05. PELAMPIASAN DAN PENYELAMAT

2.5K 187 13
                                    

Seorang gadis malang ini, tengah berada di atas ranjang, menyandarkan tubuhnya di dashboard kasur dengan tatapan kosong. Wajahnya pucat, sebab semalam dirinya harus bertahan di bawah air yang terus mengguyur tubuhnya. Kurang lebih sekitar dua jam gadis itu berada di bawah shower atas perintah Jaemin sebagai hukuman.

Pintu kamar terbuka, menampakkan bibi Yumi yang masuk seraya membawa nampan berisikan sarapan. Dan menaruh sarapan itu di atas nakas samping tempat tidur.

Namun, gadis itu masih tetap nyaman dengan tatapan kosongnya. Tak begitu sadar atas kehadiran bibi Yumi di kamarnya.

Bibi Yumi tersenyum seraya mengelus lembut kepala gadis itu. Tahu betul apa yang dirasakan Livy atas kejadian kemarin dan membuat Livy begitu terdiam pagi ini.

"Non, makan dulu, ya. Perut anda perlu diisi," ujar bibi Yumi menatap Livy dengan tangan yang tak berhenti mengelus kepalanya.

Livya menggeleng lemah tanpa menatap bibi Yumi yang kini sudah duduk di sampingnya.

"Sedikit saja, ya?" Livy tetap menggeleng.

"Maaf, bibi tidak bisa membantu banyak untuk Livya. Bibi hanya pembantu biasa di sini, tidak lebih. Bibi khawatir dengan Nona yang terus menolak makanan. Perutmu perlu diisi," ujar bibi Yumi. Wanita paruh baya itu hanya bisa menghembuskan napasnya saat tidak ada respon positif dari Livy.

"Lebih baik seperti itu, bukan? Perutku kosong dan aku mati kelaparan. Aku ingin menyusul ayah dan ibuku," responnya.

"Nona, jangan seperti itu. Masa depan anda masih panjang. Cukup nikmati prosesnya."

"Proses pahit ini?"

"Bisakah bibi menjamin ini? Aku hanya ingin hidup seperti orang-orang di luar sana. Kenapa aku harus di kurung seperti tahanan di sini?"

"Kita tidak akan tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi yakinlah ini adalah rencana baik Tuhan," kata bibi Yumi.

Livya mengalihkan pandangannya. Di rasa tidak akan ada yang berubah setelah penjelasan bibi Yumi yang meyakinkan Livya, wanita paruh baya itu keluar kamar setelah mengingatkan kembali untuk memakan sarapannya.

***

Seperti biasa, tiada hari tanpa kesibukan dengan berkas-berkasnya yang tergeletak di atas meja besar itu.

Jaemin merenggangkan tubuhnya seraya memejamkan matanya sejenak. Meredakan rasa lelah yang menerjang punggungnya pagi ini. Pandangannya mengarah pada ponsel yang menampakkan nama tak asing baginya. Segera lelaki itu meraih ponselnya dan menggeser ke kanan layar untuk menerima panggilan.

"Penting? Jika tidak, aku putus sambungan ini."

"Kau tidak ingin menyapa ayahmu ini?"

"Ayah? Pantaskah kau disebut ayah? Cih!"

"Ada apa denganmu?"

"Aku tidak suka basa-basi. Cepat katakan apa yang kau inginkan."

"Jangan terlalu buru-buru. Kau sudah makan?"

"Apa pedulimu?"

"Jika belum, makanlah."

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?!"

"Santai saja, aku hanya ingin memintamu untuk datang besok pagi."

"Untuk? Aku tidak akan pergi ke sana jika tidak ada urusannya denganku atau tidak penting bagiku."

"Ayah akan menjodohkanmu dengan anak dari rekan kerja ayah. Mereka akan datang besok."

SIT DOWN! | JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang