Extra Part 1

638 104 6
                                    

××|××

Seorang lelaki termenung disudut ruang penjara. Dia meringkuk sambil menenggelamkan kepala di atas lutut. Hari-harinya hancur. Semua mimpi menjadi berantakan. Masih ingat sekali, bagaimana hari itu ada polisi mendadak serbu rumah, menangkap dirinya.

Ternyata semua terungkap. Dia, Bagas tidak tahu kalau semua akan terjadi secepat itu.

Papa, mama, dan nenek kecewa pada Bagas. Mereka mengatakan kalau dia iblis yang tidak tahu diri. Bahkan tidak sekalipun mereka datang menjenguk Bagas. Bagas benar-benar kehilangan segalanya. Padahal saat itu, selangkah lagi Bagas akan lulus dan menjadi seorang dokter.

Bagas juga masih ingat saat Veedan memukulinya di kantor polisi. Veedan bilang kalau Bagas orang terburuk yang dia kenal di dunia ini. Memang benar. Bagas mengakui itu, menjadi seorang pelaku pemerkosaan lalu pembunuhan.

Orang-orang, pun akan mengatainya seperti itu.

Seiring waktu, Bagas menyesali segala perbuatannya. Kalau bisa, Bagas ingin sekali memutar waktu dan tidak akan melakukan hal kotor pada Rose. Lisa juga pasti masih hidup sekarang.

Akan tetapi, semua sudah terlanjur. Bagas telah melakukan semua itu dan kini sedang menjalani ganjarannya.

"Tahanan 1783, ada tamu untukmu."

Seorang sipir mengacaukan pikiran Bagas. Dia menoleh dan mendapati sipir membuka jeruji sel untuknya. Bagas menatap bingung. Selama setahun lebih tak ada satupun orang yang datang untuknya.

Sekarang siapa?

Bagas mengikuti langkah kaki sipir. Di sana, dia lihat sosok yang datang. Orang itu adalah Veedan, sepupu yang hampir membunuhnya saat tahu kalau Bagas melecehkan sang kekasih.

Sepersekian sekon, Bagas duduk di kursinya. Dia menatap Veedan lamat. Tidak ada percakapan yang terbangun sampai Veedan akhirnya bersuara. Dia menanyakan kabar Bagas.

"Bagas, bagaimana kabarmu?" Tanya Veedan.

Sebenarnya, ada sedikit perasaan tak rela setiap kali melihat Bagas seperti sekarang. Bagas yang Veedan sayangi seperti saudara sedarahnya. Veedan hanya tidak menyangka, Bagas yang berarti untuknya berbuat hal seburuk itu.

Baiklah, memang manusia tidak ada yang sempurna.

Disebabkan Bagas tidak menjawab pertanyaan dan hanya menatapnya, Veedan mendengus. "Aku dan Rosena akan menikah besok."

"Apa kamu datang hanya untuk pamer di atas kesengsaraanku?" Bagas ucap lirih. Dia menatap sendu pada Veedan.
"Kau hidup bahagia. Akan menikah, apa lagi yang ingin kamu pamerkan Vee?"

"Kamu pantas mendapatkannya. Jauh sebelum dirimu diposisi ini, ada orang yang menderita sepanjang hari karena perbuatanmu. Menganggap dirinya sampah yang tak pantas dicintai dan orang itu adalah calon istriku. Kekasih sepupu yang sangat menyayangimu."

Veedan menjeda kalimatnya. Dia tatap ke atas untuk menahan air matanya. Lantas paku atensi lagi pada Bagas.

"Pelajaran hidup, Bagas. Sebaiknya belajar dari kesalahan yang pernah kamu lakukan."

Bagas terkekeh. "Apa kamu sedang menceramahiku?"

"Selalu menyebalkan." Ucap Veedan menggerutu. Dia palingkan kepala ke samping. Percuma datang ke sini jika Bagas selalu sekeras itu. "Aku akan segera pergi. Jaga diri baik-baik."

Tubuh Veedan terangkat, dia bangun dari duduknya. Kemudian Veedan balik badan. Belum sempat ambil langkah, kalimat Bagas menghentikan pergerakannya.

"Apakah kamu masih membenciku Vee? Apakah kamu tidak akan beri maaf padaku?"

Suara Bagas terdengar larat. Veedan bisa merasakan emosi yang kuat. Dia menoleh menatap lurus ke Bagas.

Renjana [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang