Demise of Red

513 71 56
                                    

16 Juni, Third Age 2942

Selamat datang musim panas, dimana awan melekat pada cakrawala. Matahari yang baru bersinar, membungkus musim panas dengan sinarnya yang hangat dan cemerlang. Rumputnya halus lembut, gumam lebah bersenandung di udara, burung-burung melesat dan berkicau.

Angkasa layaknya cocktail biru yang menyegarkan, mengisi kehausan mata dan batin. Gemericik aliran sungai, deru air terjun, mengarung ke laut dengan anggun.

Di sana, di dalam lebatnya hutan Imladris, seorang gadis merebahkan dirinya, pada hamparan sutra hijau milik Arda. Maniknya terpejam, menyelaraskan diri dengan ritme alam, diam, dan tenang. Di jemarinya, ia menyimpan sisir emas pemberian Thorin. Kalung botol kaca masih lekat bertengger di leher jenjangnya. Tak lupa dengan, harta percikan berlian dari Lasgalen, anting elvennya pun masih bertaut di telinga kiri nya.

Ann, nama samaran gadis ini, mengisi kekosongan hatinya dengan menyendiri. Berusaha menyerap energi alam, untuk memenuhi ruang kosong di benaknya.

Bersosialisasi lagi, cukup sulit untuknya. Pegangan yang bertahun-tahun tak pernah dilepasnya, sekarang sudah pergi. Tak tahu kapan akan kembali, bahkan belum ada kabar yang sampai di telinganya. Bagaikan Legolas lenyap begitu saja.

Masih dengan mata terpejam, gadis ini menyedot habis oksigen ke dalam paru-parunya. Lalu dikeluarkannya kembali dengan lembut.

"Aku kangen..." lirihnya mengusap anting pemberian sang pangeran "When we will meet again? you dumb blonde bitch" kekehnya.

Sementara gadis itu terdiam, masih menyerap energi alam untuk dirinya sendiri. Terdengar suara semak berdesik serta langkah kaki ringan.

"Kak?"

Mata Ann terbuka, dilihatnya seorang bocah kecil tengah berdiri, berjalan mendekatinya.

"Kakak kenapa di sini sendiri?" tanya Estel duduk di sebelah kakaknya.

"Pengen aja, menyendiri menikmati alam"

"Ohh.. kakak lagi ingin sendiri? yasudah deh, maaf kalau aku menganggu kakak" ujarnya sambil berdiri mengusap celananya "Aku kembali lagi nanti, kalau kakak sudah-"

"Eh! gapapa kok.." seru Ann, menahan tangan mungil itu "Estel duduk sini aja, nemenin aku, oke?" katanya dengan menepuk rumput.

Senyuman terpancar di bibir Estel, sekaligus manik kelabu nya berbinar penuh antusias. Estel segera duduk di samping kakaknya, dengan kekehan khas anak-anak.

"Wah.. seneng banget kayanya" ledek Ann, mencolek pipi gemas Estel "Ada apa nih??"

"Tidaakk.. tidak ada apa-apa" katanya cengengesan "Akhir-akhir ini kakak sering pergi sendiri di hutan, ku kira kakak tidak suka Rivendell, atau kakak memang tidak suka dengan kami, jadi aku senang! akhirnya kakak mengajakku duduk di sini!"

Celoteh panjang itu sedikit mengejutkan Ann. Tidak salah apa yang di katakan bocah ini, Ann sering pergi sendiri. Entah itu di siang atau malam hari, sekedar menyisihkan diri di hutan, mengisi energi, begitu pikirnya.

Merasa sedikit bersalah, Ann membelai rambut Estel penuh kasih sayang.

"Maaf ya.., aku sering pergi sendiri" jelasnya dengan nada selembut mungkin "Tapi aku suka kok di Rivendell! aku juga suka sama penghuninya! mereka semua baik, jadi jangan pikir aku benci di sini yaa.."

Appendix Alphabet (Before Lord of The Rings)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang