Liam: Used To, Maybe

2.4K 80 3
                                    

There's nothing that i can do without breath and close my eyes. Pantai adalah sebuah tempat dimana semua orang akan bermain dengan pikiran mereka. kecantikan bukan yang diperlukan untuk bernapas. kepandaian bukan yang perlukan untuk merasakan butiran air yang berasal dari hentaman ombak di ujung East Hampton. seseorang itu duduk tepat disampingku, ikut merasakan impuls yang diberikan oleh campuran pasir dan air. tapi tiba-tiba, sebuah tangan neraka menjalar melalui terumbu karang dan menyadarkanku atas fakta yang terjadi. kuharap semua akan berjalan dengan semestinya.

***********************************************************************************

"Liam, kau jadi ikut?", tanya Zayn yang sedang mempacking semua keperluan untuk liburannya.

"tak tahu", jawabku ragu.

"Ayolah, tak akan seru tanpamu", bujuk Harry.

"Ah big fat liar you Harry! bilang saja kau senang Karen akan ikut", cetus Louis.

"Hehe... ini bagian dalam rencanaku", ujar Harry.

"maksudmu?", tanya Louis.

"never mind", Ucap Harry singkat.

Aku masih masih memegang remote TV sambil mengganti-ganti chanel TV yang ada. ajakan Zayn masih kupertimbangkan. tadi malam aku kurang istirahat, sehingga tubuhku lelah. ini semua karena Cady! ah tapi setidaknya ia telah membuatku bahagia tadi malam. dan kurasa aku sudah mulai bisa membuka hatiku untuknya.

"Kau tidak mengajak CadyCads?", tanya Louis kepada Zayn.

"Ini sedang kutanyakan", jawab Zayn.

Dan seketika otak kananku berkata kalau Cady ikut, kau akan ikut juga Liam. tak lama kemudian otak kiriku berkata apabila Cady ikut aku janji hidupmu akan berubah Liam. aku terdiam dan termenung melihat jendela apartment dan terus mempertimbangkannya. 

"Zayn, kalau Cady ikut aku akan ikut", ujarku tegas.

"Baiklah, sekarang kita caw ke apartment Cady. Louis, kau punya nomor ponsel Shanne kan? tolong sms dia kita akan...", suara Zayn tiba-tiba menghilang dari ruang keluarga.

****************************************************************************

Villa besar nan menyeramkan itu sesaat terkena mantera sehingga menjadi sebuah kastil yang sedang mengadakan pesta jamuan makan malam. semua orang berseru dan tertawa. kurasa ide Zayn kali ini adalah salah satu ide yang sangat brilian. memang benar, selalu ada solusi ketika kita menghadapi masalah, salah satunya masalah yang dapat membuat kita stres.

"Alright, guys.. guys.. hey guys listen! LISTEN TO ME EVERYBODEYY!!", kata Zayn sewot. memang sepertinya ialah ketua pelaksana dalam liburan kali ini. semua orang di Villa itu pun menghentikan ucapan mereka masing-masing dan langsung memfokuskan pandangan pada laki-laki setengah arab itu.

"kamar disini sudah dibagi-bagi ya, Harry kau akan tidur dengan Liam. Louis kau akan tidur denganku. dan of course..", zayn menghela napas.

"girl with girl", kata Zayn.

"aku ingin tidur dengan Louis!", ujar Harry.

"tidak! aku tahu kau akan mendekati kamar Karen karena kamarku bersebelahan dengan kamarnya kan? sudahlah, taktikmu itu sangat kuno Harry!", kata Louis meremehkan.

"Oh shut up!", ucap Harry.

"rrr.. Zaynudin, bolehkan aku ke pantai sekarang?", tanya Cady kepada Zayn.

"absolutely, tapi hati-hati! kalau malam biasanya ombaknya besar. jangan berenang oke?", nasehat Zayn.

Big Opportunity! wait... kesempatan untuk apa ini yang dimaksud? berjalan-jalan dipantaikah atau untuk berdekatan dengan Cady. Liam, gunakanlah otakmu dengan seksama! jangan setengah-setengah.

"aku akan menemanimu Cad!", ujarku lantang.

"baiklah, cepat lepaskan sepatumu!", perintah Cady.

******************************************************************

Rembulan di malam ini sangat indah, sungguh bersahabat dengan keadaanku dan Cady. tidak awkward tidak mengesalkan. semua berjalan dengan baik. aku bisa melihat di matanya bahwa ia sangat mencintai pantai. ketika kedua mata hitamnya dipertemukan dengan gemuruh ombak, kedua mata itu memancarkan sebuah cahaya radiasi baik yang diterima oleh hatiku. ya, gadis ini benar menyukai pantai. mencintai kupikir.

sudah hampir 18 menit Cady dan aku berjalan menyusuri sisi pantai. sampai akhirnya Cady menunjuk sebuah batu besar yang tertancap di atas permukaan air pantai. Ia tersenyum dan melihat kepadaku. Namun yang kubingungkan ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. ambigu, sungguh ambigu.

"Kau mau duduk disana?", tanyaku sambil menunjuk batu besar itu.

"tidak", jawabnya singkat.

"lalu... ada apa dengan batu itu?", tanyaku penasaran.

"unik". jawab Cady singkat untuk kesekian kalinya. sungguh, aku tak bisa membaca gadis ini. Cady dapat berubah sifat hampir 5 menit sekali. mungkin rumus yang pantas untuknya adalah cemberut + tersenyum + wajah dingin= Cady.

"Liam kurasa aku ingin duduk disini", kata Cady sambil melihat ke bawah.

"okay". 

Cady duduk disebelahku, memandang cahaya rembulan yang bulat indah. ia sesekali tersenyum melihatnya, seakan ada seorang bidadari surga melambaikan tangan kepadanya dan Cady tak sanggup untuk membalasnya. tapi Cady cukup sopan walaupun hanya tersenyum. Liam, apa yang kau bicarakan!

"Cad, kau percaya akan perasaan itu?", tanyaku sekaligus membuka sebuah interogasi, maksudku percakapan.

"perasaan apa?", tanya Cady yang memalingkan pandangannya dari rembulan.

"perasaan.. perasaan yang tidak dapat kau lihat tapi dapat kau rasakan", jawabku asal.

"ah.. Love, right?", tanyanya meyakinkan.

aku hanya mengganguk dan memerhatikan gerak-geriknya. 

"well, i used to feel that", kata Cady santai.

"used to? berarti sekarang..", selaku.

"aku hanya belum bisa menemukannya Liam", ujar Cady.

Aku memandangnya penuh iba. aku yakin ia menyimpan sebuah masa lalu yang tidak menyenangkan sehingga ia bisa mengatakan Used To. dalam grammatical arti "Used To" adalah kegiatan yang tidak pernah dilakukan lagi oleh subjek. dan kurasa subjek kali ini adalah Cady, CadyCads. Used To, Maybe.

*****************************************************************************

Summer Love: New YorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang