lnjttt

686 98 21
                                    

Jihyo perlahan memakan makanannya yang sudah agak dingin. Dirinya gugup, walaupun fokus dg santapan yang ada, ujung matanya melihat bahwa Jungkook tidak sedetikpun mengalihkan pandangannya dari Jihyo hal itu membuat Jihyo sedikit salah tingkah dan makan secara tidak nyaman.

Ketika Jihyo mengangkat kepalanya lalu menatap Jungkook, pria itu sedikit gelagapan lalu netranya entah kemana mencari peralihan atau lebih tepatnya malu ketahuan oleh Jihyo.

"Ganyaman ya didekat saya? Apa saya pindah aja biar kamu enak makannya." Tawar Jungkook tak enak hati pada Jihyo. Karena dirinya yang memang rindu sampai pria itu merasa bahwa Jihyo terlihat tak nyaman bila berada didekatnya.

Jihyo menggeleng, "temenin. Aku gabisa makan sendiri." Pinta Jihyo malu. Entah mengapa jihyo pun tanpa sadar mengucapkan apa yang ada di isi hatinya. Darimana asal keberanian itu? Bukankah dirinya sangat menolak keberadaan pria yang ada didepannya..

Mendengar hal itu membuat Jungkook mengulum senyumnya, lalu 'aku'? Jihyo tidak lagi memanggil dirinya dg sebutan 'saya'. 'aku' terdengar lebih intim dalam suatu hubungan ketimbang 'saya' yang entah mengapa seperti ada tembok besar jika jihyo menyatakan dirinya hal tersebut.

"Aku temenin." Jawab Jungkook membuat Jihyo sedikit tersenyum.

***

Begitu sampai diparkiran basement dan Jungkook melepaskan seatbeltnya, Jihyo tidak bergerak bahkan seatbeltnya masih berada ditempatnya membuat Jungkook agak heran.

"Udah sampai?" Pertanyaan Jungkook diajukan untuk menyadarkan Jihyo dari keterdiamannya namun Jihyo malah menoleh menatapnya.

Hati Jihyo bergemuruh, hubungannya dulu bersama orang yang ada di depannya belum selesai. Bahkan sampai saat ini. Tidak ada kejelasan, yang ada hanya Jungkook meninggalkan Jihyo beberapa tahun yang lalu membuat Jihyo menunggu, menunggu dan menunggu sampai dia tidak tahu berapa waktu yang dibutuhkan Jihyo untuk menunggu Jungkook. Menunggu kehadiran pria itu dan menunggu penjelasan apa yang akan disampaikan ketika bertemu. Seharusnya saat ini adalah saat yang tepat. Saat dimana yang memang Jihyo harapkan untuk meminta kejelasan pada orang yang sudah lama ia tunggu kehadirannya. Seharusnya Jihyo tidak bersikap layaknya anak kecil pada malam itu, seharusnya ia tidak marah, dirinya harus bersikap lebih dewasa dan menerima semuanya. Bukan dengan emosi yang membakar pikirannya pada saat itu.

"Jungkook.." jihyo memanggil namanya. Pria yang dipanggil terkejut seperti hal yang belum pernah terjadi bahkan membuat dirinya menahan nafas. Suara itu dan panggilannya, Jungkook berani bersumpah merindukan hal ini.

"Jelasin.. jelasin ke aku, kenapa kamu pergi gitu aja. Kenapa kamu buat aku nunggu. Lalu, maaf kemarin aku kebawa emosi teriakin kamu." Airmata Jihyo tidak terbendung lagi. Jatuh.

Jungkook merasa tidak rela jika mata indah itu mengeluarkan air mata hanya karena sifatnya yang pengecut. Menangisi dirinya yang sepertinya tidak pantas untuk ditangisi.

Jungkook segera menghapus airmata Jihyo yang turun dari pipinya. Menatap nanar wajah cantik itu harus menahan rasa sakit yg ia alami.

Jungkook menggeleng, "kamu ga seharusnya mintaa maaf disini. Aku, aku yg harus minta maaf. Mungkin kata maaf juga ga akan cukup, Ji."

Jihyo menahan tangan Jungkook yang sedang menghapus airmatanya, lalu ia turunkan tangan itu. Menolak untuk disentuh.

"Ceritain aja, aku memang udah lama nunggu kamu. Aku butuh penjelasan kenapa kamu ngelakuin itu dan aku juga butuh penjelasan, untuk hubungan kita. Karena dari kamu pun ga ada kata putus."

"Bertahun-tahun aku nungguin kamu. Beberapa laki-laki pun berusaha mendekati aku, tapi aku selalu menolak mereka, karena apa? Karena aku nunggu kamu, Jung. Seperti aku masih terikat namun tidak tahu siapa yang mengikatku." Lanjut Jihyo.

Cupcakes 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang