بسم الله الرحمن الرحيم
__________________________
Masalah datang bukan bentuk ketidak adilan Tuhan. Tapi itu wujud kasih-Nya untuk membuatmu kuat dan ajang bermuhasabah diri.
________________________
Keenan dan Haura hari ini kembali ke Rumah mereka. Setelah dua bulan menetap di Pesantren. Meski sesekali Haura mengunjungi rumah sekedar untuk membersihkan atau menginap. Bersama Keenan tentu saja.
Seolah mereka sepaket yang kemana-mana selalu bersama terkecuali jika sedang bekerja.
Tidak disangka kini ia benar-benar telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atasnya dengan sudah menyandang status sebagai istri.
Keenan menawarkan untuk melanjutkan pendidikan. Tapi Haura ingin menundanya satu tahun dahulu. Ingin fokus terhadap rumah tangga. Mengikat lebih kuat lagi antara dirinya dan Keenan.
Perempuan itu kini hanya merebahkan tubuh pada karpet berbulu diruang tamu setelah selesai berberes. Ia merasa cepat lelah belakangan ini. Ia juga menjadi sangat sensitif. Haura berpikir itu masih karna efek belajar kerasnya saat ujian akhir.
Bahkan ini masih pagi tapi Haura sudah malas mengerjakan apapun. Keenan juga pergi bekerja dan berkata akan pulang malam karna ada operasi penting nanti. Jadi perempuan itu punya banyak waktu berleha-leha. Sampai suara bel memecah keheningan karna dirinya yang hampir tertidur.
Haura beranjak membuka pintu. Dan sedikit terkejut mendapati Dokter Nara. Haura sedikit panik. Merasa terciduk karna berada di Rumah Keenan karna berpikir Nara belum mengetahui tentang pernikahannya.
"Assalamu'alaikum, Haura!" Sapa Nara dengan suara sedikit datar.
Dan Haura menyadari perubahan gerak gerik Nara.
"Wa'alaikumsalam masuk, Mbak," balas Haura memamerkan senyum ramah.
Nara mengangguk dan tersenyum tipis kemudian masuk ke dalam rumah yang dulu sering ia kunjungi bersama Andre. Rumah yang diharapkan akan ia tempati untuk membangun bahtera kehidupan bersama Keenan tapi apalah daya, Allah berkata ia tidak digariskan bersama Keenan.
Ia duduk menatap nanar pada seisi ruangan. Rasanya masih nenyakitkan akan kenyataan yang baru saja ia dapat. Haura datang dari dapur menyuguhkan minuman dan beberapa kudapan. Lalu duduk dikursi berhadapan dengan Nara.
"Gak perlu heran, Ra. Aku udah tau kok kamu dan Keenan sudah menikah," ujar Nara melihat mata Haura yang seperti takut.
Malah perempuan itu kini terkejut karna mendapati Nara sudah mengetahui tentang pernikahannya.
"Mbak Nara..," gumam Haura. Ia menjadi merasa bersalah. Padahal ia tidak pernah berbuat salah pada Nara. Tapi melihat raut sedih Nara. Benar adanya Dokter anak itu sedang patah hati setelah mengetahui fakta tentang dirinya dan Keenan.
"Semoga langgeng terus ya kalian. Maaf jika harus jujur. Yah aku memang sedang patah hati. Aku mencintai Keenan. Dan semesta baru saja memberi kabar soal kalian."
Haura hanya terdiam. Meski dialah pemenangnya. Tapi masih ada saja rasa cemburu saat tahu ada yang mencintai Keenan dengan sangat. Mungkin saja karna ia memang sedang sensitif akhir-akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Denganmu | END
Spiritual"Abi tega sama Haura. Haura masih kecil gini masa dinikahkan dengan om om," rengek Haura pada Ayahnya. "jaga ucapanmu Haura!" nasehat sang Ayah. Menikah adalah ibadah terpanjang yang ingin Haura isi dengan penuh keberkahan...