halaman dua puluh tujuh

684 66 8
                                    











"Besok saja!"


"Berisik. Hei, cepat berdiri. Nanti kita terlambat."



Jaemin menggelengkan kepalanya kuat, ia menolak keras untuk berdiri dari posisinya yang sedang berjongkok sambil memegang tangan Jeno yang sudah siap masuk kedalam lift.

"Kau ingin tambah bodoh jika tidak belajar?"


"Kau mulai lagi mengataiku."


Jeno memutar matanya jengah, "makanya cepat berdiri." Ia melirik sekilas jam tangannya. "20 menit lagi bel berbunyi, Na."



"Masa bodoh dengan bel berbunyi! Lebih baik kita kembali masuk ke apartemen dan melakukan movie marathon."


Kini sudut siku-siku imajiner mulai muncul di pelipisnya Jeno. Kalau boleh jujur, sekarang dia ingin sekali menendang Jaemin dari lantai lima ini atau membawanya saja seperti menggendong karung beras.



"Lain kali. Ayo berangkat."



"Hah? JANGAN KE SEKOLAH! LEE JENO —"



Si dominan memilih abai dengan gerutuan Jaemin, Jeno hanya diam dan menarik pacarnya yang masih berjongkok untuk masuk ke lift.



Orang-orang yang ada di lorong apartemen hanya menatap heran dengan keduanya, sedikit tidak berani menatap terlalu lama karena aura yang mengelilingi Jeno terlihat gelap. Terlanjur badmood mungkin dengan Jaemin. Mereka berdoa semoga anak yang ditarik orang itu baik-baik saja dan tidak terjadi hal yang buruk dengannya.




Aduh bapak-bapak, ibu-ibu, bukan seperti itu keadaannya. Ini bukan seperti yang kalian pikirkan.





"Aku tidak—"




"Bicara sekali lagi maka hari ini aku akan menciummu di depan satu sekolah."




Telapak tangan Jaemin segera menutup mulutnya cepat, dia memberi tatapan garang ke Jeno yang kembali acuh.

"Iblis satu ini..."



Namun ternyata telinga Jeno lebih tajam dari yang Jaemin pikirkan, sehingga dia masih dapat mendengar gumaman barusan.



"Iblis, ya?" Jaemin melirik takut-takut Jeno yang berada di sampingnya.




'Mampus kau, Na.'-Jaemin




















































—Epoch'
Don't hate someone too much, later you will fall in love with him.



















































Hari-hari kembali berjalan seperti biasa, setelah Jeno libur beberapa hari dan tidak mengajar akhirnya ia kembali masuk ke sekolah. Tentunya disambut meriah oleh teman-teman di kantor guru.



Omong-omong soal yang tadi, itu kilas balik ketika Jaemin berusaha mencegah Jeno tidak masuk sekolah dengan alibi istirahat lagi saja.


Kalian tahu? Karena mempersiapkan sarapan untuk Jeno atau lain semacamnya, beberapa hari sebelumnya Jaemin diperbolehkan masuk kelas lebih lambat. Para guru memaklumi jika Jaemin tengah mengurus Jeno selama istirahat. Indahnya dunia jika orang-orang di sekitar mau mengerti, benar bukan?


epoch' [ nomin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang