E29

332 76 16
                                    

"Jiyeon"
Langkah Jiyeon terhenti bahkan ketika ia akan membuka pintu pagar. Memandang ke asal suara, dan sesaat ia baru sadar entah sejak kapan mobil Sehun bahkan sudah berada di rumahnya.
"kau bersama dengan Myungsoo sunbe ?"
"nde, wae ?"
Suara Jiyeon terdengar dingin dengan tatapan datar. Sikap Jiyeon kembali seperti saat ia membenci Sehun. Pria itu mengikis jarak, bertanya pada Jiyeon kenapa tidak mengatakan jika tidak ada yang mengantarnya.
"bukan kah aku sudah mengatakannya tadi. Aku memintamu untuk mengantar ku, dan kau menolaknya"

"aku tidak tahu Jiy !!" serunya.
Maka Jiyeon tertawa sumbang, dan ia juga tidak tahu jika Myungsoo yang akan mengantarnya. Pria itu datang menemuinya meskipun ia tidak meminta.
"pergilah, aku lelah" kata Jiyeon sembari berbalik arah. Ingin menyudahi konfersasi karena merasa lelah.
"kau berpihak pada nya ?"
"aku tidak berpihak pada siapapun !!" teriak Jiyeon kesal.
Matanya menatap nyalang, kenapa sekarang ia yang disudutkan. Kala Sehun kembali melontarkan tuduhan, bahwa Myungsoo ingin membawah Jiyeon kembali lagi padanya.
"apa kau gila !!"

Tidak ada nada lembut atau pun rendah. Keduanya menaikkan oktaf suara, saling beradu emosi menunjukkan urat pada leher mereka.
"lalu bagaimana dengan mu !! Kenapa kau begitu mudah dekat dengan wanita asing, sedangkan Myungsoo bukan orang asing bagiku" bela Jiyeon pada dirinya sendiri. Ia bahkan menunjuk dada Sehun menggunakan jari telunjuknya.
"Saejong bukan orang asing, dia teman ku"
"begitu juga dengan ku !! Myungsoo bukan orang asing bagiku. Kenapa kau harus cemburu pada dia !!"
Sehun akan kembali membalas, namun kedua matanya menangkap ponsel Jiyeon  yang menyala menunjukkan nama pria yang mereka debatkan.

Secara cepat ia mengambil ponsel Jiyeon dan membantingnya di aspal. Jiyeon yang terkejut hanya mampu terteguh menatap ke bawah. Layarnya bahkan retak dan tidak lagi menyala.
"apa yang kau lakukan sialan !! Aku benar benar membencimu" kata Jiyeon marah. Mendorong Sehun sekuat tenaga hingga pria itu terhuyung kebelakang. Mengambil ponselnya yang rusak di lantai, memutar tubuh berjalan membuka pintu gerbang. Berlari secepat mungkin menghindari titik masalah. Sedangkan Sehun hanya mengamati kepergian Jiyeon sembari mengeram kesal pada situasi yang terjadi serta emosi yang tidak bisa ia kontrol dengan begitu apik. Menjambak rambut pendeknya, kesal ia salurkan. Rasa cemburunya bahkan membabi buta, mengumpat dengan kasar.

Sehun tiba di rumah, dengan wajah dingin pertanda ia merasa kesal. Ternyata Saejong memilih mengunjungi rumah Sehun daripada kembali ke apartmennya. Ia menyapa pria itu namun diabaikan. Sehun memilih naik ke lantai atas ke dalam kamarnya. Masuk kedalam kamar dengan suara bantingan pintu cukup keras hingga terdengar ke lantai bawah. Saejong diam mengamati dengan menengadahkan kepala.
"apa itu Sehun ?" tanya ibu yang baru kembali dari dapur.
"bibi, apa Sehun baik baik saja ?" tanya nya cemas. Namun bibi tidak tahu, malah meminta agar Saejong menghampirinya. Mungkin putranya akan bercerita.

Ia mengikuti usul ibu Oh tanpa berfikir dua kali. Menapaki anak tangga hingga ujung dan melanjutkan sedikit jalan kakinya. Berdiri di depan pintu paling utama yang ia rasa jika itu adalah kamar Sehun.
"Sehun, kau ada didalam" tanyanya.
Mengetuk pintu beberapa kali namun tidak ada jawaban. Ia mencoba nya lagi, dan saat itu juga Sehun membuka pintunya.
"apa kau baik baik saja ?' tanya Saejong.
"apa mau mu" jawabnya dingin.
Suara Sehun membuat nyali Saejong tiba tiba menciut. Sehun yang ia lihat begitu berbeda dengan beberapa jam yang lalu.
"aku hanya menghawatirkan mu"
"aku tidak perlu di khawatirkan, pergilah" titahnya.

Menutup pintu secara sepihak, tidak membiarkan siapapun masuk kedalam ataupun hanya sekedar menanyakan keadaannya. Sehun melepas kancing seragamnya dengan kasar, membanting pakaiannya dilantai. Ia menuju kamar mandi menyalakan shower tepat di atas kepalanya. Mungkin berfikir jika otaknya akan segera menjadi jernih.
"kau sudah bertemu Sehun ?" tanya ibu Oh.
Saejong menganggukkan kepala. Memilih pamit pergi beralasan jika hari sudah malam. Mungkin Sehun memang ingin sendiri untuk malam ini.
"berhati hati lha" kata ibu sembari mengusap kepala Saejong.
"terimakasih bi" balas nya.

EfflorescanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang