"Makanan ini buruk sekali!" Jennie membuang roti sobeknya ke tong sampah.
Chaeyoung tercengang mendengar, dan melihat kelancangan Jennie. Raut murka terpatri di wajahnya, dia menatap Jennie dengan tatapan memicing, tangannya mengepal erat.
"Tidak ada yang mengatakan makanan seperti itu!" seru Chaeyoung, itu membuat Jennie makin naik pitam.
"Kamu tidak usah ikut campur! Aku sedang tidak senang."
"Unni menyakiti perasaan makanan......." Dia menunjuk ke dirinya. "Dan aku!"
"Jennie membuat Chaeyoung ikutan bad mood." ujar Jisoo kepada orang di sebelahnya, Lalisa. Dari kejauhan, keduanya sedang berdiri diam, menatap kedua lainnya bertekak.
Ini adalah saat di mana mereka baru saja sampai di hotel tempat mereka akan menginap untuk beberapa malam, dan Jennie sudah dalam suasana hati yang buruk seharian. Tiada yang tahu mengapa.
"Aish, bagaimana ini, Jisoo eonni?Mereka terlihat sangat marah," kata Lalisa dengan raut khawatir di wajahnya. Dia langsung menyusul kedua member yang masih bertekak itu setelah dia mengatakan, "Aku akan coba melerai mereka."
Jennie melihat Lalisa berlari kecil ke arahnya. Seperti api yang merasakan kehadiran air, amarahnya mereda seketika, dan itu membuat dia berhenti berbicara dengan Chaeyoung.
"Lalisa!" panggil Jennie seperti kucing manja yang merindukan majikannya. Seketika dia mengabaikan Chaeyoung dan memeluk gadis Thai itu. "Aku tidak mau dengan yang lain. Aku ingin terus bersamamu."
Pipi Lalisa menjadi merah mendengarnya. Meskipun dia bingung dengan sikap Jennie saat ini, dia menjadi salah tingkah karena Jennie bersikap sangat manja padanya. Jennie tidak pernah seperti itu, apalagi secara terang-terangan di depan member lain.
"Eonni, kita sedang berbicara soal kenapa kamu tidak suka dada ayam mentega! Jangan mengabaikanku!" Chaeyoung masih tersulut api amarah, dia ingin melanjutkan pertengkaran dengan Jennie soal makanan favoritnya.
Dan Jisoo melakukan tugasnya, mengambil semua emosi negatif Chaeyoung. Dari belakang, dia memeluk tubuh Chaeyoung, itu selalu berhasil menenangkannya.
"Sudahlah, kenapa masih marah-marah?" kata Jisoo pelan kepada Chaeyoung, Jenlisa juga mendengarnya. "Aku akan membelikanmu banyak chikin, ayo. Tidak usah bergabung dengan mereka."
Dengan sesenggukan, Chaeyoung bertanya dengan Jisoo. "Benarkah?" Dia sungguh terharu dengan perlakuan eonni-nya. "Hanya untukku?"
"Hanya untukmu."
Setelahnya, Jisoo membawa Chaeyoung meninggalkan parkiran itu. Mereka memesan taxi dan pergi begitu saja setelah Jisoo mengatakan, "Bilang ke manager oppa Chaeyoung dan aku izin!"
Parkiran di sini sepi, jadi mereka bebas berteriak. Lalisa menunjukkan jempolnya, suaranya menggema di parkiran itu saat dia membalas, "Siap dilaksanakan, eonni!"
Tidak lama setelah Chaesoo pergi, manager sampai di parkiran untuk menjemput member-member Blackpink. Namun, tidak dia sangka, dia hanya melihat dua orang di sana. "Di mana yang lain?" tanyanya.
"Mereka izin."
"Ke mana?"
"Jisoo eonni membawa Chaeyoung menata rambutnya untuk shooting nanti."
Kekompakan selalu yang utama dalam pertemanan mereka.
Pada malam harinya, keempat member itu sudah lengkap berada di dalam hotel. Jensoo di kamar mereka, Chaelisa juga demikian.
Jennie kembali ke dalam suasana hatinya yang buruk. Jisoo sedari tadi kewalahan menghadapinya.
"Kamu sebenarnya kenapa, sih, Jennie? Sudah seharian kamu begini. Lebih capek menghadapimu daripada kucing ingin kawin."
Jennie melihat ke arah Jisoo, memicing. Tanpa Jisoo tahu, Jennie sedang menargetkan kepalanya. Jennie mengangkat bantalnya, dan...... "Enak saja menyamakanku dengan kucing ingin kawin!"
Dia melempar bantal itu ke arah kepala Jisoo.
Jisoo menghindar, bantal itu mengenai dinding kamar sehingga menimbulkan suara tubrukan, dan terjatuh ke lantai. Bantal itu sekarang terbaring tak bernyawa di atas lantai.
"Hampir saja," gumam Jisoo.
"Aku mau tidur bersama Lalisa malam ini!" ceplos Jennie, dia kemudian membelalak menyadari ucapannya.
Jisoo langsung melihat ke arahnya dengan mata yang sama, membelalak. Akhirnya dia menemukan jawabannya. Tentu saja!
"Lisa, aku sungguh tidak tahan dengan kelakuan kucing ingin kawin yang satu ini. Tolong bertukarlah denganku," ucap Jisoo sepenuh hati kepada Lalisa. Mereka berdua sedang berada di ambang pintu hotel kamar Lalisa, Jennie di sebelah memperhatikan pembicaraan mereka.
Dengan senang hati, Lalisa menunjukkan jempolnya kepada Jisoo. "Oke."
Sekarang, Jennie dan Lalisa sudah berada di kamar yang sama, dan tingkah Jennie berubah sangat kalem tidak seperti seharian ini. Dia sedang duduk di ranjang dengan tubuh yang tegak, membaca majalah yang sudah disediakan dalam kamar.
Sementara Lalisa, dia habis dari kamar mandi, menyelesaikan perawatan wajahnya. Secara perlahan, dia naik ke kasur. Pergerakan yang Lalisa buat membuat Jennie mengangkat kepalanya, mengalihkan pandangannya dari buku ke arah gadis lainnya.
Dua hati sedang berdebar, dan dua orang tidak tahu apa yang mereka harus lakukan. Dorongan itu tiba-tiba sangat kuat dalam diri mereka, dari tatapan mereka saling mengetahuinya.
Mengesampingkan buku yang tidak pernah dia baca, Jennie menghampiri Lalisa, dan menangkup pipinya dengan tangannya. Dengan lembut, dia membelai wajah perempuan itu, dan dengan sangat berhati-hati, memajukan kepalanya untuk mempertemukan bibir mereka.
Mereka sangat dekat sehingga Lalisa tidak bisa merasakan kedua kakinya. Lalisa tidak bisa merasakan apa pun lagi yang berada di ruangan ini, dia hanya bisa merasakan Jennie, menghampirinya, dan mencium bibirnya.
"Aku mau perhatianmu."
Kata Jennie, "Hanya milikmu."
Dan dia kembali mencium Lalisa.
Kali ini, Lalisa melakukan apa yang Jennie inginkan. Dia memberikan semua perhatian kepadanya, malam ini hanya tentang Jennie dan bibirnya yang selembut kapas, sentuhannya yang membuat Lalisa merasa bebas.
Lalisa menarik pinggul Jennie sehingga tubuh mereka bertubrukan, gesekan yang terjadi di antara mereka membuat keduanya semakin bergairah dalam ciuman itu.
Jennie kemudian menarik kerah piyama Lalisa, membuat mereka terjatuh ke ranjang, Lalisa di atas tubuhnya.
Seketika, pikiran keduanya menjadi kosong. Wajah keduanya semerah kepiting, terutama Lalisa. Dia ingin berteriak sekarang, dan mencabut dirinya dari posisi seperti ini. Dia sangat panas melihat Jennie di bawahnya, terbaring dengan rambut yang terurai, dan pakaiannya berantakan.
"Gosh, what was that for, Jen?"
Lalisa berbisik, suaranya begitu pelan seolah takut bertanya. Tatapan yang Jennie berikan padanya sungguh membuat Lalisa tidak mampu mempertahankan kontak mata mereka.
Jennie tidak membiarkan itu. Dia lagi-lagi menangkup pipi Lalisa untuk membuat Lalisa melihat ke arahnya, itu menjadi gestur favorit Lalisa sekarang.
"I like you, Lisa," bisik Jennie.
Lalisa terdiam,
dan dia mengucapkan, "I like you too, eonni."
Sebelum kembali mencium Jennie.
![](https://img.wattpad.com/cover/284707549-288-k565043.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ, ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ || ᴊᴇɴʟɪꜱᴀ
FanfictionThis is a tale about the jealousy between the members of Blackpink, Jennie and Lalisa. - bahasa indonesia | gxg © dalgomcanbite