بسم الله الرحمن الرحيم
__________________________
Setiap pecinta menginginkan yang dicinta bisa termiliki. Tapi beberapa pecinta di haruskan mengikhlaskan cinta yang tak termiliki. Karna itu bukan garis takdir. Hati saja yang kadang 'rese' sembarang menjatuhkan diri.
_________________________
Lampu operasi baru saja padam. Setelah hampir tiga jam lamanya. Bahkan Keenan melewatkan solat dzuhur berjamaah. Ia menghela nafas sembari melepas baju pelindung medis yang terdapat beberapa cipratan darah disana. Timnya yang lain menyusul.
"Kerja bagus semuanya. Saya duluan ya," ujarnya mengapresiasi kerja tim didalam operasi yang cukup lama ini.
Keenan menuju ruangannya. Dengan raut cukup lelahnya. Tapi kala memasuki ruangan tatapannya langsung tertuju pada sofa yang diisi oleh putri tidur. Lelah Keenan seketika menguap. Dikiranya Haura sudah pulang namun nyatanya gadis itu tertidur bahkan lumayan lama.
"Sunshine bangun. Kamu belum sholat, hei." Keenan mengguncang bahu haura pelan. Ada bekas air mata disudut mata gadis membuat Keenan tertegun.
Lagi-lagi gadis itu mengurai airmata. Menambah denyut luka yang tertanam dihati Keenan. Apa ada yang salah dengan takdir mereka? Bukankah jika bukan karna kehendak Allah pun takdir ini tidak akan terjadi bukan?
Haura bangun dari tidurnya. Kemudian duduk seraya mengumpulkan nyawa yang melalang buana entah kemana. Pandangannya jatuh pada Keenan yang berjongkok didepannya masih mengenakan baju hijaunya dan melamun.
"Om Dokter...eh Mas!" panggil Haura. Keenan tersentak langsung menghela nafas sejenak membuang pikiran kusutnya dan menerbitkan senyum.
"Kamu tertidur cukup lama. Ayok kita solat dulu baru makan siang," ujar Keenan beranjak.
Haura melirik jam dinding dan membulat mendapati sekarang pukul satu siang. Aduh kebiasaan tidurnya memang buruk sekali. Ia jika sudah tidur sangatlah lama, meski tidak susah untuk dibangunkan.
Sepasang manusia itu lalu menunaikan panggilan ilahi. Tapi Haura bertanya-tanya dalam hati ada apa pada Keenan. Pria itu tampak banyak diam tidak seperti biasanya yang kadang menggodanya. Gadis itu mengusir pikiran yang tidak-tidak. Ia baru saja menjadi istri Keenan dan belum tahu bagaimana karakter pria itu terlalu dalam sampai mengetahui perubahan sikap Keenan.
*****
Kantin rumah sakit menjadi pilihan untuk bersantap siang kali ini. Haura tampak menikmati makanannya tanpa memikirkan tatapan-tatapan yang mengarah kepadanya. Yang sebenarnya tatapan itu tertuju pada dokter muda yang tengah menyeruput kopinya sambil menatap sang istri yang begitu lahap.
"Pelan-pelan sunshine," nasihat Keenan. Pria itu berdecak melihat kelihaian Haura yang makan dengan niqobnya dengan begitu lahap.
"Om Mas, ini kita diliatin terus tau. Kenapa ganteng sih, hmm,"gerutu gadis itu. Keenan menggeleng dan tersenyum. Tolong bagaimana ia tidak akan jatuh cinta pada gadis menggemaskan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Denganmu | END
Spiritual"Abi tega sama Haura. Haura masih kecil gini masa dinikahkan dengan om om," rengek Haura pada Ayahnya. "jaga ucapanmu Haura!" nasehat sang Ayah. Menikah adalah ibadah terpanjang yang ingin Haura isi dengan penuh keberkahan...