Cady: When Cady Meet Niall

2K 57 5
                                    

jam dinding terus berlari dalam ketenangan, memandang remeh seluruh benda yang ada. tak ada getaran yang mampu mengalahkannya. karena hanya waktu yang dapat menentukan kapan seseorang bisa menerima kenyataan atau bahkan melepas seseorang ia cintai. berhubungan dengan cinta, cinta sangat berbeda tipis dengan kebencian. seberapa besar kita mencintai orang itu suatu waktu kita akan membencinya, begitu pula sebaliknya. namun, cinta ini aku yakin tak ada kata benci yang akan kulontarkan padanya, karena aku memang mencintainya. 

**************************************************

hampir 2 minggu ini aku selalu tidur larut malam. jadwal kuliahku memang sudah sedikit berkurang, hanya saja pekerjaanku mengatakan sebaliknya. selesai dengan video clip Trully, Madly, Deeply sekarang beralih kepada video clip I Would. semua anggota one direction harus berseragam sekolah. dan akulah yang merancangnya sekaligus menjahit dan menjadikannya 5 buah baju. menjadi fashion desainer mereka adalah hal yang kubenci! tapi keuntungannya, tanpa pekerjaan ini aku tak akan bertemu dengan prince charmingku.

kriiiing... kriiiiiing... Niall menelponku, jam 2 am? ada perlu apa dia menghubungiku malam-malam seperti ini?

"Hello", sapaku.

"Hi Cady! Kenapa belum tidur?!", tanya Niall dengan intonasi tinggi.

"kenapa kau menelponku tengah malam?!", tanyaku dengan nada 8 oktaf.

"hehe maafkan aku. aku hanya ingin mengabarkan kepadamu. besok aku akan kembali ke New York", kata Niall.

"Seriously? don't care.. really", jawabku bercanda.

"Jahatnya dirimu, ya sudah. tidur sana!", kata Niall marah.

"Hahaha jangan marah, just kidding. kau mau aku menjemputmu?", usulku.

"well, yeah.. do you mind?", tanya Niall ragu.

"of course no you idiot!", jawabku.

"rr.. Cady, tapi hanya kau. tanpa the boys, okay?", ujar Niall.

"okay!", jawabku.

"be there in 9am, Cads".

"alright, see you tomorrow, dude!".

"see you, cady".

*************************************************************

Suasana LaGuardia Airport sangat ramai. hirup pikuk di bandara ini sangat terasa. contohnya, seorang wanita yang sedang menggendong anak balitanya terlihat sangat bahagia. tadi aku sempat bercakap-cakap dengan beliau. Mrs. Garcia adalah seorang suster yang sedang menunggu suaminya yang baru kembali dari Afrika. Mr. Garcia merupakan tentara yang sedang bertugas disana. sudah satu tahun ia belum kembali ke New York. dan hari ini, Mr. Garcia akan kembali.

"kalau kau sendiri, sedang menunggu siapa? pacarmu?", tanya Mr.Garcia.

"bukan, aku sedang menunggu sahabatku", jawabku dengan tersenyum.

"Oh, sahabatmu itu perempuan?", Mr.Garcia terus menginterogasiku.

"sahabat laki-laki, ma'am", kataku dengan canggung.

"hahaha.. Cady, kau tahu, menjalin hubungan persahabatan dengan lawan jenis merupakan cinta yang tertunda dengan kata status...", ujar Mrs.Garcia. ia pun mengambil napas dan membuangnya. 

"aku dan Taylor, suamiku, tak pernah berpacaran. kami adalah sahabat, sampai akhirnya Taylor tersadar bahwa ia mencintaku. dan ternyata aku memiliki perasaan yang sama, that's called by love", ujar Mrs. Garcia panjang lebar.

"witing tresno jalaran soko kulino..", bisikku pada diri sediri.

"i'm sorry? tidak terdengar", kata Mrs.Garcia.

Summer Love: New YorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang