Act 13

323 92 2
                                    

××|××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

××|××

Belanda, September 2021

Jata pacu langkah cepat sesaat setelah turun dari mobil yang menjemputnya dari Bandara. Lelaki blesteran Indonesia-Belanda itu datang mendadak ke negeri kicir angin ini karena sebuah kabar mengejutkan dari keluarga, mama.

Jata tidak bisa sembunyikan linangan air mata yang turun dari netra birunya. Dia merasakan sesak dalam dada setiap mengingat ungkapan mama kemarin lewat telfon. Bahkan, Jata langsung mengambil penerbangan ke Belanda saat itu juga. Masa bodoh dengan persiapan atau dia yang sempat bertanya-tanya mengapa mama menghubungi dari Belanda alih-alih Bali. Dia ingin meminta penjelasan sekaligus membuktikan bahwa apa yang dikatakan mama tidaklah benar.

"Ma. What do you mean with all this shit! Katakan pada Jata kalau semua itu bohong."

Jata berhenti seraya berucap demikian. Dia menatap mama yang sudah duduk di ruang keluarga (Rumah Jata yang di Belanda). Mama terlihat sembab, matanya merah dan wajah begitu pucat. Perlahan, Jata melangkah ke arah mama. Tubuhnya setengah duduk berpangku lutut. Jata menatap mama, berharap mama katakan tidak. Namun, semua sia-sia sebab mama jelas gelengkan kepala.

"Gimana bisa? Papa bilang dengan kekuasaan yang dia punya, tidak akan membuat papa terjerat dengan kekalahan apapun. Tapi apa ini? Papa tertangkap korupsi, suap, dan penggelapan?"

Selama ini, Jata menjadikan papa figure utama dalam hidupnya. Papa bilang jika mereka tidak akan pernah kalah dalam permainan dunia karena kekuasaan mereka. Namun, papa porak porandakan kepercayaan Jata.

Jata sebenarnya orang yang tidak bisa berdiri dengan kekuatannya sendiri. Sokongan papa adalah pilar utama kehidupan Jata.

"I grew up as a monster because my father said that our power never makes us lose. I believe and throw all of my fear Ma. Because I think, I always be the winner. Tapi sekarang, semua kebusukan papa terungkap. Lantas gimana sama Jata sekarang? Semua aset papa disita, kita miskin sekarang."

"Jata! Bagaimana kamu masih bisa pikirkan soal harta sekarang? Kamu takut tidak bisa membeli narkoba lagi? Apa kamu berpikir kami tidak tahu bahwa kamu seorang pecandu sabu-sabu?"

Mama mengeluarkan semua kelaratan yang terpendam dalam hatinya. Sebagai seorang ibu, dia sadar Jata telah tumbuh dalam cara yang salah. Jata terlalu dimanja dan mendapatkan segala yang dimau tanpa pusing berusaha. " Kenapa kamu sampai harus mengonsumsi sabu nak? Apakah selama ini yang diberikan papa dan mama masih kurang?"

Tawa Jata menggelegar dengan pandangan mata setajam bilah pisau yang habis di asah. Jata salah mengira kalau rumah adalah tempat kembali terbaiknya. Sebab pada realitas, rumah telah membentuk karakter Jata yang seperti sekarang.

Renjana [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang