halaman dua puluh enam

664 68 5
                                    









"Apa kalian sudah makan malam?"

"Sudah," sesaat Jaemin menghela napasnya. "Aku juga sedikit heran, akhir-akhir ini dia meminta dibuatkan makanan yang serba aneh. Kak Jeno lebih tepatnya yang aneh." Jaemin mendengar ada suara tawa di seberang telepon.




"Jeno memang seperti itu jika moodnya sedang bagus, memangnya dia meminta dibuatkan apa?"



"Roti kismis dengan daun seledri dan jus bawang merah."




Taeyong terbatuk mendengar ucapan yang dilontarkan Jaemin. "Aku akan mengirim mobil ambulans ke apartemen kalian, anak itu tidak waras sekali."



"Sudah kubilang dia aneh." Jaemin memijat pangkal hidungnya karena merasa pusing ketika menghadapi Jeno.


"KAU TIDAK AKAN LOLOS BEGITU SAJA! AYO TENDANG LAGI!"

"Hah? Suara siapa itu?" Tanya Taeyong.

Mata Jaemin melirik orang yang sekarang tengah berdiri di sofa. "Kak Jeno, dia sedang bermain PS."


"Dia tidak sedang berloncat-loncat, 'kan?"



"Tidak, dia sekarang melayang-layang di atas sofa—"

"YAK! ITU CURANG! PINALTI PINALTI! WAAH— kau selamat..." Ucap Jeno saat menangkap kacamatanya yang hampir saja terjatuh ke lantai keramik.



"Boleh tidak aku mengikatnya agar diam?"




Taeyong berpikir sejenak. "Sepertinya itu bukan ide yang buruk."

















































—Epoch'
Don't hate someone too much, later you will fall in love with him.




































































Sudah 5 hari Jeno libur mengajar dan selama itu Jaemin yang memperhatikan pola makan Jeno agar selalu sehat. Dia khawatir jika sewaktu-waktu Jeno memakan mie instan dibandingkan sayuran atau sup ayam.

Jaemin juga tidak keberatan jika dia yang terus memasak makanan untuk pacarnya, lagipula anggap saja ini simulasi jika dia nantinya akan menjadi pasangan hidup Jeno.

Tentang beberapa hari lalu, yang itu—Johnny yang tiba-tiba masuk kedalam apartemen Jeno—sebenarnya itu murni kesalahan mereka juga. Harusnya pintu itu dikunci agar tidak dapat dibuka sembarang orang dengan seenaknya. Namun mau bagaimana lagi, semuanya sudah terlanjur terjadi.



Selesai mengomeli Jeno tadi yang asyik bermain PS, Jaemin memilih pulang ke sebelah karena harus istirahat. Tadi Jeno sudah mengajaknya untuk istirahat di apartemennya saja, tapi Jaemin menolak. Sepertinya ada yang takut kepergok lagi.




Namun sesampainya Jaemin untuk istirahat dan mengecek buku yang harus dibawa besok mendadak panik lantaran tidak menemukan kertas ujian yang penting sekali.




"Di mana, ya?"


Jeno melirik Jaemin secara diam-diam, ia sedang memperhatikan Jaemin yang sibuk mencari kertas jawaban ujian dua hari yang lalu. Jaemin yang kelimpungan mencari kertas itu lantas segera meminta bantuan Jeno untuk ikut mencarikan kertasnya.



epoch' [ nomin ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang