"Hai, Bibi. Selamat pagi," sapa Livya saat turun dari anak tangga.
"Selamat pagi, Non. Kenapa pagi sekali sudah ke sini? Bibi belum selesai memasak, Non."
Livya tersenyum menghampiri Bibi Yumi. "Sengaja, Livy ingin membantu Bibi."
"Aduh, jangan, Non. Nanti Tuan Jaemin marah kalau Nona ikut memasak. Bukan tugas Nona, melainkan Bibi," mohon wanita paruh baya itu. Biasanya Jaemin akan melarang Livya untuk melakukan beberapa hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Jika itu adalah tugas Bibi Yumi, maka yang harus melakukan adalah Bibi Yumi, bukan orang lain.
"Nggak apa-apa, Bi. Nanti Livy yang izin ke Jaemin, ya?" Belum Bibi Yumi menjawab, gadis itu sudah merebut alat masaknya dari tangan Bibi Yumi.
"Nona bantu yang ringan saja, untuk memasak biar Bibi yang melakukannya. Saya tidak mau Nona terluka, apa lagi Tuan Jaemin," ujar Bibi Yumi, "Nona bantu menata makanannya saja, ya?" sambungnya.
"Aku juga ingin memasak sesuatu, Bi. Boleh?"
"Boleh banget, Non! Nona ingin memasak apa pagi ini?"
"Sepertinya sup rumput laut dan kimbab. Biasanya ibuku akan membuatkan menu ini di hari spesialku, dan memakannya bersama-sama dengan keluarga. Tapi sekarang menu itu tidak pernah aku lihat lagi di atas meja setelah ibuku tiada. Aku akan memasaknya sendiri untuk memanjakan diriku di hari spesialku ini," ujarnya sambil tersenyum, tapi di dalam hatinya ia menahan isakannya.
Makanan sederhana, keluarga Livya sangat menyukai hal hal yang sederhana. Namun, membahagiakan. Bagaimana tidak, tawa dan canda begitu terdengar asik di meja makan.
Bibi Yumi menatap Livya. "Yang sabar, ya, Non." Livya mengangguk. "Sebentar, ini hari spesial Anda? Nona sedang ulang tahun hari ini?"
Livya terkekeh. "Iya, benar, Bi. Hari ini hari ulang tahunku."
"Selamat ulang tahun gadis cantik. Sehat selalu, ya, Non. Biar Bibi bantu ya masaknya." Livya mengangguk. Dengan adanya Bibi Yumi di hari ulang tahunnya, serta perhatian Bibi Yumi pada Livya, gadis itu merasa kembali di satu tahun yang lalu. Di mana terakhir kalinya, ibunya memasakkan makanan untuk hari spesialnya. Dia merasa ada sosok ibu di sisinya.
Genangan air yang membanjiri kelopak matanya tak dapat ia tahan. Dengan satu kali kedipan, air mata itu lolos membasahi pipinya. Ia buru-buru menghapus air matanya saat Bibi Yumi telah kembali setelah mengambil beberapa sayur dari kulkas.
"Nah, ini ada bahannya, Non. Silakan," ujar wanita paruh baya itu.
***
Seorang lelaki yang masih memakai kemeja putihnya itu beranjak duduk dari tidurnya saat sinar matahari di luar sana cukup mengganggu tidurnya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan dengan wajah bantalnya, tak ada siapapun di sana kecuali dirinya. Jaemin beranjak dari tempat tidurnya saat menyadari gadis yang tidur dengannya semalam tidak ada di sisinya.
"Di mana dia?"
Ia menuruti anak tangga dengan hati-hati. Lalu mengedarkan pandangannya keseluruhan penjuru rumah besarnya. Suara dentingan alat dapur menarik perhatiannya, ia melangkah ke arah dapur, dan, ya, Jaemin menemukan gadis itu di sana.
Jaemin berdiri di ambang pintu sambil melipatkan kedua tangannya, melihat Livya yang sedang memunggungi dirinya dan di sebelah gadis itu terdapat Bibi Yumi yang terlihat tengah membimbing Livya memasak.
Tanpa lelaki itu sadari, kedua sudut bibirnya naik. Ia tersenyum, seperti suami yang tengah melihat istrinya menyiapkan makanan di pagi hari.
Jaemin memilih duduk di salah satu bangku di sana tanpa mengganggu keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIT DOWN! | JAEMIN
Mystery / ThrillerSeorang gadis yang tak sengaja berurusan dengan seorang lelaki mafia, membuat dirinya harus mengikuti semua perintahnya. Jika tidak, dia bisa mati. Jaemin Fernandez, itu namanya. Mafia muda yang mempunyai perusahaan besar serta kepala mafia 'Fernand...