Pasir putih menari indah, menjemari seluruh permukaan telungkup kaki. Suasana East Hampton membuatku terbawa ke alam surga tanpa seberkas penyesalan. kulihat matahari tersenyum cerah kepadaku. Tanpa ada paksaan apapun aku melambaikan tanganku padanya. Matahari yang selalu menemaniku. walaupun terkadang, ketika malam ia menghilang. tetapi setiap pagi, Ia selalu setia menungguku.
Di malam itu, Ia menghilang. Matahariku menghilang. memang bukan tugasnya untuk berkelana di angkasa pada malam hari. namun ternyata, fakta alam semesta pun telah dihancurkan. matahari muncul di malam hari, di pantai East Hampton. 108 miles dari Manhattan, bukan perjalanan yang sebentar. menyapu seluruh dugaan buruk mengenainya. Ia datang, membawa kotak misterius. kotak itu tidak besar, kotak itu..... membawa kebahagian. Tidak! Tidak! aku tidak bahagia! Aku terkejut! Ia mendekatiku dan berlutut dengan satu kakinya, ia mengatakan..
"Will you marry me, Cad?".
***********************************************************
"HUAAAAAAAAAAAA".
Pria botak itu, kenapa bisa menghampiri mimpiku?! bisa-bisanya ia bertengger di bunga tidurku. sembarangan saja ia menodai mimpiku, tak sembarangan orang yang aku mimpikan!
"Cad, Cady, kau kenapa?", tanya Shanne yang memasuki kamarku.
"A..Aku mimpi buruk!", jawabku.
"Oh.. Come here. itu hanya mimpi, darl", kata Shanne menghampiri dan mulai merangkulku.
"bukan.. ini mimpi yang..", kataku memikirikan kata yang tepat.
"irasional?", tebak Shanne.
"Exactly!", jawabku penuh dengan keyakinan.
"Memangnya kau memimpikan apa Cad?", tanya Shanne penasaran.
"...". Aku tak tahu harus menceritakannya atau bagaimana. aku tak mau Shanne mengiraku terlalu percaya diri atau ia malah akan mengejekku.
"Hey, aku pendengar setia cerita mimpimu dari dulu loh..", ujar Shanne. aku menatapnya.
"memang mimpimu itu fakta?". tanya Shanne penasaran, lagi.
"NO! BIG NO! Ewhh", kataku sambil menjulurkan lidah dan memasang muka yang menjijikan.
"lalu apa?".
"sungguh, mimpi yang sangat menyeramkan!", ujarku berkobar-kobar.
"ayolah cepat ceritakan!", kata Shanne memaksa.
"Aku bermimpi, Liam melamarku untuk menikahinya".
seketika suasana menjadi hening. yang dapat kuperhatikan hanyalah bola mata Shanne yang terbelalak dan hidungnya yang mengembang dan mengempis. kedua alisnya terangkat. sungguh pemandangan yang tak menyenangkan untuk dilihat.
"kau yakin itu Liam?", tanyanya tak yakin.
aku hanya mengangguk dan menunggu respon apa yang diberikan Shanne atas mimpiku itu.
"Cady.." panggil Shanne perlahan.
"nanti siang, kau harus ikut denganku", ajak Shanne.
"Kemana?", tanyaku penasaran. Shanne terdiam namun wajahnya sudah memulai memerah menahan sesuatu.
"Manhattan Psychiatric Center", jawab Shanne.
"untuk apa?", tanyaku.
"Mengecek kejiwaanmu! hahaha, mana mungkin Liam akan menikahimu! otakmu benar-benar sudah miring", jawab Shanne meninggalkanku dengan lenggang-kangkung.
*******************************************************
Semalam suntuk aku menghabiskan waktu dengan Liam. Segala permainan sudah kita mainkan. lumayan menyenangkan. yah, tidak semenyangkan bersama Niall. hanya saja, Liam benar-benar berubah 180 derajat malam itu. sampai ia mengatakan bahwa ia akan menikahiku diumur 40 tahun. suatu coincidence yang menurutku bukan sebuah kebetulan belaka. aku tak tahu apa ia benar-benar mengatakannya atau hanya untuk bergurau. tapi dalam berkomitmen aku tak pernah bergurau. karena itu, aku tak mau menghabiskan waktuku dalam hubungan percintaan. selain aku mempunya kewajiban lain, juga aku tak ingin semua hal itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Love: New York
FanfictionNew York, dari kata awal "New" yang berarti baru, membuatku berubah menjadi pribadi yang berbeda. Bohong pada diri sendiri bohong terhadap khalayak banyak, termasuk kepadanya. Semua hal mungkin bisa kusampaikan, namun untuk hal yang satu ini, entah...