini dan banyak hal yang bersangkutan denganmu," jelas Mark. Lelaki itu membuka tutup botol air mineral yang sudah tersedia beberapa botol di meja kerja Jaemin.

Jaemin mengusap wajahnya kasar. "Dia melangkah dengan berani."

"Kurasa dia juga memiliki suruhan yang ia suruh untuk menguntitmu sepanjang hari."

"Sialan!" decak Jaemin.

Mark kembali meletakkan botol di atas meja, ia mengusap ujung bibirnya. Lelaki berkemeja biru muda itu mendaratkan pantatnya di sofa hitam milik Jaemin. Kaki kanannya terangkat, dan ia letakkan di atas kaki kirinya.

"Bukankah seharusnya kau melepaskan Livy sejak kemarin-kemarin? Aku mendengar darinya jika dia sudah sembuh, kau akan melepaskannya. Kenapa belum kau lepaskan?" Mark menatap Jaemin lekat. Pertanyaan itu membuat Jaemin tertunduk.

"Aku tidak tahu, hatiku berkata jika dia tidak boleh pergi. Aku bingung."

Mark melempar punggungnya bersandar pada kepala sofa. "Apa kau pernah berpikir sebahaya apa nyawanya? Jangan lupakan profesi kita ini Jaemin. Kita ini sedang dikepung oleh banyak musuh, mereka pasti menjadikan gadis itu sebagai umpan."

"Kau menyeret Livya dalam dunia gelapmu," tambahnya.

"Aku tahu, maaf."

"Maaf? Sialan." Mark membuang muka. Merasa muak dengan sahabatnya itu.

Kini Jaemin sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Pertanyaan Mark membuat ia bertanya-tanya dengan perasaan. Apa dia menyukainya? Apa dia memiliki perasaan dengan gadis itu? Perasaan apa ini?

SIT DOWN! | JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang