Act 17

778 115 39
                                    

××|××

Satu Setengah Tahun Kemudian

Hakim memutuskan bahwa Rosena tidak bersalah. Rosena dibebaskan, sedangkan pihak kepolisian berhasil menangkap Bagas. Mama dan Papa juga sudan resmi bercerai. Saat ini, Rose dan mama sudah angkat kaki dari rumah papa.

Sebenarnya, saat tahu kebenaran itu, papa memohon agar mama dan Rose kembali. Papa minta mama supaya membatalkan gugatan cerai. Namun, tekad mama sudah bulat. Mama tidak mau baik dirinya maupun Rose hidup menderita di dalam otoritas Papa.

Papa terus bersikeras sampai mama bilang agar membawa makam Melisa dan ibu kandungnya ke rumah agar tidak kesepian. Kalimat mama saat itu adalah hal terkeren yang Rose dengar.
Rose bahagia, sangat bahagia. Apalagi sekarang mereka hidup tenang walau di rumah yang tidak begitu megah.

Hubungan Rose dengan Veedan juga baik-baik saja. Veedan sudah lulus kuliah. Sekarang dia bekerja di salah satu perusahaan kreatif terbesar di negara ini. Veedan juga sering main ke rumah dan habiskan waktu bersama Rose dan mama.

Ngomong-ngomong, Rose tidak jadi melakukan operasi. Dia tak mau lupa hal-hal penting dalam hidupnya. Biar saja semua kenangan menyakitkan tersimpan jauh dikepalanya. Toh, Biru juga sudah tidak lagi mengganggunya. Rose pilih melakukan terapi kejiwaan bersama seorang psikiater seperti saran Jinan. Sekarang, dia sudah sembuh total.

Semua membaik, sangat membaik. Kini dia bisa tidur nyenyak dan rasakan udara yang segar. Jika dulu udara bak karbondioksida, sekarang terasa seperti harum bunga yang menyerbak.

Satu hal lagi, Rose kembali melukis, tetapi tetap belajar di kedokteran. Dia mulai memantapkan dan menerima takdirnya. Lagian, bidang ini cukup menyenangkan saat ini. Rose akan lulus sebentar lagi. Selepas berpikir, dia ingin mengambil speasialis anak.

"Rose, jadikan temani mama ke pesta ulang tahun teman mama?"

Rose yang sedang mengambil minum di dapur kontan menoleh pada mama yang barusan datang. Dia nampak bingung memberi jawaban seperti apa.

"Rose besok kan sidang skripsi. Masa iya justru ke pesta, Ma?" Rose kembali bertanya pada mama.

Mama menggaruk kepala. Benar juga, dia baru ingat kalau Rose besok ada sidang skripsi.

"Terus sama siapa ya? Apa mama ajak Veedan saja?"

Air yang barusan Rose teguk, lantas menyembur bebas dari mulutnya. Rose menatap mama tajam.

"Kok jadi Veedan? Nanti dia dikira berondongnya mama. Tidak. Bahaya juga kalau anak-anak rekan mama suka ke Veedan."

Rose tersenyum saat melihat mama cemberut. Dia langsung merangkul pundak mama. Rose bergelayutan di sana.

"Kenapa mama tidak mengajari Rose saja untuk sidang besok?"

Sudah betul bukan?

Daripada mama bingung mengajak siapa ke pesta, lebih baik mama mengajari Rose untuk sidang besok. Mungkin tips dan trik membuat dosen terkesima atau cara menjawab pertanyaan dosen dengan benar. Dulu mana lulusan kedokteran juga, pasti sudah berpengalaman.

"Baiklah. Nanti mama buat alasan dulu ke teman mama." Ujar mama sambil mengerucutkan bibir.

××|××

"Gugup? Kamu rileks saja sayang. Dosenmu tidak akan memakanmu kok."

"Aku tetap saja overthinking. Kamu tahukan dosen yang dulu sering aku ceritakan? Ada beliau besok."

Renjana [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang