Pintu kamar mandi terbuka, seorang pria tengah mengeringkan rambutnya yang masih meneteskan air dengan handuk kecil yang dikalungkan di lehernya.
Pria itu memandangi dirinya sendiri di pantulan kaca, mengambil parfum dan deodorant untuk ia pakai.
Kakinya melangkah ke arah lemari besar dengan tiga pintu, membuka dua pintu lemari dengan lebar. Tangannya bergerak mengambil kemeja putih serta celana hitam panjang untuk ia kenakan bekerja pagi ini.
"Rasanya malas untuk pergi bekerja. Tapi pria tua sialan itu terus menggunakan perusahaan ayah untuk kesenangannya." Pria bernama Jaemin Fernandez itu menghela napasnya sedikit kasar.
"Aku harus cepat mengambil seluruh perusahaan itu dari Thomas."
Meja makan berwarna putih itu terdapat sepiring sandwich dan juga segelas susu di samping piring sandwich.
Jaemin duduk di kursi miliknya seraya membenarkan dasi yang belum sempat terpasang rapi. Setelahnya, dirinya langsung mengambil roti itu dan melahapnya secara perlahan. Tak lupa juga ia meneguk habis susunya sebagai akhir dari sarapannya.
Jaemin mengerutkan keningnya saat melihat bibi Yumi membawa nampan berisi semangkuk sereal. "Sereal untuk siapa?"
"Ini sarapan untuk Nona Livya, Tuan."
Jaemin mengangkat satu alisnya, mencerna ucapan yang dilontarkan bibi Yumi barusan. Hingga akhirnya, pria itu tersadar akan suatu hal. Livya! Dia berada di bathtub semalaman.
Dengan rasa panik, lelaki itu merogoh tasnya mengeluarkan sebuah kunci dan langsung berlari naik ke atas. Bibi Yumi yang melihat Tuannya panik, memutuskan untuk mengikutinya setelah menaruh nampan berisi sereal di atas meja.
Brakk!
Pintu kamar mandi dibuka dengan tidak santai oleh Jaemin. Matanya membelalak saat dirinya melihat seorang gadis sudah pucat tak berdaya dengan air bathtub yang berubah menjadi sedikit keruh.
"Nona?" Suara Bibi Yumi terdengar gemetar.
Jaemin segera melepas jasnya, menaruh jas itu di sisi bathtub. Tangannya meraih tubuh telanjang Livya dan menutupinya dengan jas yang ia lepas tadi.
Dengan hati-hati, Jaemin menyelipkan tangannya pada lutut Livya, menggendong gadis itu ala bridal style. Jaemin berlari membawa gadis itu ke kamarnya dengan napas yang tersengal-sengal.
Jaemin meletakkan tubuh lemas itu di atas ranjang. Lalu menatap para pelayan yang kini ikut masuk ke dalam kamar Livya.
"Apa yang kalian lihat! Panggil dokter!" Teriaknya.
Bibi Yumi mengangguk, berjalan keluar untuk menghubungi dokter.
Mata Jaemin menatap wajah pucat gadis yang masih setia memejamkan matanya. Perasaan bersalah kini menyelimuti dirinya. Bisa-bisanya dirinya setega ini dengan seorang gadis hanya karena rasa cemburu. Benar-benar keterlaluan.
Lelaki dengan kemeja yang sudah basah itu menggelengkan kepalanya atas perbuatannya. Ia mendekat, menarik selimut untuk menutupi tubuh Livya agar tidak kedinginan.
"Pakaikan dia baju, aku akan membatalkan rapat hari ini dan masuk lagi di sini bersama dokter nantinya."
"Baik, Tuan." Jaemin menatap Livya sebentar, lalu melangkahkan kakinya keluar.
"Batalkan rapatku hari ini dan besok, ada sebuah halangan yang membuatku tidak dapat bekerja," ujar Jaemin pada ponselnya yang tengah melakukan panggilan dengan Liam—tangan kanannya.
"Dan selalu perhatikan gerak-gerik Thomas. Berikan laporannya padaku secepatnya."
Jaemin segera menutup sambungan teleponnya saat Bibi Yumi mengatakan bahwa dokter sudah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIT DOWN! | JAEMIN
Mistério / SuspenseSeorang gadis yang tak sengaja berurusan dengan seorang lelaki mafia, membuat dirinya harus mengikuti semua perintahnya. Jika tidak, dia bisa mati. Jaemin Fernandez, itu namanya. Mafia muda yang mempunyai perusahaan besar serta kepala mafia 'Fernand...