Hujan dimalam hari

11.3K 1.1K 24
                                    

Note: part  ini untuk  area 17++ yang   merasa  tidak  nyaman  gak  papa  di  skip. Bijaklah  dan  menyikapi apapun  itu. Jazakillah  khair.

Oh ya Li juga baru up Chapter dicerita Li yang lain cek deh siapa tau suka happy reading. Eh follow Li di ig ya; @iamjuli_07
_
_
_
_


















بسم الله الرحمن الرحيم

__________________________

Semesta  terlalu  baik  menghadirkan  sosok  sepertimu  untuk  membersamaiku  dengan segala  kekuranganku. Jangan lelah untuk selalu berjalan beriringan  denganku untuk  meraih  ridho-Nya

________________________

Saat  Keenan  tiba  dipesantren  ia  tidak  mendapati  Haura. Pasti  keasikan  dengan  kegiatan  pesantren  sampai  melupakan  kalau  ada  sang  suami  bersamanya. Setelah  menaruh  tas  kerjanya  dan  menanggalkan  jas  dokternya. Keenan  melangkahkan  kaki  menuju  asrama.

Terlihat  para  santri  yang  berlalu-lalang  dan  hendak  memenuhi  masjid  pesantren  untuk  memulai  kegiatan  malam. Keenan  menghentikan  salah  satu  santriwati.

"Bisa  minta  tolong  panggilkan  Haura?" Tanya  Keenan.

Santriwati  itu   mengangguk  dan  berelalu  memanggil  Haura. Keenan  memilih  kembali  Ke  ndalem  dan  menunggu  Haura  disana.

Tak  berselang  Haura  tiba  dengan  nafas  yang  memburu  seperti  habis  lari  maraton. Tapi  ia  memang  berlari. Bisa-bisanya  ia  tidak  ada  dirumah  untuk  menyambut  Keenan  membuatnya  mengutuk  diri.

"Mas! udah  pulang,  maaf  Haura  tadi  diskusi  lupa  waktu  hee," celetuknya  memamerkan  senyum  dibalik  niqob  menyisakan  matanya  yang  menyipit.

Keenan  beranjak  dari  duduknya, " boleh  Mas  peluk  Kamu?" Pinta  pria  itu  pelan. Entah  kenapa  ia  begitu  merindukan  Haura  padahal  baru  terpisah  sebentar  saja.

Gadis  itu  hanya  bergerak  gugup. Tapi  mengangguk  perlahan. Tak  butuh  waktu  lama  untuk  Keenan  merengkuh  tubuh  mungil  Haura  yang  tenggelam  dalam  pelukannya. Haura  membalas  pelukan  Keenan  membuat  pria  itu  makin  mengeratkan  pelukannya  dan  memejamkan  mata.

"Sesuatu  terjadi?" Tanya  Haura  pelan. Dengan  tangan  mengusap  punggung  Keenan. Membuat  Keenan  semakin  nyaman  memeluk  perempuannya.

Ini  yang  membuat  Keenan  jatuh  cinta. Haura  selalu  mengerti  akan  keadaan. Dan  pandai  menempatkan  posisi.

"Tidak! Mas  hanya  rindu  Kamu," gumam  Keenan.

Haura  menghangat. Lelaki  yang  selalu  sabar  menghadapinya. Lelaki  yang  selalu  berusaha  menyenangkan. Haura  jadi  ingat  perkataan  ustadzah  Rina. Ia  merasa  belum  sepenuhnya  menjadi  istri  yang  baik  untuk  Keenan. Rasa  bersalah  itu  kini  menghantuinya.

"Mas,  mau  makan  apa?" Kini  Gadis  itu  itu  bertekad  untuk  memulai  segalanya.  Memulai  untuk  menerima  sepenuhnya  dan  membangun  rumah  tangga  penuh  cinta  dengan  suaminya.

"Sop  iga  boleh?"

"Boleh, Lepas  dulu  pelukannya  ya," pinta  Haura. Keenan  memang  tipikal  orang  yang  tidak  akan  bilang  terserah  atau  apa  saja  jika  ditanya  soal  makanan. Lebih  menyebutkan  makanan  yang  dia  mau  kemudian  meminta  izin.

Menikah Denganmu | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang