Act 14

360 86 13
                                    

××|××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

××|××

Sebuah pesan masuk membuat atensi Rosena teralihkan. Dia mengulurkan tangan mengambil ponsel yang ada di ujung meja belajar. Dahi wanita itu agak berkerut tatkala nama Jinan memenuhi notif ponselnya.

Segera Rosena membuka pesan itu. Tatkala memindai layar hologram ponselnya, Rosena mendapati spam pesan dari Jinan. Padahal Jinan bukan orang yang suka mengoceh panjang lebar.

Sudah lama tidak datang. Kenapa?

Kamu melewatkan obat-obatmu, apa kondisimu sudah membaik?

Katamu beberapa waktu lalu suara itu datang lagi? Biru berulah?

Rosena. Jika kamu membaca pesanku, datang ke rumah sakit dan temui aku.

Memangnya kenapa Jinan mendadak ingin bertemu? Rose bingung sendiri dengan Jinan kali ini. Biasanya Rose yang mendatangi Jinan terlebih dahulu, bukan sebaliknya. Lantas Rose menutup bukunya.

Sebenarnya dia sedang belajar untuk kuis besok, tetapi Rose putuskan untuk bersiap menemui Jinan. Barangkali dokter muda itu hendak menyampaikan sesuatu yang penting? Entahlah Rose tidak tahu.

Rose membuka almari, mengambil setelan santai lalu berganti baju. Dia mengucir rambut dan menyambar tas yang sudah dia siapkan tadi. Rose bukan tipikal wanita yang memakan waktu lama sekadar untuk berdandan. Jadi hanya butuh beberapa menit saja guna menyiapkan diri.

Seusai itu, Rose berjalan turun dari lantai dua rumahnya. Dia menapaki satu demi satu anak tangga. Mata memandang seisi rumah yang sepi. Papa dan mama bekerja dan Rose sendirian di rumah. Untuk beberapa hari ini, Rose jarang bertemu Veedan. Sang kekasih sangat sibuk dengan agendanya. Pun Rose tidak mau mengganggu Veedan yang pasti sedang pusing memikirkan bahan skripsi.

Tangan Rose menarik gagang pintu depan rumahnya. Namun, alangkah terkejutnya karena sosok yang tadi melayang-layang dalam mantik berdiri di depan pintu rumahnya. Rose sampai menutup mulut dengan salah satu tangan saking kagetnya.

"Astaga Veedan. Kamu kenapa di sini?"

Lontaran pertanyaan menjadi pemula dari konversasi mereka berdua. Rose mendekat ke arah Veedan, lalu dia mendongakkan kepala hingga kedua netra mereka bersitatap.

Veedan sontak tersenyum. Dia cubit kedua pipi Rose dengan tangannya, lalu berkata, " Aku kangen sama kamu. Kita cuma chat sama video call, tapi jarang ketemu. Bagaimana bisa aku mengatasi itu."

Renjana [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang