일곱 || Just Like The Old Time

231 29 5
                                    

Lalisa Manoban ||

Hadirnya Jisoo Kim ke dalam kehidupanku pernah membuatku tidak senang. Pada saat itu masih masa-masa kami menjadi trainee. Sebagai seorang trainee asing yang harus selalu bersaing dengan siapa pun, menemukan seseorang yang bisa dipercaya adalah seperti menemukan jarum di tumpukan jerami. Orang yang aku andalkan satu-satunya di Korea adalah Jennie Kim, perempuan yang telah menjadi gebetanku diam-diam sejak pertama kali kami bertemu.

Dan Jisoo, dia banyak merenggut perhatian Jennie dariku.

Aku sempat mengira bahwa aku dan Jennie akan menjadi duo yang tidak terpisahkan, tetapi semua pemikiran itu dipatahkan oleh kehadiran gadis penyuka paha ayam itu. Jennie dan Jisoo menjadi dekat karena mereka merupakan teman sekamar di dorm (aku selalu cemburu dengan hal itu), dan lebih dekat lagi setelah mereka pulang dari pemandian air panas beberapa bulan yang lalu.

Aku kesepian mulai sejak itu, tetapi aku tidak pernah menunjukkannya. Aku terlalu malu untuk mengungkapkannya ke siapa pun. Untuk menutupi rasa sepi itu, aku hanya berfokus untuk meningkatkan kemampuan diriku, aku menjadi sangat fokus dengan kinerjaku sebagai seorang trainee.

Melewati beberapa tahun sendirian tidak terlalu sulit bagiku, karena aku punya banyak teman yang mendukungku. Kepribadianku yang ceria dan supel membuatku bertahan. Chaeyoung yang bergabung pada tahun 2012 telah menjadi sahabat yang sangat baik untukku. Bisa dibilang, Chaeyoung yang mengisi kekosongan dalam diriku selama beberapa tahun itu.

Dan di saat aku sudah mulai melupakan perasaanku pada Jennie, saat itu juga aku diberitahukan bahwa akan debut dengan nama grup Blackpink dengan 4 member: Aku, Chaeyoung, Jisoo, dan orang yang pernah menjadi gebetanku, Jennie. Saat mendengar itu, aku merasa senang sekaligus tercengang. Semesta seolah tidak membiarkanku melupakannya.

Semuanya berjalan dengan sangat cepat, dan tidak banyak yang berubah di antara aku dan Jennie. Dia masih gadis yang terasa sulit untuk aku gapai, dia berada sangat jauh dariku. Aku tidak pernah mengerti kenapa dia selalu bersikap seolah tidak pernah ada hubungan dekat denganku, tetapi aku juga selalu takut untuk bertanya.

Sampai ada kejadian di suatu pagi yang merubah situasi aku dan Jennie 180°.

Pada saat itu, di apartemen hanya ada aku dan dia. Yang lain sedang keluar, aku tidak tahu ke mana mereka karena aku baru saja bangun. Jam dinding menunjukkan pukul 10 pagi, dan aku tahu pasti Jennie akan membuat sarapan pada jam segitu. Gadis yang setahun lebih tua dariku itu selalu sarapan setelah menyelesaikan olahraga paginya, dia selalu berusaha untuk menjaga pola hidupnya tetap sehat.

Mengetahui orang favoritku akan berada di dapur, aku langsung berjalan keluar kamar sekadar untuk melihatnya. Langkahku masih gontai, akibat tidak tidur awal semalam. Jisoo membuatku bermain game dengannya sampai tengah malam. Dia selalu lupa waktu jika sudah berada di depan komputer.

"Hey, Jen." Suara serak bangun tidur menyapa diri Jennie, dan dia berbalik untuk melihatku.

Jennie mempunyai senyum simpul di wajahnya, tatapannya selembut sinar matahari yang menerpa wajah paginya. Penampilannya terlihat sangat hangat, dia memakai sweater warna coklat muda yang tebal dan ikat rambut yang menyerupai warna celana panjangnya. Di luar sedang turun salju, aku tahu Jennie tidak tahan dingin.

Aku ingin memeluk tubuhnya, dan keinginan itu hanya sebatas harapan untukku. Akan canggung jika aku melakukannya seperti dulu. "Nasi goreng kimchi? Kamu selalu memasak itu setiap pagi. Apakah tidak bosan?"

"Kamu lupa ini makanan favoritku?" balas Jennie.

"Tentu tidak. Kamu sering membuat itu diam-diam saat kita masih trainee, dan kita akan memakannya diam-diam di dalam kamarku." Aku berkata, tawa kecil keluar dari mulutku saat mengingat kebiasaan lama kami. "Aku masih ingat kita hampir ketahuan oleh pengurus dorm saat mau membawa nasi goreng kimchi itu dari dapur kembali ke kamar."

ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ, ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ || ᴊᴇɴʟɪꜱᴀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang