"hyung, kau tahu sesuatu. Kau mengenal nya ?" bisik Jaemin pada Sehun yang berdiri disampingnya. Sedangkan didepan mereka berdiri seorang wanita asing yang baru saja diperkenalkan sang ibu atas nama Kim Saejong teman masa kecil Sehun saat mereka berada di rumah lama sebelum pindah.
"kalian pernah bertemu sebelum ini, kenapa dia terus menatap mu hyung. Senyumnya saja mengerikan karena tidak bisa berhenti" kata Jaemin lagi. Ia masih berbisik, jelas takut menyingung orang didepannya. Namun Sehun bahkan menjawab tidak.
"kami bertemu empat kali ini bi" katanya.
Mengalihkan pandangan sejenak pada ibu Sehun dengan tersenyum menawan.Ibu Oh tampak terkejut mendengarnya. Begitupula dengan Jaemin, empat kali bertemu dan Sehun mengatakan tidak mengenalnya. Apa apaan dengan hyung nya ini. Jadi, mana yang benar.
"Sehun, dia sudah dua kali membantu saya"
"ah .. jadi apa yang kemarin juga"
"ya. Saya minta maaf sudah merepotkannya"
Sebenarnya apa ini kebetulan ataukah disengaja. Kenapa kakak nya malah tidak mengatakan apapun, setidak nya bicaralah selain kata tidak tadi.
"apa ibu tidak akan membiarkan dia duduk ?" sindir Jaemin.
Saejong memang masih berdiri di ruang tamu saat diperkenalkan. Dan ibu bergegas meminta agar putri temannya itu duduk ia akan membuatkan minuman.Dan kini, yang tersisa adalah tiga orang selain ibu mereka. Jaemin hanya mengulas senyumnya, memang apa yang harus dia katakan sebagai bahan obroan. Ia bahkan tidak mengenal, ini pertama kali mereka bertemu. Tapi dengan Sehun, pria itu bukan kali pertamanya bertemu tapi seolah olah malah tidak pernah sekalipun bertemu.
"jadi, noona tinggal disini sendiri ?"
Pada akhirnya ia juga yang memulai pembicaraan. Dan Saejong membenarkan seperti yang ibu Oh katakan.
"dimana noona bersekolah ?"
Kini mereka saling bertanya, entah karena Jaemin tidak ingin Saejong merasa tidak nyaman ataukah ia memang benar benar penasaran."Sehun kenapa kau hanya diam saja" tanya ibu pada putra sulung nya.
Merasa ia tidak mendengar suara Sehun sama sekali dalam pembicaraan antara Jaemin dan Saejong. Lantas sang ibu meminta maaf, Sehun memang demikian. Kedua putranya memiliki sifat yang berbeda.
"memang apa yang harus kami bicarakan ? Yang jelas kami tidak mengingat satu sama lain ibu. Itu sudah beberapa tahun yang lalu"
Satu kalimat panjang terucap, namun malah terdengar tidak enak di telinga. Saejong tersenyum masam, yang dikatakan memang benar nyatanya. Ia hanya merasa bahagia karena bertemu dengan Sehun lagi. Apalagi ditambah dengan sebuah fakta jika dulu mereka bertetangga dan menjadi seorang teman masa kecil."yang dikatakan Sehun memang benar bi. Tapi, saya rasa kami bisa menjadi teman sekarang" jawabnya sembari menatap Sehun yang duduk didepannya. Pria itu hanya menatap wajah Saejong sekilas.
"dengarkan apa yang Saejong katakan sayang. Dia ingin berteman dengan mu"
"aku mendengarnya ibu" jawab Sehun sembari menutup buku bacaannya.
"eomma, aku harus pergi dulu"
"eodi ?"
"ke rumah Jeno" jawab Jaemin sembari mengambil tas ransel yang ia letakkan di atas lantai. Mereka memiliki janji akan bermain basket bersama dengan Mark.
"baiklah, jangan pulang malam" pesannya.•
Jaemin menceritakan pada Jeno tentang Saejong kala mereka memasuki salah satu cafe setelah selsai bermain. Hanya mereka berdua, sedangkan Mark dan yang lainnya memilih untuk segera pulang.
"jadi, wanita yang kau ceritakan tadi teman masa kecil Sehun hyung ?"
"begitu lah, sepertinya dia senang sekali melihat hyung" katanya. Mengingat bagaimana ekspresi Saejong yang terlihat begitu bahagia.
"hyung !!" panggil Jeno kala ia melihat seseorang yang tidak asing dimatanya.
"Jeno-ssi" balasnya.