Masa-masa di mana Anggota Blackpink masih menjadi trainee tidak akan terlupa. Tidak hanya kemampuan yang diasah, tetapi juga mental dan pemikiran mereka. Orang-orang akan datang dan pergi semudah itu dalam kehidupan seorang trainee, itu menjadi alasan kenapa mereka akan selalu mengenang saat mereka pertama kali mengetahui mereka debut berempat setelah beberapa tahun menghadapi semuanya.
Terbentuknya girl group ini membuat para membernya, Jennie, Lalisa, Jisoo, dan Chaeyoung juga menjadi keluarga baru untuk satu sama lain. Keempat gadis itu bukan hanya rekan kerja, tetapi adalah keluarga yang akan selalu menghadapi tipis tebalnya tantangan dan kesenangan sepanjang karir mereka. Mereka adalah squad yang akan selalu bersama.
Namun, karena kesibukan akhir-akhir ini semua member menjadi merenggang. Untuk membangun kembali chemistry di antara mereka, pihak agensi memutuskan agar keempat gadis itu berlibur. Hitung-hitung juga, ini sebagai hadiah untuk kerja keras mereka selama ini. Keempat gadis ini membuat dompet CEO mereka menebal, jadi mereka pantas untuk bersenang-senang.
Dan tentu saja, sebagai pelaku ekonomi yang cerdas, CEO mereka tidak mau menghabiskan uang begitu saja tanpa memperoleh keuntungan apa pun dari keempat pencetak uangnya. Suasana hati Jennie berubah seketika diberi kabar bahwa liburan mereka kali ini akan disiarkan, dibuat menjadi suatu konten bernama Blackpink House di YouTube. Sebagai seorang introvert yang mendapatkan energinya dari kesendirian, Jennie harus menghela nafas dalam-dalam mengetahui fakta bahwa pada liburan kali ini mereka tetap akan berhubungan dengan kamera, kru yang menyebalkan, dan skrip yang akan mengikat segala aktivitasnya.
"Tapi ini bukan esensi dari berlibur!" Jennie berkata, hampir berteriak dengan segala energi kekesalannya yang tersisa. Dia melihat lagi buku perencanaan yang diberikan oleh team beberapa saat yang lalu. Buku ini sangat jelek, karena team membuat itu dengan terburu-buru. Perencanaan untuk liburan mereka sangat dadakan. "Membuat buku saja tidak niat, lihatlah semua kegiatan yang mereka susun. Sajangnim benar-benar menyusahkan." Jennie sudah berada di ujung kesabarannya, air mata mulai mengumpul di matanya. "Kenapa, sih, mereka tidak bisa membiarkan kita bernafas sebentar saja? Sungguh, menyebalkan sekali!"
Jennie benar-benar bertingkah seperti nenek Jisoo yang gemar mengomel sekarang. Jisoo ingat, neneknya pernah ngomel seharian karena kedua orang tuanya lupa membeli telur dari pasar. Jisoo harus berbohong kepada mereka dengan mengatakan akan mengerjakan tugas kelompok agar bisa keluar dari rumah untuk berhenti mendengar omelannya yang membuat sakit telinga saat itu.
Tetapi Jisoo tentu tidak akan mengatakan hal itu kepada Jennie, itu akan membuat Jennie semakin down. Sebagai gantinya, Jisoo melakukan sesuatu yang akan seorang sahabat yang baik lakukan.
"Jennie-ya, sudahlah. Kita hanya bisa bersabar," kata Jisoo seperti kura-kura yang bijak. Dia mengusap-usap tangan sahabatnya, berusaha membuatnya lebih tenang. Jisoo tidak mau Jennie berteriak lagi dan menarik perhatian orang lain. Itu akan mempermalukan dirinya sendiri sebagai seorang figur publik. "Kita juga tidak bisa mengontrol apa pun terkait ini. Sajangnim yang memutuskan semuanya untuk kita."
Jisoo benar-benar terdengar seperti eomma (Ibu dalam Bahasa Korea) sekarang, itu membuat Jennie merindukannya. Jennie tiba-tiba memeluk Jisoo seperti kucing yang manja, dan bergumam di bahunya. "Bagian paling menyebalkan adalah yang kamu katakan ada benarnya. Kenapa, sih, harus ada begitu banyak aturan?"
"Mereka membuat kita teratur."
"Tapi banyak aturan yang tidak masuk akal, dan kita terpaksa mematuhinya. Bukankah aturan itu dibuat untuk kesejahteraan bersama?"
"Kita tidak akan tiba-tiba menjadi filosofis dan membahas asal-usul aturan, kan, Jennie-ya?"
"Ugh. Iya, jangan. Energiku sudah habis untuk berpikir."
"Pintar."
Jennie dan Jisoo pun memutuskan untuk pulang setelah dijelaskan soal perencanaan liburan mereka. Mereka pulang terpisah dengan Lalisa dan Chaeyoung, kedua maknae itu ingin jalan-jalan dulu ke pusat pembelanjaan untuk membeli perlengkapan liburan mereka. Dua bocah itu sangat senang soal ide berlibur ini.
Jennie dan Jisoo pulang dengan manager mereka. Jennie tidak terlihat senang sepanjang perjalanan itu, dan Jisoo mengkhawatirkannya. Jisoo jadi teringat Jennie yang selalu ada untuknya saat dia sedih. Berangkat dari ingatan itu, Jisoo pun memutuskan bahwa dia akan menghibur hati Jennie yang bersedih.
"Oppa, kita mampir ke toko eskrim sebentar."
Jennie melihat Jisoo saat mendengarnya menyebut toko favoritnya di Korea. Mata Jennie berkaca-kaca, bibirnya manyun seperti hamster yang pernah Jisoo pelihara. Jisoo tahu Jennie selalu senang dengan eskrim vanilla.
"Jangan pernah meremehkan kekuatan makanan." Jisoo ingat pesan Chaeyoung. Semua orang tahu gadis tupai itu sangat serius soal makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ, ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ || ᴊᴇɴʟɪꜱᴀ
FanfictionThis is a tale about the jealousy between the members of Blackpink, Jennie and Lalisa. - bahasa indonesia | gxg © dalgomcanbite