**
***
"Bego sih boleh, tapi jangan serakah, anjir." Omel una pada Jihyo yang dengan santainya makan bakso. Kerumunan siswa-siswi yang berlalu-lalang membeli makanan untuk mengisi perut mereka dikala jam istirahat sekolah tiba.
"Apa sih, ngomel gajelas." Tanggap Jihyo mengernyit tak suka pada una.
"Lo nyuruh Jungkook ngerjain tugas remidi lo, gila apa?" Pelototan una tidak akan mempan bagi si keras kepala Jihyo.
"Dia yang mau." Jawab Jihyo merollkan matanya.
"Bohong!"
Jihyo menaruh sendoknya dimangkuk."lo kenapasih? Suka sama dia? Sana tembak. Jadian sama cowo nerd kampungan itu, ew."
"Gue ga bilang suka ya, anjir! Gue ngomel karna lo tega banget sama dia."
Jihyo melirik una tak suka "pantes kita ga cocok. Lo sok malaikat, najis."
Una yang dikatain seperti itu makin memanas, "gue sumpahin lo jadian sama jungkook, lo bucin sama dia. Biar mampus lo jilat ludah sendiri."
Una pergi begitu saja meninggalkan Jihyo yang memperagakan ocehan gadis berpipi gembil itu. Ya seperti itu persahabatan Jihyo dan una, selalu bertengkar dan cepat berbaikan.
**
"Kamu udah ibu kasih kesempatan ya, Jihyo. Kalo kamu masih begini terus, kamu mau ga naik kelas karena matematika kamu remidi? Kelakuan kamu juga udah keterlaluan. Udah remidi, kamu minta Jungkook yang mengerjakan tugas kamu." Marah Bu santi.
Jihyo hanya diam menunduk, dalam hatinya pasti Jungkook yang mengadukannya. Nerd. Tukang adu.
Seolah Busanti tau apa yang ada didalam benak Jihyo, "Jungkook tidak sama sekali mengadu ke Ibu. Ibu periksa tugas kamu. Nih." Bu santi memperlihatkan lembar tugas yang Jungkook kerjakan atas nama Jihyo.
"Ini tulisan Jungkook, Ibu sudah hafal." Lanjut Bu santi.
Jihyo semakin jengah, bukannya menyesal. "Maaf Bu." Ucap Jihyo enggan.