5. [Apa?]

22 11 11
                                    

Ada yang nunggu cerita ini nggak?

Nggak ada ya?

Ya udah

Happy reading kawand^_^






















Adel menceritakan kejadian tadi pagi bagaimana ia bisa terlambat dan sampai di kelas dengan San. Bahkan Kara sampai menganga mendengar cerita Adel. Selain San dan Adel yang memang tidak dekat, San yang ia kenal juga orangnya pendiam sejak kejadian itu walaupun orangnya menyebalkan, tapi mendengar cerita Adel mungkin saja San sudah berubah.

"Wahh gila. Tumben banget tuh bocah banyak bicara."

"Itu dia yang membuat gue heran."

Sekarang mereka berdua sedang berada di kelas, ada guru tentunya. Dan gurunya sedang ceramah dari tadi. Biasalah guru Bahasa Indonesia selalu ceramah setiap saat.

"Jadi tugasnya nanti kalian hafalin cerita yang ada di buku paket, terus di vidio. Jangan lupa sebutkan nama dan nomor absen. Paham?"

"Paham bu!"

"Ada pertanyaan?" Tanya bu Mina, Guru Bahasa Indonesia.

"Bu!" Salah satu siswa bernama Hildan mengangkat tangan kanannya untuk bertanya.

"Ya Hildan?"

Hildan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja guru diikuti Rafi dan Irfan dibelakangnya. Lalu mengutak-utik ponselnya dan tak lama menyodorkan kepada bu Mina.

"Seperti ini bu?"

Cekrek..

"HAHAHAHA"

Gelak tawa satu kelas pecah saat mendengar bunyi kamera yang cukup keras. Tersangka utama sudah cekikikan melihat hasil potretnya yang menunjukan wajah bu Mina yang kebingungan. Sedangkan bu Mina sendiri hanya geleng-geleng melihat kelakuan muridnya.

Ternyata saat Hildan menyodorkan ponselnya pada bu Mina ia sudah membuka aplikasi kamera, dan saat bu Mina akan menjawab pertanyaan Hildan, Hildan langsung memencet tombol untuk mengambil gambar.

"Hildan nggak ada akhlak, dia guru lo njir."

"Santai Lal, ya nggak bu?"

Bu Mina menggelengkan kepalanya, "sebenarnya nggak sopan, tapi karena ini ibu jadi kamu nggak masalah."

"Hilal denger tuh."

Hilal mendengus dan melanjutkan aktifitasnya, menggosip dengan Arsya.

--Bryan San--

"Lama banget tuh bocah."

Saat ini Adel dan kedua temannya, Aisyah dan Berli berada di depan perpustakaan. Entah apa tujuan mereka duduk lesehan di depan perpustakaan tanpa rasa malu, mana dilihatin siswa-siswi yang berlalu lalang akan pulang atau guru-guru yang kebetulan lewat. Berasa kek anak ilang.

"Dasar si Arsya, kemana perginya tuh bocah. Disuruh kerkom malah ngapel dulu."

"Sabar atuh Ber."

Berli berdecak lalu menggerakan kakinya ke kanan ke kiri dan tanpa sengaja menyenggol Aisyah yang saat itu sedang fokus dengan ponselnya, karena kaget refleks akhirnya tuh ponsel jatuh nyungsep ke tanah. Dan tersangka utama memekik terkejut dengan apa yang ia perbuat.

"Berli!" / "Berli!"

Berli menutup kedua telinganya saat dua orang di kanan dan kirinya berteriak. Bayangin aja dah lu yang ada ditengah-tengah.

BRYAN SAN || Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang