열둘 || Jenniesexual

399 27 1
                                    

Semuanya terasa jauh lebih lega sekarang. Setelah pembicaraan Lalisa dan Jisoo di ruang tamu malam sebelumnya, Lalisa menjadi semakin berani untuk menunjukkan afeksinya ke Jennie. Tiada lagi beban memikirkan bagaimana tanggapan member lain terhadap seksualitasnya, tiada lagi yang perlu disembunyikan. 

(Seksualitas yang Lalisa maksud adalah Jennieseksual. Itu adalah kondisi di mana seseorang tidak bisa tertarik kepada orang lain selain Jennie Kim.)

Hari ini adalah hari di mana mereka baru saja pulang dari pantai terkenal itu di Thailand. Lalisa berserta member Blackpink lainnya sedang berada di dalam mobil yang dikendarai manager mereka, gadis-gadis itu tampak kelelahan setelah aktivitas-aktivitas yang menyenangkan.

Jennie dan Chaeyoung, dua member yang tertidur sangat pulas adalah yang paling bersemangat hari ini. Di dalam mobil SUV itu, Jennie dan Lalisa duduk berbarengan di tengah. Jennie bersikap sangat manja kepada Lalisa sepanjang hari ini. Bahkan sekarang, dia bersandar di bahu Lalisa, dan memeluk lengannya. 

"Kasihan sekali Jennie sangat kelelahan. Aku bahkan bisa mendengar dengkuran halus dari mulutnya," gumam Lalisa, tangannya tidak berhenti membelai kaki Jennie (Jennie yang memintanya). "Lehernya pasti sakit lama-lama begini posisinya."

"Lihat, kau masih tidak percaya. Jennie rela sakit leher agar bisa dekat denganmu. Sudah kubilang dia menyukaimu!" Jisoo masih mencoba untuk meyakinkan Lalisa mengenai perasaan Jennie setelah kemarin. Dia benar-benar gigih. "Kau yang tolol ini masih tidak yakin."

Lalisa berdecak. "Sudahlah, Jisoo. Dia hanya terlalu lelah sekarang. Jangan memikirkan yang aneh-aneh."

"Kau bodoh, Lalisa. Monyet bodoh."

"Ya! Bisa-bisanya kau menyebutku begitu!!"

"Tutup mulutmu, bodoh. Suaramu keras sekali, Chaeyoung nanti bangun karenamu!" seru Jisoo, dia memiliki tatapan sebal terhadap Lalisa. Di pahanya, Chaeyoung sedang bersandar di sana, tertidur dengan sangat pulas dan nyaman. Tempat duduk di bagian belakang lebih luas sehingga memudahkan Chaeyoung untuk memperoleh posisi tidur seperti itu.

"Ada apa ribut-ribut di belakang sana?" Manager melihat keempat gadis itu dari cermin, dan dia bisa melihat Jisoo dan Lalisa sedang bertikai seperti anak 5 tahun. Pria itu menggelengkan kepalanya, tersenyum, dan berkata, "Aku melamar kerja sebagai manager. Tidak pernah kusangka malah akan mengurus 4 bocah di agensi ini. 2 di antaranya sangat ribut bahkan ketika teman-temannya tidur."

"Hey, oppa! Kami mendengar itu!" serbu Jisoo dan Lalisa secara bersamaan. Mereka sangat kompak dalam situasi seperti ini. 

Jennie, sebagai tukang tidur yang mudah terbangun kaget mendengar keributan mereka. Dia tersentak dari tidurnya. "Astaga, kalian ribut sekali..... Kenapa, sih?"

"Katakan pada pacarmu agar bersikap lebih sopan kepada eonni-nya!" seru Jisoo, dan mata Jennie yang sebelumnya sayu membulat. Sama halnya dengan Lalisa yang terkejut hingga mulutnya ternganga.

Wajah Jennie seketika semerah kepiting, dengan kesadaran yang langsung penuh, dia bangun dari posisi tidurnya untuk melihat ke arah Jisoo yang di belakangnya. Dia sungguh ingin menyumpal mulut Jisoo dengan bantal saat ini. "Eonni apa, sih? Berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak!"

Jisoo berdecak dan melihat ke luar jendela, tidak lagi memperdulikan Jenlisa yang sekarang saling menatap satu sama lain dengan perasaan malu. "Kenapa tidak jadian saja, sih?" gumam Jisoo sebal. 

"Aku ngantuk. Aku mau tidur lagi," kata Jennie. Tanpa menunggu respon apa pun dari Lalisa, dia kembali ke posisinya yang semula.

Jennie menyandar pada bahu Lalisa, memeluk tangannya. Dia tidak memperbolehkan Lalisa untuk berhenti mengusap kepalanya, itu membuatnya nyaman. Tidak butuh waktu lama untuk Jennie kembali tidur dalam dekapan Lalisa, dengkuran halus keluar dari hidungnya.

Manager oppa sebagai saksi semua kejadian itu hanya tersenyum. "Bocah-bocah kasmaran."

Kali ini, bocah-bocah yang dia sebut tidak dapat mendengarnya.

ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ, ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ || ᴊᴇɴʟɪꜱᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang