Yang sider bisulan;v
Happy reading ^_^
Bel pulang sekolah berbunyi lima belas menit yang lalu. San bersama tiga sahabatnya memilih nongkrong-nongkrong di kantin dekat gedung MIPA, sesekali melempar candaan satu sama lain yang membuat mereka tertawa lepas.
"Gue punya tebak-tebakan nih, tikus tikus apa yang kakinya dua?" Hilal memberikan pertanyaan dan menatap remeh ketiga sahabatnya.
Fajar terkekeh, "jawabannya Mickey Mouse kan? Tau gue."
"Lah kok tau sih?"
Fajar mengangkat satu bahunya acuh, "sekarang giliran gue. Denger ye denger. Bebek bebek apa yang kakinya dua?"
Arsya tampak berfikir dengan jari telunjuk yang ia ketuk-ketukkan pada dagunya, "hmm apa ya?"
"Semua bebek kakinya dua," jawab San.
"Kok lo bisa jawab sih San?"
San meletakkan gelas berisi es teh yang ia pesan tadi, "lo pikir gue bego nggak tau berapa kaki bebek?"
Fajar hanya bisa memperlihatkan cengirannya, "hehe."
"Okeh, giliran gue giliran gue. Sebutkan salah satu nama nyamuk?" Kini giliran Arsya yang memberikan pertanyaan.
"Aides Aigepty?" San
"Salah."
"Lah kok salah?" Hilal memulai aksi protes.
"Itu jenis."
Fajar nyerah sama temannya yang satu ini, "terus yang bener apa?"
Arsya menunjukkan senyum andalannya dengan salah satu sudut bibir yang ia angkat, "tatang."
Ketiga sahabatnya melongo mendengar jawaban dari Arsya. Jawaban macam apa itu.
"Tatang?!" Aksi protes Hilal dengan menggebrak meja kantin yang membuat mereka jadi pusat perhatian.
"Iya bener kok tatang. Tatang seekor nyamuk.. hap! Lalu di tangkap," si Arsya malah nyanyi cicak-cicak di dinding. Dan ketiga sahabatnya menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda.
"Kayu mana kayu," Hilal.
"Bangkunya boleh gue angkat buat lemparin ke lo nggak sih?" Fajar sudah siap akan mengangkat bangku yang tadi ia duduki.
Sedangkan Arsya ketawa tidak jelas. Ia berfikir telah menang dalam permainan tebak-tebakan karena berhasil membuat sahabatnya emosi.
Namun seketika tawanya berhenti saat ia tidak sengaja melihat ke arah San. Di sana San masih terduduk dengan wajah datar, namun tangannya memegang gunting yang ujungnya di arahkan pada Arsya. Arsya hanya tersenyum kikuk sambil memohon maaf pada San. "Ampun tuan muda."
Fajar memasukkan ponselnya di saku celana, "ehh gaes gue pulang dulu ya, sepupu gue minta di anterin ke tempat les."
Hilal yang duduk di samping Fajar menerima tosan dari Fajar, "yoi, jangan balik lagi lo."
"Yee siapa juga yang mau ke sini lagi, orang gue mau pulang," Fajar melanjutkan tos pada kedua sahabatnya yang lain.
"Hati-hati di jalan jar, barangkali lo ketemu tante girang!" Teriak Arsya saat Fajar sudah jauh dan di balas jari tengah yang Fahar acungkan padanya.
--Bryan San--
San baru sampai di rumah sekitar pukul setengah enam sore. Ia memarkirkan motornya di halaman rumah, ia melihat ada dua motor sport dan dua mobil terparkir rapi di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRYAN SAN || Choi San
Novela Juvenil. . . "Hai, gue San." "Gimana rasanya dapet kasih sayang dari orangtua?" "Gimana rasanya jadi anak indigo? Apa orang-orang menerima lo dengan keadaan lo yang bisa melihat sesuatu yang tidak semua orang bisa lihat? Apa orangtua lo menerima kelebihan...