Saat Lalisa memasuki area dapur, tampak ketiga member lainnya di sana. Hanya ada suara piring dan alat makan yang saling bertubrukan, tidak ada pembicaraan. Sebelum Lalisa duduk dan bergabung dengan mereka, dia mencuci tangannnya. Ada perasaan sedih di saat mengetahui Jennie bahkan tidak meliriknya sama sekali.
Sungguh sulit jika situasinya menyangkut tentang Jennie. Sejak Lalisa menyadari perasaannya terhadap gadis bermata kucing itu, dia selalu menginginkan perhatiannya.
Lalisa duduk mengambil tempat kosong. Baru saja Chaeyoung hendak bergabung dengannya, Jennie menghentikannya dengan meminta tolong.
"Chaeyoung-ah, bisa tolong ambilkan air untukku?"
"Tentu, eonni!"
Tanpa mengucapkan apa pun, Jennie langsung menempatkan dirinya di sebelah Lalisa, merebut tempat yang seharusnya Chaeyoung duduki. Jennie tersenyum polos, dan sebagai penerima senyuman semacam itu, Lalisa membalasnya dengan perasaan bingung.
Sebenarnya, ini adalah momen sederhana yang akhir-akhir ini sulit untuk dilakukan. Kesibukan keseharian mereka membuat momen sederhana seperti makan malam bersama menjadi hampir mustahil untuk dilakukan.
Lalisa mengira makan malam akan berjalan dengan normal. Namun, dia keliru.
Itu karena apa yang terjadi selanjutnya, tidak ada orang di meja makan itu bisa menduganya.
Pada saat Chaeyoung kembali dengan segelas air di genggamannya, dia melihat Jennie yang sudah mengambil tempat duduknya di sebelah Lalisa. Hanya tersisa tempat kosong di samping Jisoo.
"Thanks," ucap Jennie. Sepasang mata kucing melirik gadis pirang itu dengan seringai samar terbentuk di bibirnya.
"Hey, Lisa, makanlah ini!"
Mata Jennie tidak pernah lepas dari tangan lancang Chaeyoung. Dia mengambilkan kimchi untuk piring Lalisa. Jennie terlihat jengkel, namun dia bersembunyi di balik 'happy face'nya.
Jennie tersenyum palsu kepada Chaeyoung, nada bicaranya sama dengan ekspresi wajahnya. "Kamu tidak akan kenyang jika terus memberikan makananmu pada Lisa, Chaeyoung."
Chaeyoung tidak mengindahkan perkataan Jennie. Dia menaruh lebih banyak makanan pada piring Lalisa. "Tidak masalah, Jennie eonni. Lalisa banyak latihan banyak denganku hari ini, dia pasti sangatt lelah."
Lalisa menggeleng. "Chae, ini terlalu banyak, sungguh."
"Ya sudah. Untukku saja," celetuk Jennie.
Tanpa menunggu persetujuan dari siapa pun, Jennie mengambil piring Lisa, memasukkan makanan yang diambil Chaeyoung seluruhnya ke dalam mulutnya. Bagaimana semua makanan itu bisa masuk melalui mulut kecil Jennie? Semua orang kaget melihatnya melakukan aksi itu, kecuali Chaeyoung yang melihat Jennie dengan mata memicing, penuh penilaian.
Aksi Jennie barusan tidak membuat Chaeyoung senang, tetapi peduli apa Jennie saat ini? Dia hanya sedang membantu Lalisa untuk menghabiskan makanannya.
"Ini enak sekali, sungguh!" Jennie memastikan Chaeyoung dapat mendengarnya.
Atmosfernya berubah. Dari sengit bertambah sengit. Aura yang dipancarkan Chaeyoung dan Jennie dapat membunuh siapa pun. Tatapan kedua gadis itu setajam silet yang beradu, sementara dua gadis lainnya terlihat bingung dan canggung. Lalisa dan Jisoo saling melirik untuk mencari jawaban, sama sekali tiada yang punya ide soal situasi di sini.
"Ekhem."
Batuk yang Jisoo palsukan berhasil menjadi pemecah es di antara mereka. Lantas, yang tertua berdiri dari tempatnya, dan mencuci piring kotornya di wastafel. Chaeyoung yang mendapatkan giliran cuci hari ini, namun Jisoo tidak mau menyusahkannya. Tidak adil. Jennie menyadari bahwa Jisoo hanya melakukan itu setiap saat giliran Chaeyoung.
"Kalian.... Kalau sudah selesai, istirahatlah. Besok kita ada pemotretan," kata Jisoo. "Aku akan lebih dulu kembali ke kamarku. Malam."
"Eummm... Piringnya diletakkan saja di sana. Nanti aku cuci. Aku.. ke kamar juga," pamit Chaeyoung, terlihat kikuk gelagatnya. "Malam Jennie eonni, malam Lisa."
Kepergian mereka menyisakan Jennie dan Lalisa berdua di meja makan, dan suasana tidak bisa menjadi lebih canggung lagi.
"Kamu tidak istirahat, Jen?" Suara Lalisa membuat pipi Jennie hangat.
"Iya, mau kok! Kamu mandilah, aku balik ke kamar!"
Jennie tidak mau terlalu lama menetap di sana. Dia langsung mengunci diri di kamarnya.
Jennie membenamkan wajah di bantalnya. Ingin sekali dia berteriak, namun dia harus mengurungkan niatnya, karena jika dilakukan, para tetangga bisa mendobrak pintu mereka.
Jennie tidak bisa percaya kalau dia telah menaruh cemburu pada sahabat Lalisa, Chaeyoung yang sudah bersamanya sejak masa trainee! Ada apa dengan Jennie? Dia memukul-mukul bantal empuknya seperti remaja yang habis melakukan hal bodoh di depan gebetannya.
"Bodoh, Jennie!" gumamnya.
Mendorong jauh semua pemikiran memalukan itu, Jennie memutuskan untuk bermain ponsel sampai dia tertidur. Setidaknya cara itu bisa mengalihkannya dari Lalisa, Lalisa, dan Lalisa untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ, ᴊᴇᴀʟᴏᴜꜱʏ || ᴊᴇɴʟɪꜱᴀ
Fiksi PenggemarThis is a tale about the jealousy between the members of Blackpink, Jennie and Lalisa. - bahasa indonesia | gxg © dalgomcanbite