셋 || The Maknae's Attempt

755 54 6
                                        

19:48 adalah waktu yang ditunjukkan pada layar ponsel Lalisa. Lalisa menghela nafas sembari mematikan ponselnya dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil.

Hari ini melelahkan bagi semua orang, tidak terkecuali untuk Lalisa. Dari banyaknya kegiatan yang dia lakukan sepanjang hari, yang membuatnya paling mumet adalah memikirkan sikap Jennie terhadapnya. Aura yang Jennie pancarkan benar-benar menunjukkan bahwa dia tidak sedang dalam suasana hati yang baik.

Setelah berdiskusi dengan gadis tupai, Chaeyoung yang sedang mendengkur di sebelahnya tentang sikap kedua eonni mereka, kedua maknae itu datang dengan keputusan untuk memperbaiki suasana hati yang buruk itu dengan makanan.

"Good food makes good mood. Jangan pernah meremehkan kekuatan makanan atau akibatnya akan buruk." Chaeyoung pernah mencetuskan ini kepada Lalisa dengan serius. Kalau sudah soal makanan, Chaeyoung tidak pernah main-main.

Lalisa melirik restoran di seberang, beberapa mobil berlalu-lalang melewati mobil mereka yang berhenti sudah lewat setengah jam. Manager mereka belum kembali membawa pesanan kedua member Blackpink itu. Wajar, sih, jika mengingat betapa panjangnya daftar makanan yang dibawa sang manager.

Lalisa dan Chaeyoung merasa bersalah karena tidak bisa membantu manager dengan belanjaan mereka. Namun, mereka juga tidak bisa begitu saja turun dan berjalan masuk ke restoran itu sesuka hatinya. Sebagai girl group yang sedang populer, mereka pasti langsung ketahuan dan harus menghadapi hujanan fans. Semua Anggota Blackpink sangat mencintai penggemar mereka, Blinks. Namun Blinks yang toxic terkadang bisa menjadi terlalu... merepotkan.

"Lisa," panggil seorang pria muda yang dia kenal adalah Manager Blackpink, Jung Oppa. Tampak letih, Jung mengoper makanan yang dia bawa kepada Lalisa untuk ditaruh di belakang. "Berat sekali pesanan kalian!"

"Hehe. Terima kasih, oppa, karena sudah membantu," ucap Lalisa. Kesopanan harus diutamakan.

Jung naik dan menjalankan mobil mereka. Akhirnya, mereka akan pulang. "Semua makanan itu.... kalian yang akan menghabiskannya?"

"Iya. Kami akan memakannya dengan member lain di dorm," jawab Lalisa.

Oppa tersenyum, dia menghembuskan asap rokoknya keluar jendela. Dia adalah seorang perokok, dan tidak ada orang di agensi yang tahu kecuali semua Anggota Blackpink. Mereka sangat kompak dengan manager yang sudah bersama sejak awal debut. "Pastikan berat badan kalian tidak naik, atau saya akan ditegur karena membelikan kalian makanan sebanyak itu."

Dengan main-main, Lalisa membuat gestur hormat kepada Jung. "Siap, kapten!"

Malam itu, mobil mereka melintasi jalanan kota Seoul yang ramai dan hidup. Lampu-lampu neon berkilauan memancarkan keindahan kota itu. Lalisa melihat-lihat dari jendela mobilnya, tersenyum melihat keramaian dan aktivitas kota yang tidak pernah mati. Sebagai seorang nyctophile (penyuka malam), keindahan kota malam Seoul memberikan semangat baru baginya. Serta memikirkan reaksi Jennie saat dia menunjukkan semua makanan ini kepadanya membuatnya semakin tidak sabar untuk pulang.

"Terima kasih, oppa. Saya tidak tahu apa jadinya kalau tidak ada oppa yang membantu untuk mengangkat semua makanan ini," ucap Lalisa sesampainya mereka di depan pintu apartemen tempat tinggal Blackpink.

"Karena oppa berbaik hati...." Chaeyoung menggantungkan ucapannya sembari merogoh tasnya.

Jung dan Lalisa tampak penasaran dengan langkah Chaeyoung yang selanjutnya, tapi saat mereka mengetahuinya, mereka tertawa.

"Ini permen stroberi untuk oppa. Jangan merokok terus, itu tidak sehat. Makan permen ini saja."

Setelahnya, manager pamit, dan mereka masuk ke apartemen. Sesampainya di dalam, Chaeyoung langsung melenggang ke dapur untuk mempersiapkan segalanya agar mereka bisa langsung makan. Lalisa skeptis dengan ide itu. Akan berbahaya jika chipmunk ini ditinggal sendirian dengan makanan-makanan mereka. Lalisa khawatir semua makanan itu akan habis sebelum para eonni bisa melihatnya.

"Chipmunk, nanti saja bukanya. Temani aku untuk memanggil Jennie dan Jisoo, ayo!"

Chaeyoung menolak. "Kalau tidak segera dibuka bungkusnya, uap panasnya akan membuat ayam-ayam ini tidak renyah. Kamu panggil Jisoo dan Jennie eonni, dan biarkan aku yang membuka bungkus-bungkus ini!"

"Tidak, biar aku saja!"

"Sudahlah, Manoban. Kamu hanya akan mengacaukan semua makanannya."

Member Thailand itu hendak menyanggah temannya, namun mengecek keadaan para eonni adalah prioritasnya saat ini. Lalisa hanya bisa berharap saat dia membawa para member ke meja makan, semua makanan itu masih utuh, dan Chaeyoung tidak sedang melahap makanannya.

Lalisa berasumsi bahwa Jisoo berada di kamar Jennie setelah melihat tidak ada keberadaannya di kamar. Gadis berponi itu hendak mengetuk pintu di saat pintu kamar Jennie mendadak terbuka, menampilkan Jennie yang sudah mengenakan piyama tidurnya yang berwarna hitam, warna favoritnya.

Wajah tanpa riasan Jennie memanjakan perasaan Lalisa. Untuk sesaat, gadis Thai itu tidak bisa melepaskan pandangannya dari sang mandu (salah satu nickname Jennie). Menatapnya seolah membawa Lalisa ke dimensi lain. Hati Lalisa selalu berdebar setiap menatap pupil hitam itu.

"Is there something on my face?"

Suara Jennie menarik Lalisa kembali menapak pada bumi. Panas menjalar ke wajahnya, dan Lalisa menutupi rasa malunya dengan tersenyum lebar kepada Jennie. Dia tersenyum seperti pelakon utama Squid Game, Gihun saat memotret kartu identitasnya.

"Ah, Jennie. I brought you food!"

"What's that?"

"Aku membawa banyak. Ada tteokpokki, Jajangmyeon, dan chikin untuk Jisoo eonni-" seketika dia mengingat tentang Jisoo, dan mengintip ke dalam kamar Jennie untuk mengecek keberadaannya. Dia hanya mendapatkan keberadaan mahluk halus di sudut sana.

Canda, ehee. Lalisa tidak melihat Jisoo atau pun roh halus di kamar Jennie.

"Jisoo belum pulang?"

Suara serak dan lantang dari dapur menjawab pertanyaan Lalisa barusan.

"Ini lezat, Chaeng-ah! Di mana kalian membelinya?"

"Ada dehh, eonni. Aku senang eonni suka. Lihatlah, aku tidak akan membagikan ini kepada siapa pun biasanya, karena ini enak sekali!" Terdengar suara Chaeyoung yang tidak kalah bersemangat di dapur. "Tapi eonni harus mencobanya."

Lalisa terkesan dengan cara Jisoo muncul tepat setelah namanya disebut. Benar-benar seperti setan.

"Aku bahkan tidak melihatnya keluar kamar tadi," gumam Jennie terdengar oleh Lalisa.

"Ayo gabung dengan mereka," ajak Lalisa sambil mengulurkan tangannya untuk Jennie genggam.

Namun Jennie tidak menerimanya.

"Yuk." Jennie berjalan duluan menuju dapur, meninggalkan tangan Lalisa bergantung di udara. Lalisa perlahan menurunkan tangannya.

Ada sesuatu dalam diri Lalisa yang terasa tidak enak untuk sesaat, tetapi dia hanya menepis perasaan itu. Tidak apa-apa. Jennie hanya tidak melihatnya tadi.

ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ, ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ || ᴊᴇɴʟɪꜱᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang