Kuhempaskan tubuhku dalam kelam. Sepi menyendiri itu menyenangkan. Terkadang hanya sepi yang dapat menyelesaikan masalah. Mendengar bukan salah satu hal baik dalam menyelesaikan masalah. Apa lagi hanya memikirkannya. Kukira hari ini aku akan menemukan hal baru dalam hidupku. Namun kurasa salah. Semua itu salah. Ia hanyalah bagian masa laluku yang harus kulupakan secepatnya. Danielle, kuminta kau untuk pergi.
Matahari musim panas memang sangat indah bila kulihat dari apartemenku. Ini memang bukan kotaku, tapi aku sudah merasa nyaman. Mom hari ini mengunjungiku. Biasanya pertengkaran kecil akan terjadi, seperti..
“Liam, kau sungguh jorok sekali. Ini pakaian kotor bisa-bisanya kau letakkan dilantai”. Atau..
“Oh son, aku tak pernah mengajarimu untuk menumpuk piring kotor kan? Cepat bersihkan!”.
Tapi hari ini berbeda. Mom tidak ingin mengunjungi apartemenku. Mungkin ia sudah lelah untuk menasehatiku terus menerus. Bukan hanya Mom yang lelah, aku pun demikian. Untuk hari ini, Mom memintaku, lebih tepatnya menyuruhku untuk menemaninya berbelanja di Rodeo Drive, tempat dimana sebagian artis Hollywood berbelanja.
Aku dilemma. Mungkin ini terkesan berlebihan, tapi aku memang sedang dilemma. Aku harus memilih antara keluarga atau pekerjaan. Semenjak aku bergabung dengan One Direction, seluruh kehidupanku berubah. Waktuku diatur oleh asistenku, jadi aku sendiri bingung bagaimana membagi waktu dengan keluargaku.
Dret dret dret..
“Hallo Liam! Kemana saja kau?! Kucoba hubungi ponselmu dari tadi pagi, kau baru bangun ya?”, lontaran kata-kata dari Karen sungguh membuatku pusing.
“Ya, aku baru bangun”, jawabku.
“Kau akan datang ke kantor Aaron?”, tanya Karen.
“Karen, aku sungguh tidak bisa mengikuti meeting dengan Aaron hari ini”, suara melemas kukeluarkan untuk membuat Karen, asistenku luluh.
“Ayolah Liam, kau akan bertemu dengan penata busanamu. Kudengar bukan Mrs.White yang akan menangani di video clipmu nanti”, bujuk Karen.
“Oh iya? Kau tahu dari siapa?”, tanyaku penasaran.
“Harry yang memberitahuku. Katanya, murid Mrs.White sendiri yang akan menggantikan beliau”.
Karen Coppland, seorang sarjana ekonomi yang nyasar menjadi asisten pribadi Liam. Sungguh tak disangka olehnya seharusnya Karen mengalami Cinta Lokasi dengan Liam. Namun, Harrylah jatuh cinta pada Karen. Tapi sampai sekarang, Karen masih belum peka terhadap perasaan Harry.
“kau semakin dekat dengan Harry”, jawabku singkat.
“kenapa? Kau cemburu?”, tanyanya dengan diselingi tawanya yang khas.
“Tidak!”.
“Lalu, apa kau akan datang hari ini?”, tanya Karen yang masih membujukku.
“Maaf, sepertinya tidak. Mom akan mengamuk padaku”, kataku sambil memainkan gitar kesayanganku.
“Baiklah, sampai bertemu besok Liam. Bye!”, seru Karen.
“Bye”.
=0.0=
Musim panas harusnya menjadi satu momen yang membuatku relax dari pekerjaan-pekerjaanku. Tapi semenjak aku mengubah status pekerjaan menjadi seorang singer aku tidak pernah merasakannya lagi. Seperti, bermain di taman mungkin. Aaah.. sudah berapa lama ya aku tidak pergi bermain di taman? Mungkin 10-15 menit untuk menghabiskan waktu bermain di taman tidak akan merugikanku. Hitung-hitung untuk refreshing.
“kau mau kemana Liam?”, tanya Niall.
"ke taman, mau ikut?”, tanyaku.
“MAUUUUU!!!!!!!.
Sepanjang perjalanan, kami bergurau. Kami sengaja tidak membawa kendaraan. Kami ingin menghirup udara pagi musim panas dan kilauan matahari yang menyinari tubuhku.
“Liam, kemarin aku bertemu dengan perempuan itu”, Niall membangunkanku dalam lamunan.
“perempuan siapa?” tanyaku acuh tak acuh.
