E9

379 76 5
                                    

"kami pulang" kata Jiyeon cukup nyaring hingga suara memantul kesegala penjuru ruangan. Bibi segera menghampiri mereka, tersenyum lebar mengambil beberapa barang belanjaan yang Jiyeon bawah. Sedangkan Hyungsik segera membawah kantung yang lainnya menuju ke dapur untuk di tata. Mereka kembali tepat menjelang makan siang, tentu pulang terlambat karena mengantar Jiyeon sesuai dengan janji yang Hyungsik katakan.
"besok. Bisa bibi bersihkan kamar di bawah, Min Young akan tinggal disini untuk sementara selama liburan"

"apa ada yang bisa aku lakukan lagi ?" tanya Jiyeon. Hari ini ia tidak cukup malas untuk berdiam diri di kamar, maka dari itu ia menawarkan tenaga nya untuk melakukan berbagai hal yang mungkin bisa meringankan pekerjaan bibi rumah.
"tidak perlu nona, saya sudah menyelsaikan"
"baiklah" jawab Jiyeon singkat. Ia bergegas naik ke kamarnya, meninggalkan Hyungsik yang masih berada di dapur.
"kenapa dia tidak memghubungi ku ?" kata Jiyeon berbicara dengan ponselnya. Siapa yang ia maksudkan ? Siapa yang tenggah ia tunggu.
"ah !! kenapa aku harus peduli" kata Jiyeon lagi. Melempar asal ponselnya ke atas ranjang. Sedangkan dia ke bilik lain kamarnya, membawah papper bag yang berisi pakaiannya.

Sehun baru saja tiba, kala ia melihat Jiyeon menunggunya dengan duduk di halte bersama beberapa orang. Pria itu tersenyum manis, menghampiri kekasihnya yang bahkan masih tetap duduk dengan nyaman.
"maaf membuat mu menunggu" kata Sehun
Beberapa pasang mata menatap ke arah mereka, terutama pada Sehun yang mungkin membuat para wanita terpesona dengan visualnya.
"kau naik taxi ?" tanya nya lagi sembari meraih tangan Jiyeon. Membawah wanita itu berdiri dari duduknya.
"ya" jawab Jiyeon singkat.
Lantas Sehun menganggukkan kepala, mengambil alih ransel yang Jiyeon bawah.
"ayo pergi" ajaknya.

Secara sepontan Sehun meraih tangan Jiyeon. Mengenggam nya dengan erat, sedangkan tangan kiri dibuat untuk membawah tas yang tadi Jiyeon bawah. Sehun tadi menghubunginya beberapa kali ketika ia berada di walk in closet untuk menyimpan pakaiannya. Beberapa kali panggilan tidak terjawab karena ponsel yang ia mode getar. Hingga pada akhirnya ia menghubungi balik, dan Sehun mengajaknya pergi ke perpustakaan.
"apa aku tadi menganggu mu ?" tanya Sehun.
"tidak. Aku hanya sedang menyiapkan pakaian"
"kau akan pergi ke suatu tempat ?"
Jiyeon menganggukkan kepala. Tanpa memberi penjelasan, dan Sehun kembali bertanya kemana.

"galeri seni"
"galeri ?"
Sehun mengulangi perkataan Jiyeon. Seketika ia juga teringat akan permintaan Suho padanya. Namun ia memilih menolak untuk datang, ia hanya tidak ingin datang untuk sekarang. Bukankah sudah ada Jaemin yang cukup mewakilinya juga.
"kau tidak bekerja ?" tanya Jiyeon. Mereka sudah sampai di perpustakaan, Sehun mencari salah satu duduk untuk mereka tempati.
"nanti malam" jawab Sehun sembari melepaskan genggamannya. Menarik salah satu kursi agar Jiyeon duduki, meletakkan tas Jiyeon di atas meja.

Beberapa buku sudah di atas meja, Jiyeon dengan kumpulan soal yang tadi sudah Sehun carikan untuk dikerjakan. Begitupula dengan yang Sehun lakukan, ia juga mengerjakan soal dengan buku yang berbeda. Sehun akan menjadi siswa yang lanjut ke babak olimpiade tingkat nasional yang akan di selenggarahkan beberapa hari lagi, Jiyeon tahu bahkan satu sekolah tahu Sehun yang sudah ke 3 kali mewakili sekolah mereka.
"besok, tidak perlu mengajariku" kata Jiyeon pelan. Ia berbicara dengan mengerjakan soal, dan Sehun bertanya kenapa.
"belajar lha untuk olimpiade, aku akan belajar dengan Soojung"

Sehun meletakkan bulpoinnya, ia menatap ke sisi kiri dimana Jiyeon tengah duduk dengan nyaman tapi masih saja fokus.
"apa yang aku dapatkan jika aku menang"
"beasiswa" jawab Jiyeon datar. Tapi bukan itu yang Sehun maksudkan. Itu memang akan ia dapatkan dari sekolah, selain itu ia akan langsung terdaftar di Universitas Seoul juga.
"dari mu Jiyeon"
Seketika Jiyeon menatap ke samping kanan, namun saking terkejut dengan wajah Sehun yang begitu dekat denganya ia hampir terjungkal. Sebelum akhirnya Sehun meraih pinggangnya.

EfflorescanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang