Jum'at kliwon
Jum'at berkah
Jum'at barokah
Jangan lupa berbuat kebaikanHappy reading
Warn! Typo bertebaran!!
Motor spot hitam dengan corak hijau berhenti di depan gerbang sebuah bangunan berlantai dua yang megah.
Tin.. tin..
Karena tak kunjung dibukanya gerbang tersebut, ia terus menyalakan klakson motornya.
Tin.. tin..
"Iya. Sabar atuh."
Terlihat seorang laki-laki yang sudah berumur keluar dari pintu garasi dengan berlari berlari kecil menuju pintu gerbang.
Setelah gerbang terbuka, ia memasukkan motornya dan memarkirkannya di samping mobil ferari putih yang ada di depan garasi dan disusul sebuah motor scoopy berwarna putih.
"Akhirnya sampai juga.."
"Wah.. rumahnya nggak main-main besarnya," kagum Berli saat melihat rumah San. Dari luar saja sudah kelihatan mewah apalagi dalamnya.
"Temannya den San ya?" Tanya orang yang tadi membukakan gerbang.
"Iya pak," jawab Aisyah.
"Panggil mang Asep aja neng."
Mereka hanya mengangguk paham. Tidak tau harus seperti apa. Tidak lama kemudian ada seorang wanita yang berpakaian rapi keluar dari garasi.
"Halo tante, mau pergi?" Tanya Arsya pada wanita itu.
"Ehh, Arsya ya? Lama nggak pernah main kesini lagi. Iya nih tante mau ke butik, nyari San ya? San belum pulang, tapi kalian masuk dulu, bentar lagi pasti anaknya pulang. Kalau gitu tante pergi dulu ya," ucapnya.
"Iya tante, hati-hati."
Lalu wanita itu pergi dengan mobil sedan putih yang terparkir di samping motor Arsya tadi. Tak lama mang Asep mempersilahkan mereka untuk masuk dulu sembari menunggu San.
Mereka mengikuti mang Asep dari belakang, ternyata mang Asep mengantar mereka sampai di ruang tamu untuk duduk dulu. Dari ruang tamu sudah terlihat kalau rumah ini sepi, karena semuanya masih sibuk dengan urusan masing-masing.
Melihat-lihat sekitar ruang tamu, ada sebuah lukisan di dinding belakang sofa. Dan ada tiga buah bingkai besar yang terpajang rapi di sisi kiri dinding menuju lorong. Di bingkai pertama terdapat seorang wanita paruh baya berhijab berdiri di samping laki-laki yang ternyata ayahnya San, lalu di depannya ada satu anak kecil perempuan dan dua anak laki-laki yang lebih muda dengan muka yang sama. Di bingkai kedua lebih banyak anggota keluarga, ada seorang wanita cantik yang mereka temui di luar tadi sedang duduk di bangku dan di sampingnya ada perempuan yang lebih muda sedang memeluknya. Lalu di belakang wanita itu ada ayahnya San dan seorang laki-laki yang ternyata adalah kakaknya San, Bagas. Dan di samping mereka masing-masing ada San dan Aidan. Lalu di bingkai terakhir hanya ada tiga anggota keluarga. Ayahnya San dengan seorang wanita di bingkai sebelumnya dan satu anak kecil laki-laki.
"Itu bundanya San," kata Arsya dengan menunjuk seorang wanita di bingkai pertama.
"Bunda?" Tanya Berli.
Arsya mengangguk, "iya, bunda. Dan itu mamanya San," Arsya menunjuk bingkai kedua dan ketiga.
Aisyah yang sibuk melihat bunga-bunga di luar lewat jendela menjadi tertarik dengan pembicaraan ini. "Berarti San punya dua ibu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BRYAN SAN || Choi San
Teen Fiction. . . "Hai, gue San." "Gimana rasanya dapet kasih sayang dari orangtua?" "Gimana rasanya jadi anak indigo? Apa orang-orang menerima lo dengan keadaan lo yang bisa melihat sesuatu yang tidak semua orang bisa lihat? Apa orangtua lo menerima kelebihan...