Note: part ini untuk area 17++ yang merasa tidak nyaman gak papa di skip. Bijaklah dan menyikapi apapun itu. Jazakillah khair.
Oh ya Li juga baru up Chapter dicerita Li yang lain cek deh siapa tau suka happy reading. Eh follow Li di ig ya; @iamjuli_07
_
_
_
_بسم الله الرحمن الرحيم
__________________________
Semesta terlalu baik menghadirkan sosok sepertimu untuk membersamaiku dengan segala kekuranganku. Jangan lelah untuk selalu berjalan beriringan denganku untuk meraih ridho-Nya
________________________
Saat Keenan tiba dipesantren ia tidak mendapati Haura. Pasti keasikan dengan kegiatan pesantren sampai melupakan kalau ada sang suami bersamanya. Setelah menaruh tas kerjanya dan menanggalkan jas dokternya. Keenan melangkahkan kaki menuju asrama.
Terlihat para santri yang berlalu-lalang dan hendak memenuhi masjid pesantren untuk memulai kegiatan malam. Keenan menghentikan salah satu santriwati.
"Bisa minta tolong panggilkan Haura?" Tanya Keenan.
Santriwati itu mengangguk dan berelalu memanggil Haura. Keenan memilih kembali Ke ndalem dan menunggu Haura disana.
Tak berselang Haura tiba dengan nafas yang memburu seperti habis lari maraton. Tapi ia memang berlari. Bisa-bisanya ia tidak ada dirumah untuk menyambut Keenan membuatnya mengutuk diri.
"Mas! udah pulang, maaf Haura tadi diskusi lupa waktu hee," celetuknya memamerkan senyum dibalik niqob menyisakan matanya yang menyipit.
Keenan beranjak dari duduknya, " boleh Mas peluk Kamu?" Pinta pria itu pelan. Entah kenapa ia begitu merindukan Haura padahal baru terpisah sebentar saja.
Gadis itu hanya bergerak gugup. Tapi mengangguk perlahan. Tak butuh waktu lama untuk Keenan merengkuh tubuh mungil Haura yang tenggelam dalam pelukannya. Haura membalas pelukan Keenan membuat pria itu makin mengeratkan pelukannya dan memejamkan mata.
"Sesuatu terjadi?" Tanya Haura pelan. Dengan tangan mengusap punggung Keenan. Membuat Keenan semakin nyaman memeluk perempuannya.
Ini yang membuat Keenan jatuh cinta. Haura selalu mengerti akan keadaan. Dan pandai menempatkan posisi.
"Tidak! Mas hanya rindu Kamu," gumam Keenan.
Haura menghangat. Lelaki yang selalu sabar menghadapinya. Lelaki yang selalu berusaha menyenangkan. Haura jadi ingat perkataan ustadzah Rina. Ia merasa belum sepenuhnya menjadi istri yang baik untuk Keenan. Rasa bersalah itu kini menghantuinya.
"Mas, mau makan apa?" Kini Gadis itu itu bertekad untuk memulai segalanya. Memulai untuk menerima sepenuhnya dan membangun rumah tangga penuh cinta dengan suaminya.
"Sop iga boleh?"
"Boleh, Lepas dulu pelukannya ya," pinta Haura. Keenan memang tipikal orang yang tidak akan bilang terserah atau apa saja jika ditanya soal makanan. Lebih menyebutkan makanan yang dia mau kemudian meminta izin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Denganmu | END
Espiritual"Abi tega sama Haura. Haura masih kecil gini masa dinikahkan dengan om om," rengek Haura pada Ayahnya. "jaga ucapanmu Haura!" nasehat sang Ayah. Menikah adalah ibadah terpanjang yang ingin Haura isi dengan penuh keberkahan...