“perempuan paling cantik sedunia!”, kata Niall sambil menggerakkan tangannya sehingga tangannya hampir memukul wajahku.
“siapa dia?”, tanyaku lagi.
“nantiku kenalkan!”, jawab Niall singkat.
=0.0=
Sesampainya di taman, aku dan Niall terus melontarkan gurauan-gurauan. Sampai akhirnya ponselku berbunyi dan tertuliskan nama Danielle di layar ponsel. Aku ragu untuk mengangkatnya. Apa aku biarkan saja? Kurasa semua sudah jelas, ia yang bersalah. Aku sudah memafkannya, apa yang dia inginkan lagi?!
“Liam, aku ingin ke danau sana. Kau mau ikut?”, tanya Niall.
“tidak, aku ingin disini dulu. Nanti aku akan menyusulmu”, jawabku.
“okay!”.
Danielle apa sesungguhnya yang kau inginkan dariku! Aku sudah melepaskanmu, kenapa kau sulit untuk melepaskanku? Sudahlah, tak perlu kuhiraukan lagi dia.
=0.0=
Rerumputan di taman itu sangat tertata rapih, membuat mataku bersinar melihatnya. Dikejauhan kulihat seorang gadis yang sedang , kurasa dia bukan keturun amerika. Ia sedang berbincang-bincang dengan Niall. Sepertinya dia keturunan Asia, mungkin saja dia penata busana One Direction. Zayn bercerita padaku, penata busana baru ini adalah orang Indonesia.
“‘sup bro?”, kataku sambil melayangkan angka lima untuk melakukan Hi-Five. Sayangnya Niall tidak membalas tosku.
“C’mon Niall! Aku sudah mengajarimu Hi-Five gayaku kan?”, kataku sebal.
“nerd!”,ujar Niall.
Seketika itu juga aku menjitak kepala Niall. Pandangan Niall pun sudah tidak mengenakkan. Tangan kanannya refleks memegang kepalanya, sedangkan tangan kirinya sudah mengepal. Kuda-kuda untuk mengejarku dapatku baca. Niall pun mencoba untuk mengejarku. Terjadilah insiden kejar mengejar diantara gadis itu.
“Okay! Stop it Liam! Hahaha..”. tarikan nafas Niall terdengar terengah-engah.
“kau yang memulai Niall! Kau tahu?”, aku tersenyum dan merangkul Niall.
Aku melihat gadis itu yang sedang tersenyum ke arahku. Kubalas ia dengan senyuman lagi. Matanya hitam, sungguh unik. Senyumnya manis, sungguh unik. Pipinya tidak tirus, sangat unik. Sepertinya gadis ini benar Cady yang diceritakan Zayn tadi malam.
“You must be Cady!", seruku dengan semangat.
"yep! and you must be Liam, right?".
Ia manis. Matanya hitam. Liam apa yang kau pikirkan?
"Kalian disini dulu saja ya, aku akan membeli mineral. Aku dehidrasi", kata Niall.
Kulihat Niall mulai menjauhiku dan Cady. Suasana pun menjadi sepi. Ingin aku bertanya sesuatu pada Cady tapi aku hanya dapat memandangnya dibawah sinar matahari. Seakan ada aura yang keluar dari dirinya.
"So, Liam.. saat pertama kali aku interview kau kemana?", tanyanya sekaligus membuyarkan semua lamunanku tentang dia.
"Mom sedang berada di Rodeo Drive, ia memintaku untuk menemaniku untuk berbelanja. kau tahu, aku hampir muntah melihatnya berbelanja", kataku sambil melipat tangan. Sungguh aku menjadi salah tingkah seperti ini.
"Hey! belanja adalah hak asasi wanita! hahaha", candanya diiringi dengan senyuman dibibirnya.
"jadi kau suka berbelanja?", tanyaku.
"Ya, sepertinya. tapi belakangan ini, aku sedang menabung. jadi kuurungkan niatku untuk berbelanja".
Akhirnya kami mengobrol juga. Gadis ini, mungkinkah dia yang akan menggantikan nama Danielle dalam hidupku. Aneh! Aku baru mengenalnya dalam 5 menit. Tapi perasaanku sudah nyaman dalam rangkaian kata yang dia ucapkan. Mungkin aku.. menemukan pelampiasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Love: New York
FanfictionNew York, dari kata awal "New" yang berarti baru, membuatku berubah menjadi pribadi yang berbeda. Bohong pada diri sendiri bohong terhadap khalayak banyak, termasuk kepadanya. Semua hal mungkin bisa kusampaikan, namun untuk hal yang satu ini, entah...