(Terdapat kekerasan. Harap bijak!)
.
.
.
Sudah 2 hari ini, Livy tidak keluar kamar sama sekali. Bahkan hanya sekedar menyentuk knop pintu pun, tidak diperbolehkan oleh Jaemin. Tapi tenang saja, Jaemin menyuruh bibi Yumi untuk mengantarkan makanan pada gadis itu. Agar perutnya tetap terisi dan tidak sakit.Tapi, Livy bersikeras untuk menolak makanan tersebut, dengan alasan tidak lapar. Hal itu sukses membuat Jaemin naik pitam. Pernah saat itu Jaemin melempar makanan Livy ke lantai dan membentaknya saat gadis itu menolak untuk makan dengan teriakan yang cukup keras.
Dibentak oleh Jaemin, membuat gadis itu sedikit gemetar dan terkejut. Pasalnya, gadis ini tidak pernah dibentak oleh lelaki sebelumnya. Bahkan ayahnya sekalipun. Jaemin menjadi lelaki pertama yang membentak Livy begitu keras.
Malam ini terlihat begitu sepi. Semua orang yang berada di mansion ini tengah melakukan kesibukan masing-masing di tempatnya. Begitu juga dengan Jaemin yang masih asik berkutat dengan berkas-berkasnya. Matanya terlihat fokus sekali pada layar laptop, sesekali bergantian melihat berkasnya.
Jaemin menghela napasnya kasar. "Ck! Berkas-berkas ini membuatku bosan. Banyak sekali."
Lelaki yang masih memakai jasnya itu menyenderkan punggungnya di kepala kursi seraya meraih ponselnya. Tangannya sibuk mengetik huruf demi huruf untuk mengirim pesan pada seseorang.
Perhatiannya bertuju pada pintu ruangan yang tertutup rapat.
"Apa yang dilakukan pada gadis itu sekarang?" ujarnya sambil melihat ke arah jam yang melingkar sempurna di pergelangan tangannya.
Jaemin beranjak dari duduknya, memasukkan kedua tangannya pada saku celananya. Berjalan membuka pintu dengan tampang datar.
Ketukan sepatu terdengar mendekat ke arah depan pintu kamar Livy. Jaemin hendak menekan knop pintu, namun ia urungkan. Antara masih marah dan juga ingin melihat aktivitas gadis itu di jam 10 malam ini di dalam.
Lelaki itu memutuskan membuka pintu kamar Livy dengan kunci yang sudah ia tancapkan di sana. Berdiri di ambang pintu seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Melihat gadis yang berdiri di depan jendela dengan tatapan kosongnya.
"Mau sampai kapan kau akan terus berdiri di depan jendela itu?" tanya Jaemin yang tak dijawab oleh Livy.
Livy hanya menatap lelaki itu sekilas, dan perhatiannya kembali menatap pemandangan malam hari di luar jendela. Sepertinya pemandangan itu lebih menarik dari pada tampang tampan yang dimiliki oleh seorang kepala mafia ini.
"Tidur, ini sudah malam." Lagi dan lagi, Livy tidak menjawab ataupun merespon kalimat yang keluar dari mulut lelaki itu.
"Kau tidak dengar? Tidak punya telinga?!" Jaemin dengan amarah yang tersisa, meninggikan suaranya saat gadis itu benar-benar tidak tertarik dengan kalimat yang keluar dari mulutnya.
"YAK! kau!"
Jaemin menghampiri Livy. Menarik kasar lengannya dan mendorong tubuh gadis itu hingga terjatuh di atas ranjang.
"Sakit!"
"Tidak peduli! Tidur! Jangan sampai aku melempar barang yang ada di sini ke tubuhmu!" Jaemin menatap tajam ke arah Livy.
Livy hanya bisa menundukkan kepalanya. Enggan untuk membalas tatapan Jaemin yang seakan-akan ingin membunuhnya.
"Tidak bisakah kau menurut padaku, sialan?!" Jaemin mengacak-acak rambutnya frustrasi. Lalu, keluar kamar dengan membanting pintu itu keras.
Secara tiba-tiba butiran air mata membasahi pipinya begitu saja. Hatinya sesak. Pertama kalinya, ia mendapat perlakuan seperti ini. Sudah cukup untuk mengusap air mata yang terus mengalir tanpa henti. Gadis itu memutaskan untuk berbaring dan tidur. Berharap malam ini dirinya bermimpi dengan indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIT DOWN! | JAEMIN
Mystery / ThrillerSeorang gadis yang tak sengaja berurusan dengan seorang lelaki mafia, membuat dirinya harus mengikuti semua perintahnya. Jika tidak, dia bisa mati. Jaemin Fernandez, itu namanya. Mafia muda yang mempunyai perusahaan besar serta kepala mafia 'Fernand...